Liputan6.com, Pyongyang - Kim Jong Un memamerkan senjata terbaru Korea Utara kepada Menteri Pertahanan (Menhan) Rusia Sergei Shoigu pada Rabu 25 Juli 2023.
Pyongyang mengundang delegasi Rusia yang dipimpin oleh Shoigu, serta pejabat China.
Baca Juga
Mereka akan menghadiri perayaan peringatan 70 tahun gencatan senjata Perang Korea di Pyongyang, yang biasanya ditandai dengan parade militer besar-besaran.
Advertisement
Mengutip laporan BBC, Kamis (27/7/2023), senjata yang dipamerkan termasuk Hwasong intercontinental ballistic missile (ICBM) atau rudal balistik antarbenua Hwasong.
Berhasil diuji pada bulan April, rudal itu diyakini sebagai ICBM pertama di negara itu yang menggunakan propelan padat, yang membuatnya lebih cepat diluncurkan daripada bahan bakar cair.
Selain itu juga dipamerkan dua desain drone baru, termasuk satu yang menyerupai drone penyerang ofensif utama yang digunakan oleh Angkatan Udara AS, menurut NK News, sebuah situs spesialis yang berfokus pada Korea Utara.
Kunjungan Shoigu ini di tengah tuduhan bahwa Pyongyang memasok Rusia dengan senjata untuk digunakan dalam perangnya di Ukraina - klaim yang dibantah oleh Pyongyang dan Moskow.
Kantor berita Korea Utara KCNA mengatakan Kim dan Shoigu membahas "masalah yang menjadi perhatian bersama" di bidang pertahanan nasional dan lingkungan keamanan internasional.
Kunjungan delegasi untuk Victory Day atau Hari Kemenangan Korea Utara - sebagai akhir permusuhan tahun 1953 disebut di Utara - diperkirakan akan selesai pada hari Kamis dengan parade militer. Orang Korea secara teknis masih berperang karena tidak ada kesepakatan damai yang tercapai saat konflik berakhir.
Rusia dan China adalah sekutu lama Korea Utara. Kunjungan mereka menandai pertama kalinya Kim membuka pintu bagi tamu asing sejak pandemi COVID-19.
Terakhir kali Pyongyang mengundang delegasi pemerintah asing untuk parade militer adalah pada Februari 2018.
Kim Jong Un melakukan "pembicaraan ramah" dengan Shoigu, yang memberinya surat bertanda tangan dari Presiden Rusia Vladimir Putin, kata KCNA, menambahkan bahwa dia kemudian menyebut militer Korea Utara "yang paling kuat" di dunia.
Delegasi China Dipimpin Li Hongzhong
Delegasi China yang berkunjung, dipimpin oleh anggota politbiro Li Hongzhong, juga menyerahkan surat pribadi dari Xi Jinping kepada Kim Jong Un.
Kim dilaporkan mengatakan kepada Li bahwa "rakyat Korea tidak akan pernah melupakan fakta bahwa prajurit pemberani dari Relawan Rakyat China menumpahkan darah untuk membawa kemenangan perang".
Beijing telah mengirim pasukan pada musim gugur 1950 untuk mendukung Korea Utara dalam perang melawan Korea Selatan. Uni Soviet saat itu juga mendukung Korea Utara dalam perang tersebut.
Â
Advertisement
Rusia Sekutu Korea Utara
Sejak runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, Rusia menjadi sekutu bagi Korea Utara karena ketidaksukaan mereka terhadap AS.
Beberapa analis mengatakan penyertaan utusan China dan Rusia dalam parade Hari Kemenangan tahun ini mengisyaratkan kemungkinan pelonggaran pembatasan COVID-19.
Ini terjadi beberapa minggu setelah gambar warga Korea Utara berjalan-jalan tanpa masker ditampilkan di media pemerintah.
Negara tertutup itu telah menutup diri dari semua hubungan perdagangan dan diplomatik pada awal 2020, bahkan dengan Rusia dan China, mitra ekonomi dan politik utamanya.
Kim Jong Un Belum Respons Upaya Pembebasan, Bagaimana Nasib Tentara AS yang Lintasi Perbatasan Korut Tanpa Izin?
Sementara itu, belakangan Korut jadi sorotan karena kasus tentara AS melintas ke perbatasan negara paling terisolasi di dunia, Korea Utara (Korut) belum lama ini. Pentagon mengidentifikasi prajurit itu sebagai Private 2nd Class Travis King.
Kabarnya Korut telah menahan tentara tersebut, namun hingga kini belum ada kabar lebih lanjut mengenai kondisi maupun upaya pembebasan dari pihak negeri pimpinan Kim Jong Un tersebut.
"Korea Utara belum menanggapi upaya AS untuk membahas tentara Amerika yang lari melintasi perbatasan, kata sejumlah pejabat di Washington," Rabu 19 Juli 2023 malam seperti dikutip dari VOA Indonesia.
"... Pentagon berusaha menghubungi sejawat-sejawatnya di kalangan Tentara Rakyat Korea (Utara). Pemahaman saya adalah bahwa komunikasi tersebut belum ditanggapi," kata Matthew Miller, juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, kepada wartawan di Washington hari Rabu.
Pernyataan mereka itu seakan menegaskan bahwa prospek pembebasan tentara itu tidak jelas, mengingat ketegangan antara Washington dan Pyongyang tinggi, sementara saluran komunikasi tidak aktif.
Prajurit Private 2nd Class (Kelas 2) Travis King, yang seharusnya dalam perjalanan ke Fort Bliss, Texas, setelah menyelesaikan hukuman penjara di Korea Selatan karena aksi kekerasan yang dilakukannya, lari ke Korea Utara saat melakukan tur sipil ke desa perbatasan Panmunjom pada Selasa 18 Juli. Ia adalah orang Amerika pertama yang diketahui ditahan di Korea Utara dalam hampir lima tahun.
Penahanan warga negara AS terbaru, tentara King, terjadi pada hari yang sama dengan kapal selam berkemampuan nuklir AS berlabuh di Korea Selatan untuk pertama kalinya sejak 1981.
Kapal selam itu secara khusus dipasok untuk membantu Korea Selatan menghadapi ancaman nuklir yang ditimbulkan oleh Korea Utara. Menjelang penyebarannya ada ancaman pembalasan dari pihak berwenang di Pyongyang, yang memperingatkan AS bahwa pengiriman senjata nuklir ke semenanjung itu dapat memicu krisis nuklir.
Beberapa jam setelah penahanan tentara King, militer Korea Selatan mengkonfirmasi bahwa dua rudal balistik diluncurkan dari Korut dan mendarat di luar zona ekonomi eksklusif Jepang.
Advertisement