, London - Dua kandidat kuat pengganti Perdana Menteri Boris Johnson telah terpilih. Mereka adalah Elizabeth "Liz" Truss dan Rishi Sunak.
"Liz" Truss yang merupakan favorit untuk menjadi perdana menteri Inggris berikutnya, pada Kamis 21 Juli 2022 mengkritik saingannya Rishi Sunak atas kebijakan pajaknya saat menjadi menteri keuangan. Menteri luar negeri Inggris itu menulis di harian Daily Mail bahwa Inggris telah "berjalan ke arah yang salah tentang pajak, dengan beban pajak tertinggi dalam 70 tahun". Dia berjanji untuk membalikkan kenaikan baru-baru ini dan menangguhkan pungutan hijau pada tagihan energi.
Baca Juga
Rishi Sunak dan Liz Truss dipilih hari Rabu 20 Juli oleh anggota parlemen kubu Konservatif, sebagai kandidat pengganti Ketua Partai Konservatif Boris Johnson, yang mundur sebagai pemimpin partai 7 Juli lalu setelah berbulan-bulan tersandung skandal. Dia tetap menjadi PM Inggris sampai penggantinya dipilih.
Advertisement
Mengutip DW Indonesia, hasil kontes kepemimpinan partai dijadwalkan berakhir pada 5 September mendatang. Pemimpin partai yang berkuasa otomatis akan menjadi perdana menteri.
Hanya sekitar 180.000 anggota Partai Konservatif yang memiliki hak suara dalam memilih pemimpin negara berikutnya. Pemilih Inggris yang lain harus menonton kampanye dari pinggir lapangan, saat para kandidat berdebat di kongres partai yang disiarkan di televisi.
Pemenang kontes Partai Konservatif tidak harus menghadapi pemilih Inggris sampai 2024, akhir reguler masa legislasi, kecuali dia memilih untuk mengadakan pemilihan umum dini. Pembuat taruhan di Inggris mengatakan, favorit mereka adalah Liz Truss, karena lebih banyak anggota Partai Konservatif yang mendukungnya daripada yang mendukung Rishi Sunak.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Dari 11 Kandidat Tersisa 2
Awalnya ada 11 kandidat yang mengajukan diri, tetapi dalam pemungutan suara putaran kelima dan terakhir di antara anggota parlemen Konservatif, Rishi Sunak memenangkan 137 suara dan Liz Truss Truss 113 suara. Calon-calon lain mendapat lebih sedikit suara.
Liz Truss berterima kasih kepada beberapa anggota parlemen di luar parlemen tak lama setelah hasil pemungutan suara diumumkan.
"Saya ada di dalam ini, untuk memenangkannya," katanya kepada wartawan. Dalam sebuah pernyataan, dia menerangkan: "Sebagai perdana menteri saya akan mulai bekerja sejak hari pertama, menyatukan partai, dan memerintah sesuai dengan nilai-nilai Konservatif."
Dalam wawancara hari Kamis 21 Juli, Liz Truss mengatakan dia memiliki "ketangguhan" dan "ketabahan" untuk memimpin negara di masa-masa sulit. "Kita berada di masa yang sangat sulit. Kita harus berani,” katanya kepada BBC.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Dianggap Berkhianat
Rishi Sunak, yang menjabat menteri ekonomi Inggris selama masa pandemi sebelum mundur dari pemerintahan Boris Johnson bulan ini, mengklaim bersandar pada pemikiran Margaret Thatcher, yang kebijakan pasar bebasnya telah mengubah ekonomi Inggris secara radikal pada 1980-an.
Rishi Sunak menyebut-nyebut mantan pemimpin konservatif Margaret Thatcher, yang tetap dilihat sebagai pahlawan oleh banyak anggota partai. "Nilai-nilai saya adalah Thatcheris. Saya percaya pada kerja keras, keluarga, dan integritas," tulisnya. "Saya seorang Thatcheris, saya berlari sebagai seorang Thatcheris, dan saya akan memerintah sebagai seorang Thatcheris."
Namun, Rishi Sunak menghadapi permusuhan terbuka dari pendukung keras Boris Johnson, yang menganggapnya telah berkhianat karena mundur dari pemerintah awal bulan ini, sebuah langkah yang kemudian memaksa Boris Johnson mundur dari kursi ketua partai dan perdana menteri. Boris Johnson tetap akan menjabat sampai September mendatang, ketika pemimpin baru partai terpilih dan dilantik sebagai perdana menteri baru.
Boris Johnson Baru Mau Mundur Sebagai PM Inggris pada Oktober 2022
Boris Johnson belum mau mundur sebagai Perdana Menteri (PM) Inggris sampai musim gugur, sekitar Oktober 2022.
Dikutip dari laman BBC, Kamis (7/7/2022) PM Boris Johnson disebutkan telah mundur dari posisinya sebagai pemimpin Partai Konservatif Inggris. Hal ini menyusul pengunduran diri sejumlah menterinya pagi hari ini waktu Inggris.
Johnson disebutkan telah meninggalkan situasi luar biasa di mana negara itu menghadapi krisis biaya hidup serta perang yang sedang berlangsung di Ukraina.
Ada pertanyaan nyata atas konstitusi--dengan pemerintah Skotlandia menuntut referendum lain tentang kemerdekaan.
Analis Nick Eardley menduga alasan Johnson ingin tetap menjadi perdana menteri sampai musim gugur adalah untuk mencoba dan menyelesaikan beberapa masalah itu.
Kemudian untuk mencoba dan mengatakan "ada hal-hal yang ingin ia sampaikan sebelum pergi".
Advertisement