Kedubes Italia-Uni Eropa Gelar Workshop I-ACT, Inisiatif Perkuat Peran Generasi Muda Indonesia Atasi Perubahan Iklim

Kedutaan Besar Italia dan Uni Eropa, bersama dengan beberapa Organisasi Pemuda Indonesia, menggelar Workshop I-ACT, sebuah inisiatif untuk memperkuat peran generasi muda Indonesia dalam mengatasi perubahan iklim.

oleh Therresia Maria Magdalena Morais diperbarui 15 Sep 2023, 20:00 WIB
Diterbitkan 15 Sep 2023, 20:00 WIB
Kedutaan Besar Italia dan Uni Eropa, bersama dengan beberapa Organisasi Pemuda Indonesia, menggelar Workshop I-ACT.
Kedutaan Besar Italia dan Uni Eropa, bersama dengan beberapa Organisasi Pemuda Indonesia (Youth for Energy Southeast Asia (Y4E-SEA) dan Society of Renewable (SRE)), menggelar Workshop I-ACT, sebuah inisiatif untuk memperkuat peran generasi muda Indonesia dalam mengatasi perubahan iklim, Jumat (15/9/2023). (Liputan6/Therresia Maria Magdalena Morais)

Liputan6.com, Jakarta - Kedutaan Besar Italia untuk Indonesia bekerja sama dengan Youth for Energy Southeast Asia (Y4E-SEA) dan Society of Renewable (SRE) menyelenggarakan workshop perdana di Indonesia untuk para generasi muda.

Workshop berjudul "Italy-IRENA Action for Climate Toolkit (I-ACT)" ini didukung Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia sebagai bagian dari European Union Green Diplomacy Weeks Indonesia 2023, berlangsung pada 15-16 September 2023 di Istituto Italiano di Cultura di Jakarta.

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan para generasi muda dari berbagai negara untuk memahami dan mengambil tindakan terkait hubungan antara energi dan iklim, serta membangun jaringan global bagi para generasi muda yang tertarik dengan bidang ini.

I-ACT pertama yang diadakan di Indonesia ini diikuti oleh 50 peserta yang telah terpilih melalui proses seleksi. 5 di antaranya betasal dari luar Jakarta, yaitu Makassar, Ngawi, Balikpapan, Malang, dan Bali.

Roberto Carniel, Atase Sains Kedubes Italia untuk Indonesia, menyampaikan melalui sambutannya dalam pembukaan acara, bahwa acara ini didedikasikan untuk jurnalis Piero Angela yang telah menginspirasi berbagai generasi masyarakat Italia, terutama kaum muda, dengan kecintaannya pada pengetahuan, sains, dan inovasi.

"Piero adalah jurnalis sains Italia yang paling terkenal, jasanya benar-benar dirasakan oleh orang-orang. Ia berbicara tentang sains dengan cara yang sederhana yang bisa dimengerti dengan mudah," ujar Carniel dalam acara hari pertama workshp di Istituto Italiano di Cultura Jakarta, Jumat (15/9/2023).

Kesetaraan Gender dan Peran Pemuda dalam Green Diplomacy Week 2023

Stephane Mechati, Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia, menyampaikan sambutannya dalam acara Italy-IRENA Action for Climate Toolkit (I-ACT), Jumat (15/9/2023).
Stephane Mechati, Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia, menyampaikan sambutannya dalam acara Italy-IRENA Action for Climate Toolkit (I-ACT), Jumat (15/9/2023). (Liputan6/Therresia Maria Magdalena Morais)

Turut hadir juga Stephane Mechati, Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia. Dalam sambutannya, Stephane Mechati mengungkapkan tema Green Diplomacy Week tahun ini adalah 'a global, just energy transition.'

"Tahun ini kami bertujuan untuk mendorong kesetaraan gender dengan menampilkan partisipasi dan kepemimpinan perempuan dalam menghijaukan planet kita. Hal ini terbukti dalam workshop hari ini di mana perempuan muda berada di garda depan, memimpin kegiatan ini dan berbagi pengetahuan dengan orang lain," ujar Stephane Mechati.

Selain menjelaskan tentang tema Green Diplomacy Week 2023, Stephane Mechati juga menggarisbawahi pentingnya peran anak muda dalam menghadapi perubahan iklim.

"Generasi muda seperti kalian semua yang ada di sini memiliki peran yang unik dalam mengatasi krisis iklim. Mulai dari perspektif baru, ide-ide inovatif yang dihasilkan oleh generasi muda sangat penting untuk mendorong perubahan menuju lebih baik," tambah Stephane Mechati dalam sambutannya.

Stephane Mechati menegaskan bahwa dunia mengandalkan para generasi muda untuk melawan perubahan iklim. Tak lupa, Stephane turut menjelaskan keterlibatan Uni Eropa dan para generasi muda untuk melawan perubahan iklim melalui 'EU Green Deal'.

Dengan 'EU Green Deal', terdapat landasan bagi perubahan transformatif yang terdiri dari tiga komponen, “Mempercepat dan menavigasi transisi yang diperlukan, menyebarkan mendemonstrasikan dan mengurangi risiko, serta melibatkan masyarakat untuk inovasi sosial,” ujar Stephane Mechati.

Di akhir pidatonya, Stephane Mechati mengatakan bahwa dengan bekerja sama, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih cerah dan hijau untuk masa depan.

Sama seperti Stephane Mechati, Adam Adiwinata, perwakilan IRENA untuk Indonesia juga turut menyampaikan pentingnya peran generasi muda terhadap permasalahan perubahan iklim khususnya di Indonesia.

"70 persen penduduk Indonesia berada pada kelompok produktif, yang merujuk pada anak muda, termasuk kalian semua peserta pelatihan yang hadir pada hari ini," ujar Adam.

Adam juga mengatakan bahwa generasi muda di Indonesia harus memiliki komitmen yang mampu mendorong perubahan di Indonesia, Asia, bahkan dunia.

"Ekspresikanlah apa yang ada dalam pikiran kalian. Generasi muda seperti kalian itu unik, karena kalian cenderung tidak akan tinggal diam jika melihat sesuatu yang salah," tambah Adam.

Mitos hingga Tren Iklim dan Energi

Penyampaian materi oleh Amira Bilqis dalam I-ACT, peserta turut aktif berdiskusi.
Penyampaian materi oleh Amira Bilqis dalam I-ACT, peserta turut aktif berdiskusi. (Liputan6/Therresia Maria Magdalena Morais)

Program I-ACT mencakup tahap awal pelatihan daring untuk para pelatih, yang diselenggarakan oleh para ahli dari IRENA untuk Peer Educators yang terpilih dari berbagai negara. Dari Indonesia, ada Amira Bilqis dan Mazidatun Maftukhah yang mengikuti pelatihan ini.

Pada 15 September 2023, hari pertama pelaksanaan I-ACT, materi diberikan oleh Amira Bilqis, yang berperan sebagai Peer Educator dalam pelatihan ini. Materi yang dibawakan oleh Amira terkait dengan mitos-mitos umum, tren iklim dan energi, serta energi terbarukan untuk aksi perubahan iklim.

Salah satu mitos umum yang tersebar tentang perubahan iklim yang disebutkan oleh Amira melalui presentasi dalam acara ini adalah, "Jika kita mengubah cara pembangkitan listrik, hal itu cukup untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor energi."

"Orang selalu berpikir, bahwa hanya electricity yang harus berubah, tetapi hal itu tidak benar, ujar Amira kepada peserta.

Itu adalah mitos yang harus dihilangkan dari pemikiran para generasi muda. Faktanya, emisi sektor energi mewakili sekitar tiga perempat dari total emisi gas rumah kaca.

Namun, energi bukan hanya berasal listrik yang mewakili sekitar 40 persen emisi sektor energi, tetapi juga berasal dari transportasi, proses memasak, pemanasan, pendinginan, industri, dan masih banyak lagi.

Materi kemudian dilanjutkan dengan membahas tren iklim dan energi, termasuk alasan mengapa perubahan iklim terjadi, dampak perubahan iklim terhadap Bumi, serta kontribusi sektor energi terhadap peningkatan emisi.

Tidak hanya pemberian materi, para peserta juga dituntut aktif untuk berdiskusi mengenai topik yang sedang dibahas. Salah satu peserta, Mikaela, seorang mahasiswa jurusan Hubungan Internasional dari Universitas Kristen Indonesia, mengatakan kepada Liputan6.com alasan dan ekspektasinya setelah mengikuti pelatihan ini.

"Saya berkuliah di jurusan Hubungan Internasional, saya cukup tertarik dengan isu-isu terkait perubahan iklim dan saya rasa pelatihan ini cocok untuk menunjang studi saya. Dari mengikuti pelatihan ini, saya berharap dapat membagikan ilmu berharga yang saya dapatkan di sini kepada teman-teman saya," ujar Mikaela.

Tujuan Program I-ACT untuk Masa Depan Berkelanjutan

I-ACT resmi diluncurkan pada tanggal 18 Desember 2022.
I-ACT resmi diluncurkan pada tanggal 18 Desember 2022 sebagai bagian dari inisiatif "Global Days" yang dikelola oleh Directorate General for Global Affairs (DGMO) dari Ministry of Foreign Affairs and International Cooperation (MAECI) di kantor pusat MAECI di Roma. (Liputan6/Therresia Maria Magdalena Morais)

I-ACT resmi diluncurkan pada 18 Desember 2022 sebagai bagian dari inisiatif 'Global Days' yang dikelola oleh Directorate General for Global Affairs (DGMO) dari Ministry of Foreign Affairs and International Cooperation (MAECI) di kantor pusat MAECI di Roma.

Program I-ACT merupakan langkah unggulan dari Italia yang mengakui betapa pentingnya kontribusi para pemuda dalam aksi iklim, yang disusul dengan pendirian Youth4Climate pada tahun 2021 sebagai bagian dari persiapan Pre-COP26.

Kali ini, Italia semakin menegaskan peranannya dalam memberdayakan pemuda dengan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menjadi agen perubahan.

Tujuan dari program ini adalah menginspirasi generasi muda yang mampu membentuk masa depan yang lebih berkelanjutan dan tangguh bagi diri mereka sendiri dan komunitas mereka.

Acara ini yang diinisiasi oleh Italia, UE, Y4E-SEA, dan SRE menunjukkan komitmen bersama mereka dalam mendorong penggunaan energi terbarukan sebagai solusi utama dalam aksi iklim dan mengajak untuk menyebarkan ilmu ini kepada generasi muda Indonesia.

Infografis Journal
Infografis Journal  15 Negara yang Paling Rentan pada Perubahan Iklim. (Liputan6.com/Trie Yasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya