Liputan6.com, Beijing - Polisi China menangkap lebih dari 80 orang dan menyita 3.000 dosis vaksin COVID-19Â palsu sebagai bagian dari kampanye untuk memerangi kejahatan terkait vaksin. Para tersangka telah melakukan tipu muslihat setidaknya sejak September 2020.
Baca Juga
Advertisement
Pihak kepolisian China menyatakan, semua dosis vaksin palsu itu telah dilacak, seperti dikutip dari Xinhua, Selasa (2/2/2021). Vaksin palsu dibuat dengan menyuntikkan garam ke dalam jarum suntik, katanya.
Para tersangka mungkin bermaksud mengirim vaksin ke luar negeri, demikian disebutkan dalam surat kabar Global Times yang didukung pemerintah melaporkan, mengutip sumber yang dekat dengan produsen vaksin utama China.
Operasi dilakukan oleh polisi di banyak tempat termasuk Beijing, Shanghai dan provinsi timur Shandong China, lapor Xinhua.
Negara-negara di seluruh dunia telah meluncurkan program vaksin dengan harapan mengakhiri pandemi virus Corona COVID-19 selama setahun.
Â
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak video pilihan di bawah ini:
Kabar Terbaru dari Wuhan
Terbaru, Pasar ikan di Wuhan, China didatangi oleh tim ahli dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Kedatangan tim ahli ini dimaksudkan untuk menyelidiki asal-usul COVID-19, di mana salah infeksi pertama yang dilaporkan terjadi lebih dari setahun lalu di Wuhan.
Dikutip dari laman VOA Indonesia, anggota kelompok itu tiba di pasar makanan laut Huanan - yang telah ditutup sejak Januari 2020.
Merekamendatangi pasar basah yang dibarikade dan para penjaga dengan cepat memblokir orang-orang lain agar tidak ikut masuk, kata beberapa wartawan AFP.
Pada hari Sabtu (30/1), tim WHO itu mengunjungi pameran propaganda yang merayakan pemulihan China dari pandemi di Wuhan, setelah menghadiri sebuah pertemuan di rumah sakit yang menangani infeksi COVID-19 pertama lebih dari setahun lalu.
Rincian perjalanan tersebut hingga berita ini sangat sedikit, karena adanya upaya menghindari media dan informasi terkait rencana perjalanan itu hanya diperoleh melalui cuitan dari para ahli Organisasi Kesehatan Dunia tersebut, dan bukan dari otoritas Komunis China yang bungkam.
Tim WHO itu dibawa ke Rumah Sakit Jinyintan, yang pertama menerima pasien COVID-19 yang didiagnosis secara resmi pada akhir 2019, ketika bencana virus corona muncul di Wuhan di China tengah tersebut.
Advertisement