PM Benjamin Netanyahu Terjerat Korupsi, Presiden Israel Ingin Bentuk Pemerintahan Baru

Di tengah drama politik Israel, Benjamin Netanyahu menjalani sidang korupsi.

diperbarui 07 Apr 2021, 08:08 WIB
Diterbitkan 07 Apr 2021, 08:08 WIB
FOTO: Israel Terima Gelombang Pertama Vaksin COVID-19 Pfizer
PM Israel Benjamin Netanyahu menghadiri upacara untuk menandai kedatangan pesawat yang membawa gelombang pertama vaksin COVID-19 Pfizer di Bandara Internasional Ben Gurion, Tel Aviv, Israel, 9 Desember 2020. Israel memesan sekitar 8 juta vaksin Pfizer. (Xinhua/JINI/Marc Israel Sellem)

Tel Aviv - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu diminta menghadiri persidangan kasus korupsi di Pengadilan Distrik Yerusalem. Ketua Jaksa Penuntut Liat Ben-Ari mengatakan kepada hakim, Netanyahu terlibat dalam "kasus korupsi pemerintah yang serius".

Netanyahu dituduh "secara tidak sah menggunakan kekuasaan besar pemerintah yang dipercayakan kepadanya," dan dalam hubungannya dengan eksekutif media "mementingkan urusan pribadinya - termasuk ketika dia menghadapi keinginannya untuk dipilih kembali," katanya, seperti mengutip DW Indonesia, Rabu (7/4/2021).

Saat Ben-Ari memaparkan kasus kriminal terhadap pemimpin pemerintahan terlama Israel itu, Presiden Israel Reuven Rivlin memulai pembahasan untuk menentukan nasib politik Netanyahu.

Sebelum bertemu dengan utusan Netanyahu dari Partai Likud, Rivlin mengatakan akan berusaha mencalonkan seorang kandidat yang memiliki "kesempatan terbaik untuk membentuk pemerintahan yang akan memiliki kepercayaan dari Knesset baru".

Biasanya, Rivlin memberi pemimpin (dengan sebagian besar rekomendasi dari anggota parlemen individu) waktu 28 hari untuk membentuk pemerintahan dan durasi tersebut bisa diperpanjang 14 hari atas kebijakan presiden.

Mengingat kubu anti-Netanyahu terpecah dan tidak memiliki pemimpin yang disepakati, Netanyahu kemungkinan besar akan menerima rekomendasi paling banyak. Rencananya, Rivlin akan memilih seorang pemimpin pada hari ini Rabu (7/4/2021) yang ditugasi membentuk pemerintahan. Jika mereka gagal melakukannya, presiden akan beralih ke nama lain.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini:


Sidang Korupsi Netanyahu

Ikuti Langkah AS, Guatemala Resmikan Kedubes di Yerusalem
PM Israel Benjamin Netanyahu memberi sambutan saat peresmian Kedubes Guatemala di Yerusalem, Rabu (16/5). Netanyahu menyebut peresmian tersebut adalah tepat karena Guatemala menjadi negara kedua yang mengakui Israel pada 1948. (Ronen Zvulun/Pool via AP)

Netanyahu meninggalkan ruang sidang tak lama setelah Ben-Ari mengungkapkan argumen pembukaan. Hakim mengatakan Netanyahu tidak diharuskan hadir secara fisik untuk memberikan kesaksian.

Meski poses persidangan sudah memasuki fase pembuktian, sidang dengan agenda vonis tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Netanyahu tidak akan dipaksa untuk mengundurkan diri sebagai perdana menteri, kecuali dia dihukum setelah semua upaya bandingnya habis.

Netanyahu merupakan perdana menteri pertama dalam sejarah Israel yang diadili. Dia dituduh melakukan suap, penipuan, dan pelanggaran kepercayaan dalam tiga kasus terpisah.

Di antara tuduhan lainnya, Netanyahu dicurigai telah memberikan tunjangan kepada perusahaan raksasa telekomunikasi Bezeq ketika dia memegang jabatan di Kementerian Komunikasi sekaligus menjabat sebagai perdana menteri.

Sebagai gantinya, situs berita Walla milik Bezeq memberikan liputan berita positif yang menguntungkan Netanyahu. Mantan Kepala Eksekutif Walla, Ilan Yeshua adalah saksi pertama yang diperiksa dalam persidangan tersebut.

Netanyahu terakhir kali muncul di Pengadilan Distrik Yerusalem pada Februari lalu, ketika dia secara resmi menyangkal semua dakwaan terhadapnya. Pengacara Netanyahu berusaha untuk membuat bantahan, tetapi dibatalkan oleh Hakim Rivka Friedman-Feldman, yang mengatakan bahwa mereka telah menanggapi dakwaan di awal persidangan.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya