Liputan6.com, Beijing - Hari Belanja Nasional (Harbolnas) 11.11 di China mendapat kritik dari media Tiongkok yang disebut telah bergeser fokusnya menjadi ajang "menyembah omset".
Artikel di Securities Daily muncul sehari setelah ledakan belanja tahunan (Harbolnas) yang dipelopori oleh Alibaba Group, yang mencatat pesanan mencapai 540,3 miliar yuan selama acara 11 hari.
Advertisement
Baca Juga
Surat kabar itu mengatakan, program 11.11 tersebut telah mencapai rekor penjualan selama bertahun-tahun, tetapi juga telah memunculkan praktik-praktik seperti pesan teks spam di akun pengguna.
Tak hanya itu, muncul pula persaingan tidak sehat, dan ajang bagi pedagang yang memalsukan diskon, demikian dikutip dari laman insideretail.asia, Jumat (12/11/2021).
Dengan menggunakan harga rendah sebagai nilai jual, platform dan pedagang online merangsang konsumsi yang tidak sejalan dengan tujuan China untuk mencapai pembangunan berkualitas tinggi, tulis media itu.
"Cara semacam ini tidak hanya tidak berkelanjutan dalam hal pertumbuhan digital tetapi juga terkait erat dengan kekacauan," kata surat kabar itu.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tak Ada Tanggapan dari Alibaba
Alibaba dan JD.com tidak segera menanggapi permintaan untuk berkomentar.
Alibaba misalnya, pernah mengubah Hari Jomblo China menjadi acara belanja pada tahun 2009 dan membangunnya menjadi festival penjualan online terbesar di dunia, mengalahkan Cyber ​​Monday di Amerika Serikat.
Rivalnya, JD.com yang juga mengadakan acara belanja di momen perayaan Singles Day, juga tidak mempublikasikan data penjualan real-time.
Advertisement