Liputan6.com, Wellington - Jacinda Ardern emosional, menahan air mata, saat mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Perdana Menteri Selandia Baru. Bagi publik, kejutan tidak hanya soal pengumuman tersebut, tapi juga alasan di baliknya.
Alih-alih politis, perempuan berusia 42 tahun itu mengaku tidak lagi punya cukup tenaga untuk memimpin Negeri Kiwi.
Baca Juga
"Saya mundur karena peran istimewa ini datang bersama tanggung jawab. Tanggung jawab untuk tahu kapan Anda tepat memimpin dan kapan sebaliknya. Saya tahu apa yang dibutuhkan dalam pekerjaan ini. Dan saya menyadari bahwa saya tidak lagi memiliki cukup energi untuk melakukannya... Sesederhana itu," kata Jacinda Ardern seperti dikutip dari The Guardian, Kamis (19/1/2023).
Advertisement
Saat menyampaikan pengumuman pengunduran dirinya, Jacinda Ardern mengatakan bahwa dia mendapat dukungan dari keluarga atas apa pun keputusannya: melanjutkan kepemimpinan atau mundur.
Yang digarisbawahinya adalah bahwa dia mundur bukan karena pekerjaannya sulit.
"Saya menyadari kapan saya memiliki cukup tenaga untuk melakukannya... Dan saya akan merugikan rakyat Selandia Baru jika tetap lanjut memimpin," kata dia seperti dikutip news.com.au.
Pasangan Jacinda Ardern, Clarke Gayford (46), turut hadir dalam momen konferensi pers pengunduran diri tersebut. Keduanya telah dikaruniai seorang putri bernama Neve Te Aroha Ardern Gayford.
Kepada Clarke dan putrinya, Jacinda Ardern mengatakan, "Untuk Neve, ibu menantikan momen bersama ketika kamu mulai sekolah tahun depan. Dan untuk Clarke, ayo kita menikah."
7 Fakta Pasca Pengunduran Diri Jacinda Ardern
Jacinda Ardern terpilih sebagai Perdana Penteri Selandia Baru pada tahun 2017 saat usianya 37 tahun, menjadikannya sebagai pemimpin perempuan termuda di dunia.
Dan kini setelah pengunduran diri Jacinda Ardern, berikut sejumlah fakta untuk disimak seperti dilansir dari media Selandia Baru, Radio New Zealand:
1. Hari terakhir Jacinda Ardern menjabat sebagai perdana menteri adalah 7 Februari, kecuali penggantinya berhasil terpilih sebelum hari itu.
2. Jacinda Ardern akan tetap menjadi anggota parlemen mewakili Mount Albert hingga April. Langkah ini diambilnya demi menghindari negara itu dari pemilihan sela.
3. Kaukus Partai Buruh telah menyetujui pemungutan suara untuk memilih pengganti Jacinda Ardern pada Minggu 22 Januari 2023.
4. Satu individu membutuhkan lebih dari dua pertiga dukungan dalam kaukus untuk menjadi pemimpin baru partai sekaligus perdana menteri Selandia Baru. Kaukus punya waktu tujuh hari untuk memastikan proses tersebut membuahkan hasil. Jika tidak, kontes kepemimpinan beralih ke keanggotaan yang lebih luas.
5. Jacinda Ardern menegaskan tidak akan mendukung satu kandidat pun sebagai penggantinya.
6. Grant Robertson, wakil perdana menteri yang juga menteri keuangan, mengatakan tidak akan mengajukan diri untuk menggantikan Jacinda Ardern. Ia sendiri disebut-sebut sebagai kandidat terkuat.
7. Pemilu Selandia Baru akan berlangsung pada 14 Oktober 2023.
Advertisement
Anjlok dalam Jajak Pendapat
Ilmuwan politik dari Victoria University of Wellington Bryce Edwards menilai bahwa pengunduran diri Jacinda Ardern tidak sepenuhnya mengejutkan.
"Dia dikagumi di seluruh dunia, tetapi pemerintahannya anjlok dalam jajak pendapat," kata Edwards dilansir CNN.
Jacinda Ardern terpilih dua kali. Setelah tahun 2017, dia kembali untuk masa jabatan kedua pada tahun 2020.
Kemenangannya pada tahun 2020 disebut sebagai hasil dari serangkaian kesuksesan pemerintahannya, termasuk membantu Selandia Baru menghindari dampak hebat pandemi COVID-19. Untuk itu, dia menuai pujian internasional, sementara popularitasnya di dalam negeri dilaporkan menurun.
Beberapa jajak pendapat pada akhir 2022 menunjukkan penurunan dukungan untuk Ardern dan Partai Buruhnya, dengan beberapa di tingkat terendah sejak dia menjabat pada 2017. Demikian Radio New Zealand.
Edwards menilai bahwa keputusan Jacinda Ardern untuk mundur mungkin demi menghindar dari hasil pemilu yang memalukan.
"Mundur sekarang adalah hal terbaik untuk reputasinya... dia keluar dengan baik dibanding kalah dalam pemilu," tutur Edwards.
Edwards menilai tidak ada sosok yang mencolok untuk menggantikannya. Namun, dia menyebut sejumlah nama sebagai calon potensial termasuk Menteri Pendidikan Chris Hipkins dan Menteri Kehakiman Kiri Allan.
Â