Liputan6.com, Wellington - Otoritas Selandia Baru melaporkan pada Selasa (20/4) bahwa seorang pekerja di bandara Auckland telah dites positif COVID-19.Â
Namun, mereka meragukan bila kasus baru tersebut bisa memicu penghentian dalam perjalanan bebas karantina dengan Australia.
Baca Juga
Diketahui bahwa Australia dan Selandia Baru telah membuka akses perjalanan antar negara mereka pada Senin (19/4) setelah kedua negara menutup perbatasan pada Maret 2020 untuk non-warga negara dan penduduk tetap untuk menahan pandemi COVID-19.
Advertisement
"Ketika kami membuka, di kedua sisi, kami tentu tahu bahwa kami akan terus melihat kasus yang terkait dengan perbatasan kami," kata Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, sepeti dikutip dari Channel News Asia, Selasa (20/4/2021).
"Kami menerima itu akan menjadi bagian dari perjalanan kami bersama, saya pikir Australia menerimanya," terangnya.
Otoritas kesehatan Selandia Baru pun menghubungi mitra Australia mereka terkait kasus infeksi itu, menurut Ardern.
Namun, kontak tersebut tidak membahas bila pembukaan perjalanan akan dihentikan.
Â
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Berikut Ini:
Selandia Baru Lakukan Pelacakan Kontak
Pekerja bandara Auckland yang terinfeksi COVID-19, yang sepenuhnya sudah divaksinasi, diketahui telah membersihkan pesawat yang datang dari negara-negara dengan wabah COVID-19 yang diketahui, kata Ardern kepada wartawan di Auckland.
Pekerja itu sempat dinyatakan negatif pada 12 April 2021 tetapi kemudian dinyatakan positif dari hasil pengujiannya yang dilakukan secara rutin.
Ardern pun menambahkan, bahwa pelacakan kontak sedang dilakukan.
Penutupan perbatasan, dan sistem pelacakan cepat telah membantu Australia dan Selandia Baru membuat jumlah kasus COVID-19 mereka relatif rendah.
Australia telah mencatat lebih dari 29.500 kasus dan 910 kematian akibat Virus Corona sejak awal pandemi, sementara Selandia Baru hanya memiliki lebih dari 2.200 kasus yang dikonfirmasi dan 26 kematian.
Advertisement