Liputan6.com, Jakarta - Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI) menghadirkan sesi berbincang bertajuk "Institutionalizing Accessibility: Reforming from the Inside" bersama Duta Besar Amerika Serikat (Dubes AS) untuk ASEAN dan beberapa tokoh yang mengadvokasikan persamaan hak dan kewajiban untuk penyandang disabilitas.
Acara itu diselenggarakan pada Selasa, (14/2/2023), turut mengundang mantan Dubes AS untuk Malta Gina Abercrombie-Winstanley selaku Chief Diversity and Inclusion Officer for the Department of State, serta Dubes AS untuk ASEAN Yohannes Abraham.
Baca Juga
"Kita ingin menjadi agen perubahan. Kita ingin membuat dunia lebih baik," ucap Gina dalam pembukaan di @america, Pacific Place Mall, Jakarta.
Advertisement
"Tantangannya adalah, bagaimana membuat organisasi-organisasi untuk mengapresiasi setiap individu," imbuhnya.
Menurut Gina, langkah-langkah kecil berperan penting untuk membuat perubahan. Hal-hal kecil seperti meminta ruang publik yang lebih inklusif dan mudah diakses bagi seluruh entitas termasuk para penyandang disabilitas, sangatlah penting.
"Kami (AS) berkomitmen untuk bekerja sama dengan Indonesia dan ASEAN untuk mempromosikan lebih banyak dialog seputar disabilitas," kata Dubes Yohannes.
Dengan menormalkan percakapan mengenai disabilitas, hal itu akan membantu dalam membuang stigma-stigma terkait para penyandang disabilitas.
Percakapan bisa mulai dari lingkup kecil misalnya dalam keluarga atau pertemanan. Lingkungan sosial yang lebih besar seperti komunitas dan sekolah, juga dapat berperan signifikan, khususnya dalam mengedukasi serta menciptakan ruang publik yang nyaman bagi penyandang disabilitas.
Hal senada disampaikan oleh Rezki Achyana, founder dan CEO Parakerja, organisasi dalam bidang pelatihan kerja untuk penyandang disabilitas.
"Tagline Parakerja adalah working for equality, karena kami ingin membuat lingkungan kerja yang adil untuk penyandang disabilitas," kata Rezki.
Rezki mengingatkan bahwa penyandang disabilitas memiliki hak dan kewajiban yang sama seperti manusia pada umumnya. Stigmatisasi tentang mereka harus ditinggalkan.
Tidak semua penyandang disabilitas adalah objek tontonan yang mendulang perhatian, rasa kasihan, dan tepuk tangan. Namun, yang diinginkan banyak penyandang disabilitas adalah rasa kebersamaan dan kekeluargaan dengan manusia lainnya yang sehat secara fisik.
Perlu Perencanaan Lingkungan yang Inklusif
Hamzi Omar adalah salah satu pembicara yang hadir di acara YSEALI. Ia adalah presiden Asosiasi Tunanetra Nasional Brunei Darussalam atau Brunei Darussalam National Association of the Blind (BDNAB).
"Di sini (BDNAB), kami ingin memastikan penyandang tunanetra mendapatkan persamaan hak dan kewajiban di segala aspek mulai dari pendidikan, pekerjaan, dan lingkungan sosial," kata Hamzi.
Tidak hanya menyebarkan kesadaran, tetapi BDNAB juga menggalang dana untuk pembangunan fasilitas guna menyediakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi tunanetra.
Sebab, nyatanya lingkungan masih belum cukup inklusif. Meskipun tergolong minoritas, keberadaan penyandang disabilitas haruslah dijamin keberlangsungan hidupnya.
"Kita semua harus diperlakukan secara sama," ujar Adhura Husna, ketua Layanan Konsultatif Etika Independen untuk Populasi Terpinggirkan atau Independent Ethics Consultative Service for Marginalised Populations (ECS-MP) di Universitas Malaya.
Adhura mengatakan dalam ruang publik masih minim fasilitas yang mengakomodasi kebutuhan kelompok difabel. Spektrum difabel tidak sebatas pada mereka yang memiliki disabilitas sensorik, disabilitas fisik, disabilitas intelektual, dan disabilitas mental.
Manusia yang sehat secara fisik dan mental pun kemungkinan bisa merasakan apa yang dirasakan kelompok difabel, kata Adhura. Misalnya, ketika seseorang mengalami cedera sehingga membutuhkan kursi roda untuk beraktivitas meski hanya beberapa bulan.
Lingkungan atau fasilitas publik yang menyediakan ruang untuk mereka yang menggunakan kursi roda pun masih minim dan jarang ditemukan.
Rezki juga menambahkan bahwa nyatanya mereka yang non-disabilitas terkadang menikmati fasilitas atau kemudahan yang dibuat khusus para penyandang disabilitas.
"Jika kamu merasa bahwa fasilitas-fasilitas untuk penyandang disabilitas itu menyusahkan, pikir lagi. Karena kamu juga menikmati dan menggunakan fasilitas-fasilitas mereka," ucap Rezki.
Meskipun terkesan mengutamakan penyandang disabilitas, lingkungan yang inklusif bukan hanya menguntungkan satu pihak, melainkan masyarakat luas.
Advertisement
Tentang YSEALI
YSEALI diluncurkan pada 2013 sebagai program khas pemerintah AS untuk memperkuat kemitraan dengan para pemimpin baru di Asia Tenggara.
Melansir dari laman resmi U.S. Embassy and Consulates in Indonesia, YSEALI juga bertujuan untuk memperluas keterampilan masyarakat Asia Tenggara sebagai pemimpin sipil, ekonomi dan non-pemerintah yang efektif di wilayah Asia Tenggara, dan mendorong mereka untuk bekerja sama lintas batas untuk memecahkan tantangan regional.
YSEALI mencakup semua negara anggota ASEAN, mulai dari Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, hingga Vietnam.
YSEALI juga program yang terbuka untuk anak muda mulai dari usia 18 sampai 35 tahun.
Menanggapi prioritas pemuda di kawasan ASEAN, program YSEALI berfokus pada empat tema yakni keterlibatan masyarakat, pembangunan berkelanjutan, pendidikan, dan pertumbuhan ekonomi.
Peluang yang diberikan YSEALI untuk anak-anak muda termasuk pertukaran profesional dan akademik ke AS, lokakarya regional untuk pengembangan jejaring dan keterampilan, dan kompetisi hibah untuk mendukung upaya para pemimpin baru untuk menangani masalah-masalah regional.
Tentang @america
@america tidak hanya menjadi lokasi untuk acara YSEALI, tetapi merupakan pusat informasi dan kebudayaan publik milik pemerintah AS, atau yang dikenal dengan nama American Space.
@america telah dibuka di Jakarta pada Desember 2010 dan telah menyelenggarakan hampir 7.000 program, menerima lebih dari 2,5 juta pengunjung.
@america yang berlokasi di Pacific Place Mall, Jakarta ini terbuka untuk umum selama tujuh hari dalam seminggu.
Acara-acaranya diselenggarakan secara gratis, terbuka untuk umum dan mencakup beragam topik seperti pendidikan, lingkungan, musik dan seni, sains dan teknologi, serta kewirausahaan.
@america juga memberikan tempat untuk siapa pun yang tertarik untuk belajar di AS dan disediakan layanan konsultasi gratis.
Tempat ini menggunakan teknologi canggih untuk menghadiri diskusi, obrolan daring, pertunjukan, debat, lokakarya, dan pameran untuk membantu berbagi informasi tentang AS ke khalayak publik.
Advertisement