Kabar Palestina: Akhirnya Joe Biden dan Uni Eropa Akui Rakyat Gaza Menderita

Setelah berhari-hari membela Israel, Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyorot penderitaan rakyat Gaza dan Israel.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 16 Okt 2023, 05:43 WIB
Diterbitkan 16 Okt 2023, 05:01 WIB
Israel Bombardir Gaza Palestina
Bola api meletus saat Israel membombardir Kota Gaza, Palestina, Senin (9/10/2023). Israel memberlakukan pengepungan total di Jalur Gaza dan memutus pasokan air karena terus mengebom sasaran-sasaran di daerah kantong Palestina yang padat penduduknya sebagai tanggapan atas serangan mendadak Hamas yang disamakan dengan serangan 9/11. (MOHAMMED ABED/AFP)

Liputan6.com, London - Pemimpin negara-negara Barat akhirnya mulai menunjukkan simpati ke rakyat Gaza dan Palestina di tengah perang antara Hamas dan Israel. Pernyataan untuk menolong rakyat Gaza ini muncul usai para pemimpin itu lebih fokus berdeklarasi untuk membela Israel

Presiden Amerika Serikat Joe Biden berkata mayoritas rakyat Palestina menderita akibat konflik yang terjadi, meski Presiden Biden tetap menyalahkan Hamas. 

"Kita tidak boleh tak melihat terkait fakta bhwa mayoritas rakyat Palestina tidak ada urusannya dengan serangan keji Hamas, dan mereka menderita akibat hal itu," ujar Presiden AS Joe Biden via X, dikutip Minggu (15/10/2023). 

Sementara, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengaku telah berbicara dengan Sekjen PBB Antonio Guterres dan berjanji bahwa Uni Eropa akan menggenjot bantuan ke Gaza

Situasi Gaza saat ini sedang mengalami blokade total oleh Israel. 

"UE akan menambah tiga kali lipat bantuan kemanusiaannya kepada rakyat sipil di Gaza dan wilayah yang lebih luas," ujar Presiden Ursula von der Leyen melalui X. 

Pada situs resmi Komisi Eropa, Presiden von der Leyen berkata total bantuan yang diberikan ke Gaza akan menjaid 75 juta euro. Lebih lanjut, Ursula von der Leyen berkata Israel punya hak untuk membela diri mereka, tetapi harus tetap berada di koridor hukum internasional.

"Komisi medukung hak Israel untuk membela diri sendiri melawan teroris-teroris Hamas, dengan penghormatan penuh kepada hukum kemanusiaan internasional. Kami bekerja keras untuk memastikan bahwa rakyat sipil tak bersalah di Gaza diberikan dukungan pada konteks ini," tegas Presiden Ursula von der Leyen.

McDonalds Israel Diboikot Gara-Gara Sumbang 4.000 Makanan Lebih ke Tentara Israel, Muslim Dunia Serukan Boikot McD

Militan Palestina meluncurkan puluhan roket ke Israel
Tembakan roket diluncurkan dari beberapa lokasi di Gaza mulai pukul 06:30 pagi (0330 GMT) dan berlanjut selama hampir setengah jam, wartawan AFP melaporkan. (MAHMUD HAMS / AFP)

Sebelumnya dilaporkan, McDonalds Israel menghadapi seruan boikot, gara-garanya cabang makanan cepat saji di negara itu mulai memberikan makanan gratis kepada Israel Defense Forces (IDF) atau tentara Israel setelah pecahnya perang Israel vs Hamas.

"McDonald's menyediakan makanan gratis untuk IDF, (pasukan militer Israel). Kita harus berpegang pada prinsip-prinsip kita dan mengambil tindakan yang sejalan dengan keyakinan kita. Mari kita boikot McDonalds karena mendukung perusahaan yang terlibat dalam konflik adalah hal yang salah, terutama jika menyangkut hilangnya nyawa orang yang tidak bersalah," kritik salah satu pengguna X terkait aksi waralaba milik Israel itu, seperti dikutip dari News Week, Minggu (15/10).

Poster kritik tersebut juga berbunyi: "Mari kita tingkatkan kesadaran dan dorong akuntabilitas dari merek-merek ini. Ingat, suara dan tindakan setiap individu dapat membuat perbedaan dalam membentuk dunia yang lebih adil."

Dalam serangkaian postingan Instagram pekan ini, McDonald's Israel mengatakan pihaknya menyumbangkan ribuan makanan gratis kepada tentara Pasukan Pertahanan Israel serta rumah sakit.

Dalam keterangan di salah satu postingan, diterjemahkan oleh Instagram, McDonald's Israel menulis, "Update bahwa kemarin kami telah menyumbangkan 4.000 makanan ke rumah sakit dan unit militer, kami bermaksud untuk menyumbangkan ribuan makanan setiap hari kepada tentara di lapangan dan di daerah wajib militer, dan ini lebih dari sekadar diskon bagi tentara yang datang ke restoran. Kami membuka 5 restoran yang buka hanya untuk tujuan ini."

Seruan Boikot McDonalds di Pakistan

ilustrasi logo McDonald's (AFP/Justin Sullivan)
ilustrasi logo McDonald's (AFP/Justin Sullivan)

Di X, seorang pengguna bernama Attockonians menulis: "Pakistan yang terhormat, Ayo BOYCOTT McDonalds. Sebarkan sebanyak yang Anda bisa."

Pengguna X @NoOnesX_ menulis, "Jika McDonalds memberikan makanan gratis kepada Angkatan Pertahanan Israel dan bukan kepada mereka yang [terkena dampak] di Gaza, maka saya pikir seluruh Muslim di seluruh dunia harus memboikot McDonalds."

Dan pengguna X, Hassaan Bokhari berkata, "Boikot McDonalds! Semua gerai McDonalds di Pakistan harus diambil tindakan untuk mendukung Palestina."

Di Instagram, beberapa komentator keluar untuk mendukung McDonald's Israel. "Manusia adalah emas! Kerja bagus untuk kalian! Pekerjaan suci," tulis seseorang.

"Bagus sekali McDonald's Israel," kata yang lain seraya mendukung restoran cepat saji di Israel itu.

Pertempuran melawan Hamas dimulai setelah kelompok militan tersebut melancarkan serangan mendadak ke Israel akhir pekan lalu tepatnya Sabtu 7 Oktober. Lebih dari 2.700 korban telah dikonfirmasi di kedua sisi, menurut Associated Press.

Setelah Hamas menyerang Israel dengan rudal dan menyerang pesawat tempur Sabtu lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan negaranya sedang "berperang". Serangan udara terus dilancarkan terhadap Jalur Gaza, dan invasi Israel ke wilayah tersebut dianggap mungkin terjadi.

Kemlu RI: 4 WNI yang Dievakuasi dari Tepi Barat Selamat Tiba di Jakarta, 136 Orang Memilih Tinggal

Warga Palestina Tinggalkan Gaza
Badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meminta Israel agar membatalkan perintahnya terhadap warga sipil untuk meninggalkan wilayah Gaza utara dan pindah ke Gaza selatan dalam waktu 24 jam. (AP Photo/Hatem Moussa)

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri Indonesia (Kemlu RI) dan KBRI Amman melakukan evakuasi empat WNI dari wilayah Tepi Barat dan sekitarnya. Mereka telah tiba di Jakarta, Indonesia dengan selamat pada Minggu (15/10/2023).

Menurut informasi dari Kemlu RI, proses evakuasi dilakukan sejak tanggal 13 Oktober melalui jalur darat dari Safe House di Yerusalem melalui Jordan River Border menuju Amman. 

"Saat ini tercatat sebanyak 136 WNI masih berada di wilayah Tepi Barat dan sekitarnya. Mereka memilih untuk tetap tinggal di lokasi masing-masing," Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, Judha Nugraha.

Sementara itu, sambung Judha, pemerintah masih terus upayakan evakuasi 10 WNI dari wilayah Jalur Gaza.

"Kerawanan situasi keamanan membuat proses evakuasi WNI dari Jalur Gaza harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan dengan koordinasi intensif dengan berbagai pihak terkait," ujar Judha.

Hingga saat ini, tegas Judha, tidak ada WNI yang menjadi korban perang Israel dan Hamas.

Sebelumnya diberitakan, Kemlu RI melaporkan bahwa empat WNI yang dievakuasi dari Israel telah tiba di Yordania pada Jumat 13 Oktober.

"Empat WNI tersebut saat ini telah aman dan selamat berada di wilayah Jordania setelah melakukan perjalanan darat sekitar dua jam melalui perbatasan Yordania River Crossing/Sheikh Hussein."

"Kemlu dan bersama Perwakilan RI masih terus mengupayakan evakuasi 10 WNI di Gaza."

Infografis Hamas-Israel Perang Lagi, Ini Respons Dunia. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis Hamas-Israel Perang Lagi, Ini Respons Dunia. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya