Liputan6.com, Rotterdam - Ada pemandangan berbeda di pelabuhan Rotterdam, Belanda. Rumah-rumah perahu berbahan karton kini terlihat banyak mengapung di atasnya.
Mengutip VOA Indonesia, Sabtu (23/7/2022), orang-orang menamakan rumah terapung kecil itu wikkelboat atau wrap boat. Terbuat dari karton dan memiliki bobot sekitar 500 kilogram, rumah perahu ini bisa digunakan sebagai tempat menginap dan acara-acara berskala kecil.
Baca Juga
Para penghuninya tidak perlu khawatir rumah perahu mereka akan tengelam. Karton-kartonnya dilapis bahan antirembesan air dan kayu.
Advertisement
Segmen-segmen bangunannya modular, sehingga bisa diperluas atau dipersempit sesuai kebutuhan. Bahan kartonnya beragam, termasuk yang bisa menahan panas atau kedap suara.
Sander Waterval, Direktur Wikkelboat, perusahaan produsen rumah perahu itu mengatakan, wikkelboat adalah produk ramah lingkungan.
"Menurut saya keunikan rumah perahu ini bukan hanya materialnya saja, yakni karton. Rumah ini terlindung dengan sangat baik dan banyak memanfaatkan bahan daur ulang. Kami juga memanfaatkan panel surya sebagai sumber energi. Kami benar-benar memikiran proses pembuatannya dan manfaatnya," jelasnya.
Waterval menyatakan, dengan sangat terbatasnya daratan di Belanda, khususnya Rotterdam, rumah perahu merupakan jawaban atas kebutuhan kota-kota di negara itu dalam memperluas diri. Rumah perahu bisa menjadi hotel, restoran dan bahkan tempat tinggal.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Fasilita TV hingga Jacuzzi
Semua rumah perahu memiliki kamar mandi dan kamar tidur. Tempat tidur lipatnya terintegrasi dengan dinding.
Beberapa di antara rumah itu bahkan dilengkapi bak mandi air panas (jacuzzi) di bawah geladak. Untuk kenyamanan, rumah perahu itu juga dilengkapi televisi dan kulkas.
Tujuh rumah perahu produksi Wikkelboat kini hadir di Pelabuhan Rijnhaven di Rotterdam. Dua lainnya mengapung di Sungai Dieze di kota ‘s-Hertogenbosch. Luas nya masing-masing 32 hingga 42 meter persegi dan bisa menampung empat hingga enam orang.
Vera Bauman, seorang manajer proyek pengembangan kota Rotterdam, tertarik dengan ide rumah perahu. "Mengingat banyaknya kawasan yang ditinggalkan di sekitar pelabuhan, kami ingin menghubungkan perairan dengan kawasan-kawasan itu. Kami ingin mengembangkan kota yang terhubung dengan air,” jelasnya.
Wikkelboat merencanakan proyek serupa di kota-kota Belanda lainnya dan di Belgia. Perusahaan itu menarget kota-kota yang ingin menghidupkan kembali pelabuhan-pelabuhan tuanya.
Banyak pengamat menilai, rumah apung ini dapat menginspirasi kota-kota Belanda untuk berekspansi di atas air pada masa depan.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Rumah Apung di Laut Jadi Lokasi Pengusaha China Menepi dari Pandemi COVID-19
Sementara itu, Seorang pengusaha di China menghabiskan satu tahun dan biaya sebesar 400.000 yuan ($ 61.000) untuk membangun rumah terapung 600 kaki persegi yang mengagumkan di lepas pantai provinsi Fujian.
Pengusaha muda yang hanya dikenal dengan nama panggilannya, "Coastline" --yang dibesarkan di dekat laut-- menghabiskan sebagian besar waktunya memancing dan menikmati matahari terbenam yang indah di Dongshan County, sebuah pulau besar di Laut China Selatan.
Coastline menghabiskan sebagian besar waktu luangnya memancing di laut dan menjalankan gaya hidup riang para nelayan Dongshan. Suatu malam pada tahun 2018, ketika minum dengan teman baiknya, arsitek Dong Xinmeng, ia mulai berbicara tentang betapa hebatnya memiliki rumah terapung, sehingga dia bisa memancing dan minum bir sepanjang hari.
Satu minuman mengarah ke yang lain, dan pada akhir malam, mereka telah memutuskan untuk membuat mimpinya menjadi kenyataan, membuat rumah terapung di laut lepas pantaim demikian seperti dikutip dari Odditycentral, Sabtu (26/12/2020).
Dongshan County memiliki sejarah panjang memancing di laut dan budidaya perairan, sehingga Coastline dan teman arsiteknya mengambil inspirasi dari rakit besar mereka untuk membangun dasar pelampung rumah besar.
Kedua teman itu awalnya berencana untuk pindah bersama ke rumah terapung, dan karena tanah tidak menjadi masalah, mereka memutuskan untuk membuatnya berukuran 600 kaki persegi. Namun itu membuatnya terlalu besar untuk dibangun di darat, karena Dongshan tidak memiliki pelabuhan yang cukup besar.
Pada awalnya, mereka memulai proyek itu di perairan dangkal dermaga, tetapi air pasang memberi mereka masalah, sehingga mereka menyeret pondasi ke laut lepas dan mulai membangun di tengah-tengah air.
Membangun rumah di pangkalan terapung ternyata lebih bermasalah dari yang dibayangkan Coastline. Platform ini naik dan turun ketika para pekerja bergerak di atasnya, dan angin kencang juga tidak membantu.
Untuk mengatasinya, mereka membangun struktur kokoh menggunakan baja, dan meskipun Coastline ingin memasukkan sebanyak mungkin kaca ke dalam desain, ia akhirnya mengerti bahwa ia harus berkorban mencari alternatif dan trik lain dalam membangun rumah yang tak konvensional tersebut.
Waterbuurt, Rumah Terapung Canggih Solusi Banjir di Amsterdam Belanda
Waterbuurt (bahasa Belanda yang berarti "kawasan air") adalah pembangunan perumahan canggih di Amsterdam, yang terdiri dari hampir 100 rumah terapung individu yang ditempatkan di Danau Eimer.
Rumah terapung di distrik Ijburg bukanlah rumah perahu biasa, melainkan rumah apung sungguhan. Mereka mengapung berdekatan dengan dermaga dan dilekatkan ke tiang baja, jadi mereka hanya bergerak secara vertikal dengan perubahan pasang surut.
Didesain oleh arsitek Belanda Marlies Rohmer, rumah-rumah tersebut memiliki "desain dasar yang sungguh-sungguh" tetapi pada saat yang sama juga nyaman. Mereka dibangun di galangan kapal sekitar 65 km sebelah utara Danau Eimer dan kemudian diangkut melalui jaringan kanal.
Dikutip dari Oddity Central, Sabtu (12/12/2020), Meski Waterbuurt masih dalam pengerjaan, beberapa rumah sudah dihuni.
Dua pertiga populasi Belanda hidup di wilayah yang tingginya di bawah permukaan laut, dengan mencairnya lapisan es maka akan menjadi masalah serius. Banyak orang yang percaya bahwa hidup di atas air di negara Eropa jauh lebih aman daripada hidup di darat.
Belum lagi harga tanah rumah di pusat kota besar seperti Amsterdam yang beberapa tahun belakangan ini melejit. Jika Anda tidak tahu, air tidak semahal itu.
"Hidup di atas air sudah lebih aman jika Anda tinggal di tempat yang sering terjadi banjir. Sebagian besar kota besar sudah berpenduduk padat dan harga (perumahan) meter persegi meningkat pesat dan air tidak semahal tanah," imbuh Koen Olthuis, seorang visioner arsitektur air.
Advertisement