Liputan6.com, Phnom Penh - Kamboja akan melaksanakan pemilihan umum pada Minggu 23 Juli 2023. Partai pemerintah saat ini, Cambodian People's Party (CPP) pimpinan Perdana Menteri Hun Sen, diperkirakan akan kembali unggul.
Potensi besar kemenangan dominan CPP akan memperpanjang kekuasaan Hun Sen sebagai orang nomor satu negara itu selama hampir empat dekade, demikian seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (22/7/2023).
Baca Juga
Sekitar 9,7 juta dari 16 juta penduduk Kamboja berhak memilih dalam pemilihan majelis nasional. Tempat pemungutan suara akan dibuka pukul 07.00 - 15.00 waktu setempat dan hasil awal diharapkan akan keluar pada Minggu malam.
Advertisement
Selain CPP, ada 17 partai yang turut bersaing dalam Pemilu Kamboja. Tetapi, sebagian besar tidak ada yang memiliki kekuatan atau sumber daya untuk menantang partai yang berkuasa, yang memenangkan semua 125 kursi majelis pada pemilu 2018.
CPP menghadapi tantangan terbesar terhadap kekuasaannya dalam pemilu 2013 ketika memenangkan kurang dari setengah suara, diikuti oleh oposisi yang baru dibentuk Partai Penyelamatan Nasional Kamboja (CNRP). Perolehan CNRP mencerminkan popularitasnya di kalangan pemuda, serikat buruh, dan barisan sakt hati atas CPP.
Pada tahun-tahun berikutnya, CPP menggunakan pengaruhnya atas pengadilan dan lembaga demokrasi untuk melemahkan saingannya. Hal itu berujung pada pembubaran CNRP sembilan bulan sebelum pemilu 2018, karena dugaan rencana untuk menggulingkan pemerintahan Hun Sen. Pemimpin CNRP ditangkap atas tuduhan makar.
Sejumlah besar tokoh oposisi melarikan diri ke pengasingan dan ratusan dihukum. Namun sebagian besar in absentia dalam persidangan massal.
Bekas anggota CNRP mendirikan Candle Party (Partai Lilin), tetapi mereka mengalami kampanye intimidasi, menurut kelompok HAM. Partai tersebut didiskualifikasi dari pemilihan karena masalah teknis atas dokumen pendaftaran dan minggu ini, dua anggotanya ditangkap atas tuduhan menghasut setelah mereka mendesak pemilih untuk menghancurkan surat suara mereka.
Di sisi lain, CPP telah menjaga popularitasnya. Kemampuan CPP untuk menjaga perdamaian, pertumbuhan dan stabilitas setelah genosida Khmer Merah tahun 1970-an dan perang saudara berikutnya tetap menjadi nilai jual terbesarnya, terutama di daerah pedesaan di mana banyak orang Kamboja telah menyaksikan transformasi di tempat yang dulunya merupakan salah satu negara termiskin di dunia.
Di bawah PM Hun Sen yang berusia 70 tahun, Kamboja telah mencapai status berpenghasilan menengah ke bawah, dengan peningkatan pada sektor kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur.
Sektor manufaktur tekstilnya, terutama untuk merek-merek terkenal dari negara Barat, telah berkembang pesat, menciptakan lapangan kerja vital, dan memicu pertumbuhan ekonomi rata-rata 7,7% antara tahun 1998 dan 2019.
Pemilu yang Penting untuk Keberlanjutan Cengkeraman Kekuasaan Hun Sen
Setelah empat dekade berkuasa, Hun Sen telah memperluas dan memperdalam pengaruh politiknya di Kamboja. Sekarang, tujuannya adalah untuk memastikan jalan yang mulus bagi putra sulungnya, Hun Manet, untuk menggantikannya.
Hun Manet, 45, akan debut dalam pemilihan hari Minggu 23 Juli. Ia perlu memenangkan kursi legislatif untuk memenuhi syarat sebagai perdana menteri.
Pemilu akan memberinya kesempatan untuk mendapatkan legitimasi politik dengan publik.
Dengan begitu, dia diharapkan untuk dapat mengambil alih kekuasaan di Kamboja. Sementara ayahnya akan mempertahankan pengaruh 'dinasti Hun' dengan menjadi ketua CPP sementara.
Hun Sen tidak memberikan kerangka waktu untuk transisi. Namun, pada Kamis 20 Juli, dalam sebuah wawancara dengan televisi China, dia mengatakan Hun Manet bisa menjadi perdana menteri dalam waktu satu bulan setelah pemilihan .
Transisi akan diawasi dengan ketat di luar negeri untuk melihat apakah pengalamannya dengan pendidikan dan demokrasi Inggris dan Amerika akan mengarah pada pergeseran status quo otoriter, dan meningkatkan hubungan Kamboja dengan negara Barat.
Advertisement