Liputan6.com, Islamabad - Setidaknya 7 orang tewas sementara 10 lainnya terluka dalam peristiwa sebuah bom meledak di dalam kantor politik anggota parlemen Liga Muslim Pakistan-Nawaz (PML-N) Sardar Amjad Farooq Khosa di Taunsa pada 14 Oktober 2015.
Kejadian ini tampaknya merupakan tindak balas terhadap tindakan keras negara terhadap militan Islam.
Baca Juga
Melansir dari The Guardian, Sabtu (14/10/2023) ledakan tersebut mengakibatkan kehancuran bangunan di seberang tempat tinggal Sardar Amjad Farooq Khosa di Dera Ghazi Khan, tempat di mana menurut anggota parlemen, para pendukung dan pekerja sedang menunggu.
Advertisement
Kejadian ini terjadi pada awal bulan suci Muharram, periode dalam kalender Islam yang sering kali menjadi sasaran serangan teroris di masa lalu.
“Secara rutin, orang-orang berkumpul di aula pertemuan saya untuk membahas masalah mereka, pada suatu waktu terjadi ledakan dahsyat,” kata Khosa, yang merupakan anggota faksi berkuasa Liga Muslim Pakistan (PML-N). "Banyak dari rekan politik terdekat saya kehilangan nyawa dalam serangan ini. Namun, hal ini tidak akan mengurangi tekad kita untuk terus berjuang melawan terorisme."
Melansir dari The Express Tribune, tim penyelamat dan kendaraan pemadam kebakaran telah sampai di tempat kejadian di mana usaha penyelamatan dan penyelidikan sedang berlangsung. Sumber menyebutkan bahwa suara ledakan terdengar hingga dua kilometer dari lokasi tersebut. Selain itu, tim ahli penjinak bom juga sudah dipanggil ke tempat kejadian.
Sardar Khosa mengklarifikasi bahwa ledakan terjadi di kantornya di Taunsa saat dirinya berada di Islamabad untuk menghadiri pertemuan.
Tokoh Politik Mengutuk Serangan Tragis Tersebut
Sardar Khosa menambahkan bahwa serangan ini mungkin merupakan tanggapan terhadap operasi militer yang sedang berlangsung, Zarb-e-Azb, melawan kelompok teroris.
Ia mengutuk serangan ini sebagai tindakan pengecut, anggota parlemen menyatakan bahwa dia tidak menerima ancaman atau peringatan sebelum ledakan terjadi.
Sementara itu, kelompok sempalan Taliban mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut, dan mereka mengklaim bahwa mereka adalah pelaku di balik ledakan di kantor politik anggota parlemen dari partai yang berkuasa di DG Khan.
Eshanullah Ehsan, juru bicara dari kelompok Jamaatul Ahrar Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP), menyatakan bahwa mereka melakukan serangan terhadap kantor pemilihan anggota parlemen PML-N.
Kelompok militan ini telah berpisah dari TTP karena perbedaan pandangan yang serius pada tahun sebelumnya. Para pejabat keamanan menyatakan bahwa sebagian besar pemimpin Taliban telah pindah ke Afghanistan dan kini beroperasi dari sana.
Perdana Menteri Nawaz Sharif, ketua TTP Imran Khan, dan pemimpin politik lainnya juga mengecam serangan tersebut.
Advertisement
Upaya Negara Mengatasi Terorisme Sektarian
Pada Agustus sebelumnya, Menteri Dalam Negeri Punjab Shuja Khanzada bersama 18 orang lainnya kehilangan nyawa setelah dua orang pelaku bom bunuh diri meledakkan bom di pertemuan yang dihadirinya di kantor politiknya di desa Shadi Khan, yang berjarak sekitar 30kilometer dari kota Attock.
Pada bulan Juni tahun sebelumnya, negara ini meluncurkan kampanye yang bertujuan melawan Taliban Pakistan dan kelompok teroris sektarian.
Meskipun ini mengakibatkan penurunan tajam dalam tingkat kekerasan secara keseluruhan, beberapa rencana besar tetap dapat dilaksanakan, termasuk pembunuhan Shuja Khanzada, menteri dalam negeri Punjab pada bulan Agustus. Dia menjadi sasaran serangan bom ketika bertemu dengan warga di kantor daerah pemilihannya.
Dera Ghazi Khan di Punjab selatan telah menjadi pusat aktivitas kelompok militan sektarian di masa lalu. Muharram, periode ketika minoritas Syiah di Pakistan mengadakan prosesi berkabung di depan umum, merupakan waktu yang penuh risiko.
Langkah Pencegahan untuk Menghindari Kekerasan Massal
Kelompok ekstremis Sunni mengecam praktek di mana laki-laki melukai diri sendiri dengan cambuk hingga berdarah, menganggapnya sebagai tindakan yang menghina. Prosedur ini sering kali menjadi target para penyerang bom di masa lalu.
Dalam indikasi meningkatnya sikap tidak toleran resmi terhadap kelompok-kelompok ini, anggota dari kelompok ekstremis Sunni Ahle Sunnat Wal Jamaat telah ditangkap dalam beberapa minggu terakhir. Sementara itu, Malik Ishaq, yang mengaku sebagai pembunuh Syiah, ditembak mati oleh pasukan keamanan pada bulan Juli.
Sejumlah besar ulama juga dilarang masuk ke kota-kota besar karena khawatir mereka dapat mencoba memprovokasi kekerasan massal.
Advertisement