Perang Ukraina: Serangan Rusia ke Klinik Rawat Jalan di Dnipro Tewaskan 2 Orang

Salah seorang korban tewas dalam serangan rudal Rusia adalah pejalan kaki berusia 69 tahun.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 27 Mei 2023, 09:05 WIB
Diterbitkan 27 Mei 2023, 09:05 WIB
Ilustrasi perang Rusia Ukraina. (Unsplash/Ahmed Zalabany @zalab8)
Ilustrasi perang Rusia Ukraina. (Unsplash/Ahmed Zalabany @zalab8)

Liputan6.com, Kyiv - Serangan rudal Rusia ke sebuah klinik rawat jalan di Kota Dnipro, Ukraina, pada Jumat (26/5/2023), menewaskan dua orang dan melukai 30 lainnya. Seorang yang tewas adalah pejalan kaki usia 69 tahun, sementara satu jenazah lainnya ditemukan di reruntuhan.

Presiden Volodymyr Zelensky menyebut peristiwa itu sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.

"Serangan rudal lain, kejahatan lain terhadap kemanusiaan," kata Zelensky di Twitter. "Bangunan klinik psikologi dan klinik hewan di Kota Dnipro hancur.

"Hanya negara jahat yang bisa menyerang klinik. Tidak ada tujuan militer dalam hal ini. Itu murni teror."

Dalam gelombang terbaru serangan udara ke Ukraina pada Jumat, rudal dari udara yang ditujukan ke Kyiv diluncurkan oleh pesawat Rusia dari Laut Kaspia. Menurut militer Ukraina, seluruhnya dapat dicegat.

Ukraina juga mengklaim bahwa pertahanan udaranya telah menembak jatuh 25 dari 31 drone Shahed rancangan Iran yang ditujukan ke Kyiv.

Penasihat Zelensky, Mykhailo Podolyak, mengatakan bahwa Rusia ditakdirkan untuk kalah perang, tetapi semakin lama berlanjut, semakin tinggi jumlah korban sipil.

"Serangan terbaru di Dnipro menunjukkan bahwa Rusia hanya berusaha membunuh sebanyak mungkin orang, hanya karena mereka bisa," ujar Podolyak seperti dilansir The Guardian, Sabtu (27/5/2023).

Sekitar 140 kilometer utara Dnipro, sebuah rudal S-300 Rusia menghantam bendungan di Distrik Karlivka, di Provinsi Donetsk, membuat penduduk berisiko mengalami banjir parah.

Juru bicara militer Ukraina Natalia Humeniuk mengatakan bahwa Rusia menggunakan Shaheds dan pesawat tak berawak lainnya untuk memikat pertahanan udara Ukraina agar merespons sehingga mengungkapkan posisi mereka untuk kemudian menjadi sasaran rudal.

"Mereka mencoba menyerang dalam gelombang tepat untuk melihat di mana pertahanan berada dan ke mana harus menyerang selanjutnya," katanya kepada televisi Ukraina.

Rusia: Negosiasi Tidak Mungkin Selama Zelensky Menjabat

Potret 1 Tahun Invasi Rusia ke Ukraina
Tentara Ukraina menembakkan sistem artileri Pion ke posisi Rusia dekat Bakhmut, wilayah Donetsk, Ukraina, 16 Desember 2022. Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO dan sejumlah pengamat mengungkapkan perang bisa terjadi dalam beberapa bulan, tahun atau bahkan hingga waktu yang tak terbatas. (AP Photo/LIBKOS, File)

Di Rusia, otoritas lokal mengatakan bahwa drone menyebabkan ledakan pada Jumat yang merusak perumahan dan gedung perkantoran di Krasnodar, tepat di sebelah timur Krimea, di seberang selat Kerch.

Gubernur Krasnodar Veniamin Kondratyev menulis di Telegram, "Ada beberapa kerusakan pada bangunan, tetapi infrastruktur penting tidak rusak. Dan yang paling penting, tidak ada korban jiwa."

Pejabat Rusia juga mengklaim Ukraina telah menembaki daerah perbatasan Provinsi Belgorod, target serangan minggu ini oleh kelompok pemberontak Rusia yang berbasis di Ukraina.

Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev menegaskan bahwa negosiasi dengan Ukraina tidak mungkin dilakukan selama Zelensky masih menjabat.

"Konflik ini akan berlangsung sangat lama. Selama beberapa dekade, mungkin. Ini adalah kenyataan baru," kata Medvedev, yang kini menjadi wakil ketua dewan keamanan Rusia. "Semuanya selalu berakhir dengan negosiasi, dan ini tidak bisa dihindari, tetapi selama orang-orang ini berkuasa, situasi Rusia tidak akan berubah dalam hal negosiasi."

Sementara itu, Podolyak mengatakan bahwa dari sudut pandang Kyiv, pembicaraan dengan Moskow tidak ada gunanya.

"Bernegosiasi dengan Rusia hari ini akan seperti mundur saat Anda menang," katanya. "Kehilangan Ukraina akan menjadi kerugian bagi demokrasi. Mengapa Anda membiarkan demokrasi kalah? Jika Putin tidak kalah dan elite Rusia tidak berubah, perang akan meledak dengan kekuatan yang lebih besar dalam beberapa tahun."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya