Liputan6.com, Kerala - Penghitungan kasus COVID-19 harian India hampir dua kali lipat pada Senin (18/4/2022) dibanding hari sebelumnya menjadi lebih dari 2.000 untuk pertama kalinya dalam sebulan. Data pemerintah menunjukkan, negara bagian selatan Kerala melaporkan lonjakan kematian yang besar.
Seperti dikutip dari laman Channel News Asia, Senin (18/4/2022), India berada di pusat krisis global COVID-19, tetapi situasinya telah membaik dan sebagian besar tindakan pencegahan termasuk pemakaian masker baru-baru ini dibatalkan.
Advertisement
Baca Juga
Kasus telah meningkat di negara berpenduduk 1,35 miliar orang, dengan 2.183 infeksi baru dilaporkan pada Senin menjadikan total keseluruhan lebih dari 43 juta, menurut data kementerian kesehatan.
Kementerian melaporkan 214 kematian lagi, termasuk 151 sejak 13 April di negara bagian selatan Kerala, yang secara luas dianggap mengeluarkan data yang lebih akurat daripada banyak negara bagian lainnya.
India telah melaporkan total sekitar 522.000 kematian akibat virus corona meskipun banyak pakar global mengatakan jumlah kematian sebenarnya bisa mencapai 4 juta, dari beberapa ratus juta kasus.
Pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi telah berulang kali menolak perkiraan yang lebih tinggi itu dengan mengatakan, model matematika yang digunakan untuk memperkirakan kematian di negara-negara kecil tidak dapat diandalkan untuk India.
Selain Kerala, ibu kota Delhi, India negara bagian Maharashtra dan Haryana melaporkan peningkatan infeksi tiga digit dalam 24 jam terakhir.
Namun, rawat inap tetap rendah meskipun angka-angka itu meningkat selama beberapa hari terakhir sejak semua pembatasan dibatalkan.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Ribuan Orang India Jadi Korban Penipuan Vaksin COVID-19 Palsu
Kemunculan pusat imunisasi ilegal di kota-kota besar di India ditanggapi tegas oleh pemerintah. Media melaporkan, ribuan warga tertipu dan mendapat vaksin COVID-19 palsu di tengah gelombang infeksi mematikan.
Salah satu kasus yang paling mencolok melibatkan seorang pegawai negeri berusia 28 tahun. Dia dilaporkan menyuntikkan vaksin corona palsu kepada sekitar 2.000 orang, termasuk anggota parlemen partai pemerintah, Bharatia Janata Party (BJP).
Di Kota Mumbai, India lebih dari 2.000 orang juga mengaku mendapat vaksin palsu di sembilan kamp imunisasi ilegal. Polisi melaporkan, semua tabung vaksin yang diberi label Covishield dan Covaxin mengandung Amikacin, sebuah antibiotika untuk melawan infeksi bakteri.
Sejauh ini enam tersangka sudah ditahan oleh aparat keamanan, demikian dikutip dari laman DW Indonesia.
"Sebuah sindikat yang terorganisasi rapi terlibat dalam vaksinasi palsu ini. Kita harus lebih waspada sekarang,” kata Vishawas Patil, seorang pejabat kepolisian lokal kepada DW.
Pemerintah federal berusaha meredam gejolak politik dan menjamin bahwa kasus ini hanya "pengecualian” yang terisolasi.
"Kita telah memberikan vaksin kepada lebih dari 330 juta penduduk. Vaksin palsu bisa diidentifikasi dengan mudah ketika Anda tidak mendapat pesan dari CoWin (aplikasi corona)," kata Lav Agrawal, Wakil Menteri Kesehatan India.
Advertisement
Lambatnya Laju vaksinasi di India
Pakar mengkritik laju imunisasi yang lambat dan hambatan birokrasi atau prosedural membuat banyak warga menjadi frustasi. Buntutnya kini Kementerian Kesehatan akan mengkaji ulang panduan vaksinasi nasional.
Pemerintah di negara bagian West Bengal saat ini sudah membekukan izin semua pusat vaksinasi, selain milik pemerintah atau rumah sakit swasta.
"Warga menjadi resah karena insiden ini. Kita harus menggodok ulang pusat-pusat imunisasi dengan lebih waspada,” kata seorang pejabat di Kolkata kepada DW.
Menurut Shally Aswasthi, dokter anak di rumah sakit King George's University di Lucknow, "Ketimpangan vaksinasi menciptakan perpecahan di masyarakat, karena mereka ingin segera mendapat vaksin," kata dia.
Vaksinasi Untuk Warga India
Saat ini India diyakini membutuhkan setidaknya 130.000 pusat imunisasi, lebih dari 100.000 tenaga kerja kesehatan dan 200.000 staf pendukung. Itu pun hanya untuk menyalurkan vaksin bagi warga yang berisiko, dan berjumlah 300 juta orang.
"Tidak heran jika banyak warga India yang tertipu vaksin palsu, bahkan mereka yang berasal dari kelas menengah pun mulai panik,” kata Vineeta Bal, peneliti di Institut Imunologi Nasional.
Kenapa India kebanjiran obat palsu?Analis menilai, pemerintah belum mampu memaksimalkan rantai penyaluran vaksin agar lebih efektif. "Masalahnya terletak pada distribusi,” kata Shahid Jamel, seorang virolog India.
Selain vaksin Covid, India sejak lama memerangi obat palsu yang marak beredar secara nasional. Menurut Perwakilan Dagang AS (USTR), hingga 20% dari semua obat-obatan yang dijual di India merupakan palsu.
Menurut perusahaan pembuat piranti pengaman komputer, McAfee, India menduduki peringkat teratas dalam daftar negara dengan jumlah aplikasi Covid palsu tertinggi di dunia. "Ketika dunia masih khawatir terhadap Covid dan vaksinasi, kaum kriminal membidik mereka yang ketakutan dengan aplikasi atau undangan media sosial,” tulis perusahaan asal AS itu dalam laporannya, April silam.
Advertisement