Keinginan Perempuan Afghanistan Untuk Kembali Sekolah dan Kerja

Hingga kini, ada ratusan ribu perempuan Afghanistan yang tidak diizinkan kembali ke sekolahnya sejak Taliban merebut kekuasaan pada pertengahan Agustus 2021.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Nov 2021, 08:01 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2021, 08:01 WIB
Demo Perempuan Afghanistan Protes Hak Bersekolah
Sejumlah wanita yang berunjuk rasa terlibat adu mulut dengan anggota Taliban di Herat, Afghanistan, Kamis (2/9/2021). Dalam aksi protes yang jarang terjadi ini mereka mengaku siap menerima aturan burqa asal putri mereka tetap bisa bersekolah. (AFP Photo)

Liputan6.com, Kabul - Ratusan ribu perempuan muda di Afghanistan tidak diizinkan kembali ke sekolah sejak Taliban merebut kekuasaan pada pertengahan Agustus. Banyak yang mengatakan impian mereka tertunda dan hanya sedikit yang memiliki harapan untuk masa depan.

Sahar yang berusia 17 tahun melihat sekeliling kelas lamanya yang kosong. Remaja Afghanistan itu bermimpi menjadi seorang insinyur, tetapi, setidaknya untuk saat ini, ia terpaksa harus belajar di rumah.

Seperti ratusan ribu perempuan Afghanistan lainnya, ia tidak diizinkan kembali ke sekolahnya sejak Taliban merebut kekuasaan pada pertengahan Agustus.

Kelompok garis keras itu hanya mengizinkan laki-laki dan bocah perempuan mengenyam pendidikan. “Sewaktu saya melihat adik perempuan dan adik laki-laki saya yang pergi ke sekolah saya merasa sangat sedih, karena saya tidak bisa melakukan hal yang sama. Sepulang sekolah, mereka mengerjakan pekerjaan rumah dan berbicara tentang teman-teman sekelas dan pelajaran mereka. Saya merasa sedih karena saya tidak bisa pergi ke sekolah," jelasnya.

Di seberang kota, mimpi Hawa, seorang perempuan muda lainnya, juga tertunda. Mahasiswa berusia 20 tahun itu tak bisa melanjutkan studinya di jurusan sastra Rusia di Universitas Burhanuddin Rabbani, yang belakangan diubah namanya oleh Taliban menjadi Universitas Pendidikan Kabul.

Hawa kecewa karena beberapa pekan setelah mengambil alih kekuasaan di Afghanistan, Taliban menutup kementerian perempuan dan menggantinya dengan Kementerian Urusan Kebajikan dan Kejahatan.

Hawa mengatakan ia tidak memiliki harapan untuk masa depannya. "Ketika kementerian perempuan ditutup, ketika kami pergi untuk memprotes Taliban, mereka mengatakan: siapa kalian? Satu-satunya peran kalian adalah memasak, menikah dan duduk di rumah. Kalian tidak perlu bekerja lagi."

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Janji Manis Taliban

Kehidupan di Afghanistan Usai Taliban Berkuasa
Perempuan Afghanistan dengan burqa berjalan di sebuah jalan di Kabul, pada Minggu (22/8/2021). Taliban merebut kembali kendali Afghanistan, hampir dua dekade setelah mereka digulingkan koalisi pimpinan AS. (AP Photo/ Rahmat Gul)

Sewaktu Taliban berkuasa dari 1996-2001, anak-anak perempuan memang tidak diizinkan bersekolah dan semua perempuan dilarang bekerja.

Namun kali ini, para pejabat Taliban berusaha meyakinkan rakyat Afghanistan dan para donor asing bahwa hak-hak rakyat akan dihormati, termasuk dalam hal pendidikan.

Taliban telah berjanji untuk mengizinkan anak perempuan pergi ke sekolah, dan perempuan untuk belajar dan bekerja, setelah rincian tentang bagaimana melakukannya sesuai dengan hukum Islam memperoleh kejelasan.

Taliban juga menyalahkan komunitas internasional karena memotong bantuan, sehingga mempersulit usaha mendanai pembukaan kembali sekolah dan universitas.

Mungkinkah ini terealisasi? Sahar dan Hawa, seperti halnya masyarakat internasional, sebetulnya ragu tapi mereka tidak memiliki pilihan lain selain menunggu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya