Begini Cerita WNI yang Sudah Dapat Vaksin COVID-19 di Amerika Serikat

Cerita dari para WNI di Amerika Serikat yang sudah mendapat vaksin COVID-19.

diperbarui 17 Jan 2021, 07:00 WIB
Diterbitkan 17 Jan 2021, 07:00 WIB
FOTO: Amerika Serikat Mulai Vaksinasi Virus Corona COVID-19
Petugas kesehatan mempersiapkan pemberian vaksin COVID-19 di Long Island Jewish Medical Center, New York, AS, 14 Desember 2020. AS mulai memberikan vaksin COVID-19 pertamanya pada Senin (14/12), dengan dosis pertama disuntikkan kepada para petugas kesehatan dan staf panti wreda. (Xinhua/Wang Ying)

Jakarta - Amerika Serikat masih berada di posisi teratas sebagai negara dengan kasus COVID-19 tertinggi di dunia. 

Hingga 16 Januari 2021, Amerika Serikat telah mencatat 24.102.429 kasus positif COVID-19 dan 401.856 kematian. 

Namun, Amerika Serikat juga menjadi salah satu negara yang telah memulai proses vaksinasi sejak 14 Desember 2020 lalu. 

Mengutip ABC Australia, Sabtu (16/1/2021), hingga pekan ini sekitar 9 juta warga di Amerika Serikat sudah mendapatkan vaksin dan salah seorang diantaranya adalah warga asal Indonesia, Bertha Mote yang tinggal di negara bagian New York.

"Saya adalah perawat di rumah lansia [lanjut usia] di negara bagian Connecticut, sekitar dua jam perjalanan dari New York City," kata Bertha kepada Sastra Wijaya dari ABC Indonesia.

"Di tempat kami ada 180 orang kebanyakan sudah lansia."

"Kami memiliki unit COVID, unit karantina dan tempat perawatan jangka panjang," kata Bertha asal Yogyakarta tersebut.

Sebagai perawat dan tenaga kesehatan lainnya, mereka mendapat prioritas pertama untuk mendapatkan vaksin.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Jadi Prioritas

FOTO: Amerika Serikat Mulai Vaksinasi Virus Corona COVID-19
Petugas kesehatan mempersiapkan pemberian vaksin COVID-19 di Long Island Jewish Medical Center, New York, AS, 14 Desember 2020. AS mulai memberikan vaksin COVID-19 pertamanya pada Senin (14/12), dengan dosis pertama disuntikkan kepada para petugas kesehatan dan staf panti wreda. (Xinhua/Wang Ying)

Bertha sudah dua kali mendapatnya yaitu tanggal 14 Desember dan sebulan kemudian, tepatnya Selasa (13/1).

Ia mengatakan sepengetahuannya ada beberapa orang di tempatnya bekerja yang tidak mau divaksin.

"Ada beberapa alasan dari mereka yang tidak mau divaksin.""Ada yang tidak yakin vaksin akan efektif. Yang lain bilang 'oh dokter saya mengatakan saya tidak boleh divaksin'."

"Sampai yang paling ekstrim mengatakan 'saya tidak mau memasukkan racun ke dalam tubuh saya'," kata Bertha.

Bertha mengaku dirinya lega sesudah mendapatkan vaksin COVID-19.

"Saya merasa lebih aman dalam bekerja. Memang lengan saya sempat sakit, dan saya mengalami sedikit demam.

Tetapi sembuh dengan makan obat sakit kepala dan istirahat. Ini reaksi yang normal."

"Kebanyakan teman-teman dan kolega saya tidak merasakan apapun." katanya.


Dokter Jiwa Asal Indonesia di AS Juga Dapat Vaksin

Aktivitas di pusat distribusi vaksin COVID-19 Moderna di Mississippi
Pekerja menyiapkan box berisi vaksin Moderna COVID-19 untuk dikirim di pusat distribusi McKesson di Olive Branch, Mississippi, AS, Minggu (20/12/2020). Selama seminggu, Pemerintah federal berencana mendistribusikan total 7,9 juta dosis vaksin dari Moderna dan Pfizer Inc (AP Photo/Paul Sancya, Pool)

Selain Bertha, ada WNI lain yang juga menjadi prioritas penerima vaksin COVID-19 di Amerika Serikat.

Ia adalah Profesor Ling Tan, seorang dokter jiwa asal Indonesia yang mengajar di Pennsylvania State University, Amerika Serikat. Ia mengaku tidak merasakan adanya reaksi apapun setelah divaksin.

Profesor Ling yang sekarang berusia 85 tahun mendapat suntikan vaksin pada tanggal 6 Januari lalu.

"Saya akan mendapat suntikan kedua tanggal 22 Januari," katanya.

Menurut lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tersebut, dia mendapatkan vaksin karena masih bekerja menjadi tenaga pengajar dan juga masih menemui pasien.

"Saya masih bekerja penuh waktu empat hari dalam seminggu. Saya sudah bekerja di Departemen Psikiatri di Pennsylvania selama 50 tahun."

Profesor Ling mengatakan siapa saja di Amerika Serikat masih bisa terus bekerja, sepanjang merasa mampu secara fisik dan psikis.

"Di sini orang diminta bekerja hanya karena usia mereka masuk dalam kategori Diskriminasi Usia."

"Di universitas, mereka senang untuk terus mempekerjakan saya." katanya.

Setelah menerima vaksinasi, Profesor Ling Tan mengatakan dia tetap melanjutkan tugasnya.

"Sejauh ini saya tidak merasakan gejala apapun. Sehari setelah vaksinasi saya mengangkat barbel dengan tangan dan tidak merasakan apapun," katanya lagi.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya