Liputan6.com, Jakarta - Wahana antariksa Blue Ghost secara resmi telah mencapai orbit bulan pada 13 Februari 2025 lalu. Misi ini menjadi pencapaian besar bagi Firefly Aerospace dan eksplorasi bulan.
Wahana antariksa Blue Ghost memiliki misi untuk mempelajari lingkungan bulan sebagai persiapan bagi kembalinya manusia ke sana. Blue Ghost berhasil menyalakan mesinnya selama 4 menit 15 detik, yang memungkinkan wahana ini masuk ke orbit elips di sekitar bulan.
Hal ini adalah langkah lebih dekat menuju pendaratan yang direncanakan di Mare Crisium (Laut Krisis) pada 2 Maret 2025. Dikutip dari laman Daily Galaxy pada Selasa (18/02/2025), Blue Ghost akan menjalani 16 hari berikutnya untuk melakukan manuver tambahan guna menyempurnakan orbitnya sebelum mencoba pendaratan lunak bersejarah di permukaan bulan.
Advertisement
Baca Juga
Keberhasilan pendaratan ini akan menjadi langkah penting dalam upaya NASA untuk menciptakan keberadaan manusia yang lebih berkelanjutan di Bulan. Menariknya, Blue Ghost bukan satu-satunya wahana yang menuju bulan.
Resilience, wahana pendarat yang dibuat oleh perusahaan Jepang, ispace, juga diluncurkan dengan roket yang sama. Namun, jalur perjalanannya lebih panjang dan baru akan mencapai orbit bulan dalam beberapa bulan ke depan.
Meskipun misi keduanya berbeda, keberhasilan mereka menunjukkan semakin besarnya peran sektor swasta dalam eksplorasi luar angkasa. Hal ini menjadi tren baru yang mendorong inovasi dan percepatan dalam eksplorasi bulan.
Jika semua berjalan sesuai rencana, Blue Ghost akan mencoba pendaratan di Bulan dalam waktu kurang dari dua minggu. Pendaratan ini sangat bersejarah, karena hingga saat ini hanya satu perusahaan swasta yang berhasil melakukan pendaratan lunak di Bulan, yaitu Intuitive Machines.
Wahana mereka, Odysseus, berhasil mendarat di dekat kutub selatan bulan pada Februari 2024. Keberhasilan ini menjadi langkah besar dalam eksplorasi bulan oleh sektor swasta.
Â
14 Hari
Misi eksplorasi permukaan akan berlangsung selama sekitar 14 hari, waktu yang mencakup periode siang di Bulan ketika suhu dan kondisi lingkungan memungkinkan operasi perangkat keras. Kedua wahana akan menempatkan sejumlah instrumen ilmiah yang dirancang untuk mengumpulkan data penting terkait permukaan bulan.
Sebelumnya, Blue Ghost meninggalkan Bumi dengan menggunakan roket Falcon 9 milik SpaceX. Wahana Blue Ghost membawa sepuluh muatan ilmiah yang telah dipilih oleh NASA.
Setiap muatan memiliki fungsi unik untuk mendukung penelitian tentang komposisi mineral dan partikel di permukaan bulan, sifat termal regolith (lapisan debu dan puing-puing batuan), serta aktivitas elektromagnetik di sekitar lingkungan bulan.
Salah satu muatan paling penting yang dibawa oleh Blue Ghost adalah instrumen yang dirancang khusus untuk memantau medan magnet bumi dari kejauhan. Muatan ini disebut LEXI (Lunar Environment Heliospheric X-ray Imager).
LEXI akan bertugas sebagai mesin pencitra sinar-X yang memantau interaksi antara magnetosfer bumi dengan angin matahari, partikel bermuatan tinggi yang terus-menerus mengalir dari matahari. LEXI berperan penting dalam memahami dinamika cuaca luar angkasa.
Dengan memantau perubahan dalam magnetosfer yang diinduksi oleh angin matahari, LEXI memungkinkan para ilmuwan mendeteksi dan melacak pola cuaca matahari dengan lebih akurat. Cuaca matahari, yang terdiri dari lontaran massa koronal dan semburan partikel bermuatan, dapat mempengaruhi satelit komunikasi, sistem navigasi GPS, dan bahkan jaringan listrik di Bumi.
Oleh karena itu, pengamatan oleh LEXI akan memberikan data penting untuk meningkatkan kemampuan prediksi dan mitigasi dampak dari fenomena tersebut.
(Tifani)
Advertisement
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)