Pameran Virtual Museum Australia Paparkan Hubungan Orang Makassar dengan Suku Aborigin

Simak kelangsungan acara tur publik virtual Museum Nasional Australia, Yidaki: Didjeridu dan the Sound of Australia.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 15 Jul 2021, 20:16 WIB
Diterbitkan 15 Jul 2021, 20:16 WIB
Acara tur publik virtual Museum Nasional Australia, Yidaki: Didjeridu dan the Sound of Australia yang digelar pada Kamis (15/7/2021). (Photo credit: Kedutaan Besar Australia)
Acara tur publik virtual Museum Nasional Australia, Yidaki: Didjeridu dan the Sound of Australia yang digelar pada Kamis (15/7/2021). (Photo credit: Kedutaan Besar Australia)

Liputan6.com, Jakarta - Kedutaan Besar Australia di Jakarta bersama dengan Konsulat Jenderal Australia di Makassar menyelenggarakan tur virtual Museum Nasional Australia, yang bertemakan Yidaki: Didjeridu and the Sound of Australia.

Tur virtual museum itu pun dapat diakses secara publik sebagai bagian dari Pekan NAIDOC 2021. Acara tersebut, telah diselenggarakan pada Kamis (15/7/2021) pukul 15.00 WIB.

Dalam acara tersebut, Konsul-Jenderal Konsulat Australia di Makassar, Bronwyn Robbins memperkenalkan sekilas tentang orang-orang komunitas Yolŋu di timur laut Arnhem Land, dan pemeliharaan instrumen yang mereka kenal sebagai Yidaki, dan hubungan bersejarah dengan pelaut dari Makassar setidaknya sejak tahun 1.700-an.

"Hubungan antara orang Yolŋu, bersama dengan orang Makassar terus menginspirasi seniman dari kedua komunitas tersebut hingga hari ini," kata Konsul-Jenderal Konsulat Australia di Makassar, Bronwyn Robbins dalam acara tur virtual Museum Nasional Australia, yang bertemakan Yidaki: Didjeridu and the Sound of Australia pada Kamis (15/7).

Margo Neale, Kepala Pusat Kuratorial Pengetahuan Adat, Museum Nasional Australia, dan Vania Budianto, Australia Awards Alumnus memberikan pengarahan tentang alat musik tradisional karya orang Yolŋu, yaitu Didjeridu, yang dipamerkan oleh museum tersebut.

Margo dan Vania mengungkapkan, bahwa "pameran ini juga merupakan pameran internasional, yang sebelumnya telah digelar di Jepang".

Dalam suatu momen pada tur virtual museum itu, Margo dan Vania pun menunjukkan alat musik Didjeridu tertua yang dipamerkan di Museum Nasional Australia.

"Yang menarik dari Didjeridu ini adalah ini terbuat dari bambu, dan bukan dari Stringybark seperti alat musik (Didjeridu) yang lain," kata Vania, yang menerjemahkan penjelasan dari Margo soal alat musik tersebut.

Nikmati keseruan tur virtual Museum Nasional Australia, yang bertemakan Yidaki: Didjeridu and the Sound of Australia, dengan klik tautan berikut ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Melihat Sejarah Hubungan Dekat Orang Makassar dengan Suku Aborigin

Seorang pria Aborigin yang didatangkan dari Australia Utara sebagai atraksi bersama binatang-binatang di kebun binatang keliling di Eropa dan Amerika. (Foto Kiriman: The Human Zoo)
Seorang pria Aborigin yang didatangkan dari Australia Utara sebagai atraksi bersama binatang-binatang di kebun binatang keliling di Eropa dan Amerika. (Foto Kiriman: The Human Zoo)

Sebelum tur virtual dimulai, Margo Neale, Kepala Pusat Kuratorial Pengetahuan Adat, Museum Nasional Australia - yang juga akan memimpin tur online ini -- menjelaskan sejumlah hal dalam sesi wawancara dengan media.

Margo Neale memaparkan kisah orang Yolŋu di timur laut Arnhem Land dan pemeliharaan instrumen Yidaki, serta sejarah orang Yolŋu dan hubungannya dengan para pelaut Sulawesi Selatan sejak tahun 1700-an yang menjadi cikal bakal awal hubungan Indonesia-Australia.

"Sudah ada hubungan yang terjalin penduduk di Arnhem Land dan orang Sulawesi Selatan. Setiap tahun ada semacam pembaruan hubungan serta transaksi," ujar Margo Neale, dalam sesi media interview pada Kamis (15/7/2021) siang.

"Sekitar 400 tahun yang lalu, orang aborigin juga tinggal di Sulawesi Selatan dan memiliki keluarga di sana. Hubungan kedua pihak juga selalu terjaga. Dalam 20-30 tahun ini ada perayaan reuni dan semacam atensi kepada pertukaran hubungan yang dimulai 300-400 tahun lalu," tambahnya.

Margo Neale memaparkan apa hal yang melatarbelakangi hubungan orang Makassar dengan suku Aborigin di Australia bisa terjalin begitu panjang.

"Ada ritual dan perayaan serta penggunaan bahasa dari Sulawei Selatan yang erat hubungannya dengan orang Aborigin. Oleh karenanya, hubungan kedua pihak bisa berlangsung lama."

"Bahkan sampai area selatan Tasmania juga terjadi komunikasi."

Kecintaan Margo Neale pada budaya Aborigin dianggapnya sebagai bentuk tanggung jawab guna melestarikan dan menjaga penduduk asli Australia tersebut.

"Saya harus menjadi pelindung mereka. Dan mereka harus selalu dihargai," kata Margo Neale.


Infografis 6 Tips Isolasi Mandiri di Rumah

Infografis 6 Tips Isolasi Mandiri di Rumah. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 6 Tips Isolasi Mandiri di Rumah. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya