Liputan6.com, Moskow - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, dia akan fokus pada penguatan triad nuklir, yang berarti senjata nuklir yang dapat ditembakkan dari darat, udara, dan laut. Selain itu, dia mengungkapkan bahwa untuk pertama kalinya, rudal balistik antarbenua Sarmat atau Setan II yang mampu membawa banyak hulu ledak nuklir akan dikerahkan tahun ini.
Adapun rudal balistik antarbenua Setan II diklasifikasikan sebagai senjata super oleh Rusia. Itu pertama kali diperkenalkan pada 2018 dan telah tertunda pengerahannya pada tahun lalu.
Baca Juga
"Kami akan meningkatkan perhatian untuk memperkuat triad nuklir," kata Putin dalam pidatonya untuk menandai Hari Pembela Tanah Air pada Kamis (23/2), seperti dikutip dari New York Post, Jumat (24/2/2023).
Advertisement
"Kami akan melanjutkan produksi massal sistem Kinzhal hipersonik berbasis udara dan akan memulai pasokan massal rudal hipersonik Zirkon berbasis laut."
Dalam kesempatan yang sama, Putin juga mengungkapkan, "Tentara dan angkatan laut yang modern dan efisien adalah jaminan keamanan dan kedaulatan negara, serta jaminan pembangunan yang stabil dan masa depannya. Itulah sebabnya, seperti sebelumnya, kami akan memprioritaskan perhatian untuk memperkuat kemampuan pertahanan kami."
"Industri kami dengan cepat meningkatkan produksi seluruh jajaran senjata konvensional dan mempersiapkan produksi massal model peralatan canggih untuk tentara dan angkatan laut, serta pasukan kedirgantaraan," imbuhnya.
Menurut sejumlah pejabat AS kepada CNN pada awal pekan ini, Rusia melakukan uji coba rudal Setan II tepat pada saat Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berkunjung ke Ukraina pada Senin (20/2) dan diduga gagal. Putin sendiri tidak menyinggung soal uji coba itu dalam pidato kenegaraannya pada Selasa (21/2).
Selama pidato kenegaraannya yang nyaris berlangsung selama dua jam, Putin mengumumkan penangguhan partisipasi Rusia dalam perjanjian kontrol nuklir New START. Itu merupakan perjanjian senjata terakhir antara Rusia dan AS.
Biden menyebut keputusan itu sebagai kesalahan besar dan sangat tidak bertanggung jawab.
Eks Presiden Bela Hak Rusia
Dmitry Medvedev, mantan presiden Rusia, membela hak negaranya untuk menggunakan nuklir jika perlu.
"Jika AS ingin mengalahkan Rusia maka kami berhak membela diri dengan senjata apapun, termasuk senjata nuklir," katanya via saluran Telegramnya pada Rabu.
Namun, Mayor Jenderal Yevgeny Ilyin, seorang pejabat senior pertahanan Rusia, mengatakan kepada majelis rendah Parlemen Rusia bahwa angkatan bersenjata akan terus mematuhi ketentuan perjanjian New START, yang membatasi jumlah hulu ledak nuklir yang dapat dimiliki masing-masing pihak.
Perang di Ukraina sebagian besar masih menemui jalan buntu pada musim dingin ini, tetapi serangan baru Rusia mendorong kemajuan di wilayah timur Donbas.
Kedua belah pihak telah berjuang untuk memastikan pasokan senjata ke wilayah-wilayah utama karena konflik terus berlanjut. Ukraina hampir seluruhnya bergantung pada pasokan Barat, sementara Rusia berusaha meningkatkan kapasitas produksinya.
Advertisement