Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri RI (Menlu RI) Retno Marsudi menyebut bahwa bantuan kemanusiaan dari Indonesia untuk masyarakat di Gaza akan diberangkatkan pekan ini.
"Kita lagi cari waktu yang pas untuk pemberangkatan, tetapi semuanya kemarin sudah dibahas di rapat kabinet untuk pemberangkatan minggu ini," kata Menlu Retno ketika ditemui media di Kantor Sekretariat ASEAN, Selasa (31/10/2023).
Baca Juga
Ia menegaskan bahwa bantuan ini bukan yang pertama dan terakhir dikirimkan ke wilayah tersebut.
Advertisement
"Jadi akan ada lanjutan pemberangkatan bantuan kemanusiaan ke Gaza melalui Mesir. Karena pintu yang terbuka sejauh ini hanya pintu Rafah. Saya juga sudah berkoordinasi dengan menlu Mesir," sambung Menlu Retno.
Bantuan kemanusiaan tersebut, ujar Retno, akan dikirimkan ke Bandara El Arish di Mesir, yang jaraknya sekitar 40 km dari Perbatasan Rafah. Saat ini, truk yang mengirim bantuan ke Gaza harus melalui rute yang berbeda, lebih jauh dari biasanya, dan harus melalui pemeriksaan oleh otoritas Israel.
"Kan maksimal truk yang masuk dalam satu hari adalah 20, itu juga melalui pemeriksaan ketat oleh pihak Israel," katanya.
Menlu Retno juga turut mengatakan bahwa bantuan kemanusiaan yang dikirimkan ini bukan hanya dari pemerintah Indonesia namun juga dari rakyat Indonesia yang dikumpulkan lewat berbagai organisasi kemanusiaan seperti Palang Merah Indonesia (PMI), Baznas, Indonesian Humanitarian Alliance (IHA) dan lainnya.
Pengiriman bantuan ini juga merupakan mandat langsung dari Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang terus menekankan betapa pentingnya bantuan kemanusiaan untuk masyarakat Gaza saat ini.
Kondisi WNI di Gaza
Sementara mengenai 10 Warga Negara Indonesia (WNI) yang masih berada di Gaza, Menlu Retno juga mengatakan bahwa seluruhnya berada dalam kondisi baik, sehat dan selamat.
"Baik dalam artian di tengah situasi yang sangat tidak baik, jadi alhamdulillah mereka sehat dan selamat," tuturnya.
Ia mengaku sempat hilang kontak selama dua hari dengan para WNI tersebut karena terputusnya koneksi internet, namun kemudian dapat kembali terhubung dan memastikan kondisi mereka baik.
Namun mengenai upaya evakuasi, Menlu Retno menyebut bahwa pihaknya tengah mengerahkan segala upaya melakukan evakuasi secara aman. Lantaran tingginya eskalasi konflik di wilayah tersebut, hingga saat ini belum ada satu negara pun yang dapat mengevakuasi warganya.
"Para menteri luar negeri itu sekarang tiap hari kontak, kami terus saling membantu. Apa yang kita bisa lakukan karena bagaimana mungkin kita melakukan evakuasi kalau tidak ada jaminan keamanan, karena yang kita inginkan adalah a safe evacuation," ungkapnya lagi.
Advertisement
Konvoi Bantuan Kemanusiaan Kembali Melintasi Rafah dan Akses Komunikasi di Gaza Pulih
Hampir tiga lusin truk memasuki Gaza pada hari Minggu (29/10/2023), menjadikannya konvoi bantuan terbesar sejak perang Hamas Vs Israel dimulai. Namun, para pekerja kemanusiaan mengatakan bahwa bantuan tersebut masih jauh dari kebutuhan setelah ribuan warga merangsek ke gudang penyimpanan untuk mengambil tepung dan produk-produk kebersihan dasar.
Otoritas kesehatan Gaza menyebutkan bahwa total warga Palestina yang tewas akibat serangan balasan Israel sejak 7 Oktober telah mencapai 8.005 orang, di mana sebagian besar adalah perempuan dan anak di bawah umur. Perang terbaru ini diawali dengan serangan Hamas ke Israel selatan, yang menewaskan setidaknya 1.400 orang.
Jumlah korban saat ini di kedua sisi belum pernah terjadi sebelumnya dalam beberapa dekade konflik Israel-Palestina.
Komunikasi dilaporkan telah pulih di sebagian besar penduduk Gaza pada Minggu pasca pengeboman hebat Israel yang melumpuhkan layanan telepon dan internet pada Jumat (27/10) malam.
"Pada hari Minggu, 33 truk yang membawa air, makanan dan obat-obatan memasuki satu-satunya penyeberangan perbatasan dari Mesir," kata juru bicara penyeberangan Rafah, Wael Abo Omar, seperti dilansir AP, Senin (30/10).
Penderitaan Warga Sipil
Setelah mengunjungi penyeberangan Rafah, kepala jaksa Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) menyebut penderitaan warga sipil sangat mendalam dan mengatakan dia tidak bisa memasuki Gaza.
"Ini adalah hari-hari yang paling tragis," ujar Karim Khan.
Khan meminta Israel menghormati hukum internasional, namun tidak menuduh Israel melakukan kejahatan perang. Dia menyebut serangan Hamas pada 7 Oktober merupakan pelanggaran serius terhadap hukum kemanusiaan internasional.
"Bebannya ada pada mereka yang mengarahkan senjata, misil, atau roket tersebut," ungkap Khan.
Advertisement