Liputan6.com, Kyiv - Suara tembakan dan deru kendaraan lapis baja bergema di sekitar kota-kota di barat Ukraina yang sepi, di dekat wilayah perbatasan Belarus pada Rabu (11/1) ketika pasukan Ukraina berlatih untuk menghadapi ancaman serangan baru melintasi front baru di utara.
Ukraina khawatir Rusia akan mengerahkan pasukan ke wilayah sekutunya, Belarus, sebelum menyerang ke barat laut atau bahkan mencoba langsung menyerang Kyiv seperti dilakukan pada awal invasi Februari lalu, dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (12/1/2023).
Baca Juga
Dengan membuka kembali front utara, Rusia akan melemahkan kekuatan pasukan Ukraina, yang selama berbulan-bulan berfokus pada pertempuran di timur dan selatan. Perhatian dan kekuatan pasukan Ukraina akan terpaksa terpecah ke utara.
Advertisement
Mengantisipasi kemungkinan serangan, pasukan Ukraina, padaRabu, berlatih perang kota, menembakkan senapan serbu, mengendarai kendaraan lapis baja dan membebaskan sandera. Dalam latihan lain di pedesaan yang tertutup salju, pasukan berlatih menyergap dan menghancurkan kelompok pengintai, fitur serangan pertama Rusia dari Belarus yang ditinggalkan Rusia awal April lalu.
Meskipun membawa tekanan sangat besar pada Kota Soledar di Ukraina timur dalam beberapa hari ini, pasukan Rusia selama berbulan-bulan tampak ‘lemah’ di medan perang. Serangan tiba-tiba dari Belarus akan menandai perubahan dinamika yang mencengangkan.
Tingkatkan Efektivitas Pasukan, Rusia Ganti Komandan Perang Ukraina
Presiden Vladimir Putin mencopot komandan perang pasukan Rusia di Ukraina Sergei Surovikin. Peristiwa ini terjadi hanya tiga bulan setelah sang jenderal dilantik.
Posisi yang ditinggalkan Surovikin sekarang akan diisi oleh Kepala Staf Umum Valery Gerasimov. Demikian seperti dilansir BBC, Kamis (12/1/2023).
Jenderal Gerasimov adalah kepala staf umum Rusia terlama di era pasca-Uni Soviet. Ia menjabat sejak tahun 2012.
Sementara itu, sosok Surovikin - yang sekarang menjadi wakil Gerasimov - dikenal sebagai "Jenderal Armageddon". Julukan itu melekat karena taktik brutalnya dalam perang, termasuk dalam operasi Rusia di Suriah, khususnya pengeboman besar-besaran di Kota Aleppo.
Tidak lama setelah Surovikin ditunjuk untuk memimpin operasi serangan di Ukraina pada Oktober lalu, Rusia memulai kampanye untuk menghancurkan infrastruktur energi Ukraina, meninggalkan jutaan warga sipil Ukraina tanpa listrik atau air mengalir untuk waktu yang lama di musim dingin. Di bawah kepemimpinan Surovikin terjadi pula kemunduran di Kherson, yang menandai kesuksesan besar bagi Ukraina.
Advertisement
Untuk Meningkatkan Kualitas dan Efektivitas Pasukan Rusia
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan keputusan mengganti Jenderal Surovikin ditujukan untuk mengorganisir kontak yang lebih dekat antara berbagai cabang angkatan bersenjata dan meningkatkan kualitas serta efektivitas manajemen pasukan Rusia.
Namun, sejumlah pihak menilai bahwa langkah Rusia tersebut sebagai tanda bahwa Surovikin mungkin telah mendapatkan terlalu banyak kekuasaan.
"Sebagai komandan di Ukraina, Surovikin menjadi sangat kuat, dan kemungkinan melampaui (Menteri Pertahanan Rusia Sergei) Shoigu dan Gerasimov ketika berbicara dengan Putin," tulis analis militer Rob Lee di Twitter.
Beberapa blogger militer hawkish Rusia, yang mendukung perang tetapi sering mengkritik cara pelaksanaannya, sangat kritis terhadap kepemimpinan militer Rusia, termasuk penunjukan Jenderal Gerasimov.
Pengumuman penggantian Surovikin datang di tengah klaim kemenangan Rusia di Kota Soledar.
Jatuhnya Soledar disebut dapat membantu pasukan Rusia dalam serangan mereka di kota strategis Bakhmut. Kota Soledar memiliki tambang garam yang dalam, yang dapat digunakan untuk menempatkan pasukan dan menyimpan peralatan, terlindung dari misil Ukraina.
Klaim Kemenangan Wagner
Klaim kemenangan atas Soledar disampaikan kelompok tentara bayaran Rusia, Wagner.
Pada Selasa (10/1) malam, pemimpin kelompok itu, Yevgeny Prigozhin, mengatakan pasukannya menguasai Soledar sepenuhnya. Namun, pada Rabu (11/1) Kementerian Pertahanan Rusia mengeluarkan pernyataan yang dinilai bertentangan dengan klaim Wagner.
Hal tersebut menyebabkan Prigozhin mengulangi klaimnya pada Rabu malam. Dalam pernyataan singkat di Telegram, dia mengaku bahwa tentara bayarannya telah membunuh sekitar 500 tentara pro-Ukraina.
"Seluruh kota dipenuhi mayat tentara Ukraina," tulisnya.
Ukraina baru-baru ini membuat komentar serupa tentang mayat Rusia.
Perbedaan dalam narasi resmi Rusia seputar Soledar mengisyaratkan perpecahan dalam kepemimpinan militer negara itu, khususnya antara Grup Wagner dan kementerian pertahanan.
Advertisement