Wahana Antariksa Akatsuki Milik Jepang Hilang Kontak

Saat ini, Akatsuki merupakan satu-satunya wahana antariksa aktif yang mengorbit di sekitar planet tersebut.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 07 Jun 2024, 03:00 WIB
Diterbitkan 07 Jun 2024, 03:00 WIB
Stasiun luar angkasa
Tiangong, stasiun luar angkasa Tiongkok. (Foto: The Guardian)

Liputan6.com, Jakarta - Wahana antariksa Akatsuki milik Badan Antariksa dan Eksplorasi Jepang (JAXA) hilang kontak sejak April 2024 lalu. Wahana antariksa Akatsuki hilang kontak ditengah misinya mengorbit pada Venus.

Melansir laman Space pada Rabu (05/06/2024), JAXA kehilangan kontak dengan Akatsuki setelah operasi pada akhir April karena mode kontrol stabilitas sikap yang rendah. Saat ini, JAXA tengah berusaha menghubungkan komunikasi pada Akatsuki kembali.

Akatsuki merupakan misi Jepang yang bertujuan mempelajari iklim di Venus. Saat ini, Akatsuki merupakan satu-satunya wahana antariksa aktif yang mengorbit di sekitar planet tersebut.

Wahana antariksa senilai US$300 juta (setara Rp4,8 triliun) ini diluncurkan pada 2010. Namun, Akatsuki mengawali penjelajahannya di luar angkasa dengan kurang baik.

Wahana ini gagal memasuki orbit di sekitar Venus karena terjadi masalah pada mesin utamanya. Namun, tim misi berhasil membuat kesempatan kedua pada 2015 setelah lima tahun mengorbit pada matahari dan berhasil memasuki orbit.

Wahana antariksa Akatsuki yang juga dikenal sebagai Venus Climate Orbiter ini telah melakukan penelitian sejak saat itu. Wahana ini melakukan beberapa pengamatan yang tak terduga.

Akatsuki, yang berarti fajar dalam bahasa Jepang, telah berhasil menyelesaikan misi utamanya. Melansir laman Live Science ada Rabu (05/06/2024) wahana antariksa ini memulai fase operasi yang diperpanjang pada 2018.

Meskipun Akatsuki tidak dapat diselamatkan kali ini, misi tersebut telah membuktikan kemampuan pemecahan masalah para insinyur JAXA. Misi ini meningkatkan pemahaman manusia tentang iklim dan dinamika atmosfer Venus.

Bahkan jika Akatsuki benar-benar mati, planet Venus tidak akan benar-benar lepas dari pengamatan para astronom. Misi-misi baru, terutama dari NASA, Badan Antariksa Eropa, India, dan sebuah misi swasta, bisa jadi akan menuju Venus di akhir dekade ini.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Tentang Venus

Venus adalah planet terpanas di tata surya kita, dengan suhu permukaan rata-rata mencapai 462 derajat Celcius. Meskipun Venus berada lebih jauh dengan matahari daripada Merkurius, Venus memiliki suhu permukaan jauh lebih tinggi daripada Merkurius yang merupakan planet terdekat dengan matahari.

Fenomena ini menjadikan Venus sebagai tempat dengan suhu tertinggi di antara semua planet di tata surya. Ada beberapa faktor menyebabkan Venus menjadi begitu panas.

Salah satunya adalah efek rumah kaca sangat kuat di atmosfer Venus. Atmosfer Venus terdiri terutama dari gas karbon dioksida (CO2) efektif menahan panas dari matahari dan menghasilkan efek pemanasan signifikan di planet ini.

Proses ini dikenal sebagai efek rumah kaca karena gas-gas atmosfer Venus seperti lapisan kaca membiaskan sinar matahari tetapi menahan panas di dalamnya. Selain itu, tekanan atmosfer di permukaan Venus juga sangat tinggi, lebih dari 90 kali tekanan atmosfer bumi pada permukaan laut.

Kombinasi suhu tinggi dan tekanan atmosfer ekstrem menciptakan kondisi sangat tidak ramah bagi kehidupan seperti di Bumi. Hal ini membuat Venus menjadi salah satu tempat paling tidak layak huni di tata surya.

Studi lebih lanjut tentang atmosfer Venus, termasuk komposisi dan dinamika termalnya, terus dilakukan oleh para peneliti untuk memahami mekanisme menyebabkan suhu permukaan ekstrem. Planet Venus memiliki beberapa kesamaan dengan planet Bumi.

Venus memiliki diameter hampir sama dengan bumi, hal ini menjadikannya planet dengan ukuran terbesar kedua setelah Jupiter. Venus maupun Bumi memiliki lapisan atmosfer dan permukaan padat.

Meskipun kondisi Venus sangat berbeda dan ekstrem dibandingkan dengan Bumi. Selain itu, Venus dan Bumi juga memiliki struktur internal mirip.

Venus maupun Bumi memiliki inti besi padat di pusatnya, lapisan mantel di sekitarnya dan kerak batuan di permukaannya. Namun, perbedaan penting terletak pada kondisi permukaan dan atmosfer Venus sangat berbeda dengan bumi.

Sama seperti bumi, Venus juga mengalami perubahan cuaca dan sistem iklim. Venus memiliki siklus cuaca kompleks, termasuk awan-awan tebal terdiri dari asam sulfat di atmosfernya.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya