Liputan6.com, Jakarta - Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) akan menyelenggarakan Conference on Indonesian Foreign Policy (CIFP) pada hari Sabtu, 26 November 2022, di The Kasablanka, Mall Kota Kasablanka, Jakarta.
Sebagai informasi, Conference on Indonesian Foreign Policy (CIFP) adalah forum non-politis, independen, terbuka dan independen, yang diadakan setiap tahun sejak tahun 2015. Tema CIFP tahun ini adalah "Navigating A Turbulent Ocean".
Baca Juga
Tema ini dipilih untuk menstimulasi diskusi mengenai tantangan berat diplomasi bebas aktif Indonesia, dalam mencari peran dan posisi yang tepat dalam dunia yang semakin bergolak, semakin terbelah, dan tidak menentu.
Advertisement
Festival diplomasi ini memfasilitasi diskusi publik tentang politik internasional Indonesia dalam berbagai bidang seperti rivalitas kekuatan besar dunia, geopolitik, keamanan, ekonomi, budaya, lingkungan, Indonesia Emas 2045, dan pemuda.
CIFP merupakan wadah dan titik temu bagi para menteri, pejabat pemerintah, duta besar, diplomat, pakar, politisi, selebritas, tokoh masyarakat, perwira militer dan intelijen, peneliti, jurnalis, pengamat, dosen dan mahasiswa dari seluruh Indonesia.
CIFP 2022 juga mengundang Menko Investasi dan Kemaritiman Luhut Pandjaitan, Menlu Retno L.P Marsudi, Dian Sastrowardoyo, Puteri Indonesia 2022 Laksmi Shari De-Neefe Suardana, Ketua Komisi I DPR RI Meutya Hafid, Gubernur Lemhanas RI Andi Widjajanto, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto, Menteri Perdagangan 2011 - 2014 Gita Wirjawan, Ketua B20 Indonesia Shinta Widjaja Kamdani, Kepala BKPM 2016 - 2019 Thomas Trikasih Lembong, Chief creative officer Narasi Jovial de Lopez, dan berbagai tamu pembicara lainnya dari dalam dan luar negeri.
Acara CIFP 2022 ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya, untuk pendaftaran dapat mengunjungi website www.cifp2022.com.
Global Leadership Award untuk Presiden Joko Widodo
Dalam acara tersebut, FPCI menggandengĀ Pemuda Muhammadiyah, Asosiasi Dosen Indonesia (ADI), Asosiasi Ilmu Hubungan Internasional Indonesia (AIHII), Purna Paskibraka Indonesia DKI Jakarta, dan Indonesia Diaspora Network Global (IDNG) akan menganugerahkan Global Leadership Award kepadaĀ Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Sebagaimana kita ketahui, Presiden Joko Widodo sebagai ketua G20 berhasil menjaga keutuhan G20 serta melahirkan G20 Bali Leadersā Declaration yang padat dengan kesepakatan dan substansi yang menjawab berbagai permasalahan dunia. Keberhasilan ini jelas merupakan sebuah tinta emas dalam sejarah diplomasi dan politik luar negeri Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut, Global Leadership Award dianugerahkan kepada PresidenĀ Jokowi atas dedikasi dan prakarsa luar biasa dalam menjaga perdamaian dunia, menjembatani perbedaan, dan mengutamakan dialog dalam menyelesaikan permasalahan global.
Global Leadership Award ini merupakan bentuk apresiasi tulus dari komunitas hubungan internasional bangsa Indonesia.
"Banyak yang mengkhawatirkan KTT G20 sudah rusak permanen dan tidak bisa menghasilkan kesepakatan yang berarti, semua kekhawatiran ini adalah hal yang nyata namun dapat dijawab dengan cemerlang oleh Indonesia di bawah kepemimpinan Jokowi," ujar Pendiri FPCI sekaligus Ketua Panitia CIFP 2022 Dr. Dino Patti DjalalĀ dalam keterangan tertulis terkaitĀ Conference on Indonesian Foreign Policy (CIFP) yang dimuatĀ Jumat (26/11/2022).
"Indonesia telah berhasil menyelamatkan G20 dan bahkan membuat G20 tetap sebagai motor solusi ekonomi dunia. Ini adalah suatu prestasi internasional Indonesia yang luar biasa dan patut untuk diapresiasi," tambahnya.Ā
Advertisement
FPCI Gandeng Global Citizen Gelar Global Town Hall 2022, Diskusi Maraton 15 Jam Bareng Warga Seluruh Dunia
Sebelumnya, Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) menggelarĀ Global Town HallĀ (GTH). Acara tahunan ini akan diadakan pada Sabtu, 5 November 2022.
Tahun ini FPCIĀ menggandeng kemitraan dan kolaborasi baru dengan organisasi advokasi internasionalĀ Global Citizen.
Dengan serangkaian tujuan bersama, Global Citizen akan menjadi tuan rumah bersama Global Town HallĀ atauĀ GTH 2022.
Pada kemitraan FPCI dengan Global Citizen tahun ini, Global Town Hall bertujuan untuk menjangkau audiens yang lebih luas di seluruh dunia.
"Global Citizen bangga bermitra dengan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) untuk memperkuat suara rakyat, dan keterlibatan langsung mereka pada isu-isu global yang mendesak yang penting bagi kita semua," kata Michael Sheldrick, Co-Founder dan Chief Policy, Impact, and Government Affairs Officer seperti tertuang dalam pernyataan tertulis yang dibagikan FPCI dan dikutip Minggu (18/9/2022).
"Dari dampak ekonomi yang menghancurkan dari invasi Ukraina, hingga mempercepat aksi iklim yang mendesak dan menghilangkan kemiskinan ekstrem, sinergi antara The Global Town Hall dan kampanye End Extreme Poverty NOW menginspirasi kami dalam upaya bersama ini, dan kami berkomitmen untuk memobilisasi untuk memastikan pemerintah di mana pun mendengar Global Citizen di seluruh dunia dan meningkatkan upaya mereka dalam masalah yang tidak bisa menunggu ini,ā imbuh Sheldrick.
Tahun ini, Global Town Hall diselenggarakan dengan tema "Sustaining Peace and Development in a Divided and Dangerous World"Ā pada 5 November 2022 (ICT).
FPCI Rilis Hasil Survei Hubungan ASEAN-China, Konflik Geopolitik Jadi Sorotan
Sementara belum lama ini, FPCI menggelar survei yang berjudulĀ ASEAN-China SurveyĀ 2022: Managing Cooperation Amidst Geopolitical TensionĀ sebagai platform untuk mengetahui persepsi masyarakat ASEAN tentang China.Ā
Survei ASEAN-ChinaĀ ketiga yang diadakan olehĀ FPCIĀ ini menggalang 1.658 suara masyarakat di 10 negara Asia Tenggara, baik dari kategori sipil, akademisi, pelajar, komunitas bisnis, maupun pemerintah.
Survei ini menggali persepsi responden tentang pengaruh China, keterkaitan dengan konflik geopolitik di Laut China Selatan, Myanmar, hingga Ukraina, Rivalitas China-AS, dan kepercayaan masyarakat ASEAN terhadapĀ China.
Dalam peluncuran hasil surveiĀ pada Senin (31/10/2022) sore,Ā Dr. Shofwan Al Banna Choiruzzad selaku Supervisor ASEAN-China Survey Program memaparkan bahwa survei 2022 ini juga dibandingkan dengan dua survei sebelumnya pada tahun 2020 dan 2021.
Hasil survei dapat digunakan sebagai pertimbangan oleh para pembuat kebijakan mengenai isu terkait, tak hanya untuk negara-negara di Asia Tenggara tapi juga negara-negara lain yang bekerjasama dengan ASEAN seperti AS, Jepang, atau Australia.
Shofwan juga menjelaskanĀ tentang hal yang mendasari penentuanĀ ASEAN-ChinaĀ sebagai fokus survei. Menurutnya, hubungan ini cukup konsekuensial, penting tapi juga kontroversial.
China terus berkembang menjadi negaraĀ super powerĀ di Asia, tentu ini memberikan dampak baik bagi negara-negara di Asia untuk memanfaatkan hubungan politiknya dengan China. Dalam hal ekonomi, nilai perdagangan negara-negara ASEAN dengan China pada semester awal 2022 mencapai $212 miliar USD (Rp 3.310 triliun).
Namun, kontroversi muncul karenaĀ konflik geopolitik, baik yang terjadi di China, Asia, maupun Eropa, yang dapat mengancam keamananĀ politik maupun ekonomi negara-negara ASEAN.
Advertisement