Lagi-lagi Korea Utara Kirim Balon Sampah ke Korea Selatan, Sudah 2.000 Balon Sejak Mei

Sejak Mei, Korea Utara telah menerbangkan ribuan balon yang ditempelkan kantong sampah, yang menjadi sumber ketegangan baru antara kedua pihak.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 21 Jul 2024, 12:50 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2024, 12:50 WIB
Sebuah balon isi sampah yang diduga dikirim oleh Korea Utara terlihat di sawah di Incheon, Korea Selatan, pada 10 Juni 2024. (Im Sun-suk—Yonhap/AP)
Sebuah balon isi sampah yang diduga dikirim oleh Korea Utara terlihat di sawah di Incheon, Korea Selatan, pada 10 Juni 2024. (Im Sun-suk—Yonhap/AP)

Liputan6.com, Pyongyang - Kepala Staf Gabungan Korea Selatan melaporkan bahwa Korea Utara (Korut) pada Minggu (21/7/2024) kembali menerbangkan balon-balon yang membawa sampah menuju Korea Selatan.

Kedua Korea telah terlibat dalam kampanye balon saling balas, dengan Korea Utara mengirimkan hampir 2.000 balon pembawa sampah ke selatan sejak bulan Mei, dengan mengatakan bahwa ini adalah pembalasan atas balon propaganda yang diluncurkan oleh aktivis Korea Selatan.

Dilansir CNA, Minggu (21/7), militer Korea Selatan pada Jumat (19/7) disebutkan masih melanjutkan kampanye siaran melalui pengeras suara yang menargetkan Korea Utara, sebagai tanggapan atas peluncuran balon yang dinilai "tercela, memalukan dan vulgar."

"Korut kembali meluncurkan sejumlah balon pembawa sampah," kata Joint Chiefs of Staff (JSC) atau Kepala Staf Gabungan dalam sebuah pernyataan pada Minggu (21 Juli), dan mencatat bahwa balon-balon tersebut terbang menuju bagian utara Gyeonggi.

"Tolong laporkan benda-benda tersebut ke militer atau polisi dan hindari kontak langsung dengan benda-benda tersebut."

Pengiriman balon terbaru ini dilakukan tiga hari setelah Seoul mengumumkan telah melanjutkan siaran propaganda melalui pengeras suara yang ditujukan ke Korea Utara.

Seoul memperingatkan bahwa pihaknya akan memperluas cakupan siaran semacam itu jika Korea Utara terus mengirimkan balon pembawa sampah, dan menggambarkannya sebagai "tindakan kelas rendah" dan menyatakan bahwa "semua tanggung jawab ada di tangan militer Korea Utara".

"Kami dapat meningkatkan jumlah pengeras suara di garis depan jika Korea Utara terus melakukan provokasi," kata seorang pejabat militer kepada kantor berita Yonhap pada hari Sabtu (20/7).

Balon-balon sampah Korea Utara telah mengganggu lebih dari 100 penerbangan yang membawa 10.000 penumpang, kata seorang anggota parlemen Korea Selatan awal bulan ini.

Sebagai tanggapan, Seoul telah sepenuhnya menangguhkan perjanjian militer yang mengurangi ketegangan dan mengumumkan pada bulan Juni bahwa mereka melanjutkan siaran propaganda di sepanjang perbatasan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Balon Sampah Isi Cacing Parasit

Dampak balon sampah dari Korea Utara ke Korea Selatan. (Handout/South Korean Defence Ministry)
Dampak balon sampah dari Korea Utara ke Korea Selatan. (Handout/South Korean Defence Ministry)

Sementara pada bulan lalu, Korea Utara juga mengirimkan balon yang berisi parasit dari kotoran manusia dan pakaian Barat yang rusak.

Analisis terhadap isi 70 balon menemukan bahwa balon tersebut mengandung tanah yang mengandung "banyak parasit, seperti cacing gelang, cacing cambuk, dan cacing kremi", kata Kementerian Unifikasi Korea Selatan dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari AFP.

Hal ini mungkin terjadi karena kotoran manusia digunakan dalam tanah, bukan sebagai pupuk kimia, tambahnya.

Dikatakan "tidak ada risiko pencemaran tanah (atau) penyakit menular" dari balon-balon tersebut, karena volume tanah yang dikirim relatif rendah.

Laporan Time menyebut, Korea Utara juga mengirim sejumlah balon yang membawa sampah melintasi perbatasan ke Korea Selatan setelah Seoul mengatakan pihaknya mendeteksi parasit seperti cacing gelang dalam isi pengiriman sebelumnya.

Sekitar 350 balon telah dikirim mulai Senin (24/6) malam, kata Joint Chiefs of Staff (JCS) atau Kepala Staf Gabungan Korea Selatan, dan pemerintah menyarankan masyarakat untuk tidak menyentuh konten apa pun yang dibawa seperti dikutip dari pemberitaan tertanggal 25 Juni.

Adapun saat itu sekitar 100 balon sebagian besar jatuh di Provinsi Gyeonggi utara, yang mengelilingi Seoul, dan di wilayah ibu kota, kata JCS pada Selasa dalam pesan yang dikirimkan kepada wartawan.

"Isinya sebagian besar adalah limbah kertas dan sejauh ini tidak ada bahaya yang membahayakan keselamatan,” kata Kepala Staf Gabungan Korea Selatan.

Gelombang terakhir balon-balon tersebut mulai diterbangkan beberapa jam setelah Kementerian Unifikasi Korea Selatan mengatakan bahwa pemeriksaan terhadap puluhan lebih dari 1.600 balon yang dikirim oleh Korea Utara sejak akhir Mei menunjukkan adanya parasit yang terkait dengan kotoran yang terbawa bersama dengan pakaian dalam, dasi, dan kaus kaki telah dipotong-potong.

Ketegangan meningkat di sepanjang zona perbatasan Korea yang dijaga ketat militer dalam beberapa pekan terakhir.

Kim Yo Jong, saudara perempuan pemimpin Korea Utara yang blak-blakan, mengatakan lebih banyak balon mungkin terbang ke arah negara tetangganya setelah para aktivis di Korea Selatan menerbangkan balon-balon tersebut ke Korea Utara bulan Juni ini.


Kedua Korea Secara Teknis Masih Berperang

Ilustrasi Korea Utara dan Korea Selatan
Ilustrasi Korea Utara dan Korea Selatan. (Dok. Pixabay/kirill_makes_pics)

Selain selebaran anti-Kim Jong Un yang dikirim dari Korea Selatan, Korea Utara yang terisolasi juga sangat sensitif terhadap akses masyarakatnya terhadap produk-produk budaya pop Korea Selatan, dengan laporan pemerintah Korea Selatan baru-baru ini merujuk pada kasus pada tahun 2022 di mana seorang pria dieksekusi karena kepemilikan konten dari Selatan.

Kedua Korea secara teknis masih berperang karena konflik tahun 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.

Siaran propaganda tersebut – sebuah taktik yang berasal dari Perang Korea – membuat marah Pyongyang, yang sebelumnya mengancam akan melakukan serangan artileri terhadap unit pengeras suara Seoul.

Sebelum siaran propaganda terbaru tersebut, Seoul baru-baru ini melanjutkan latihan penembakan di pulau-pulau perbatasan dan dekat zona demiliterisasi yang membagi semenanjung Korea.


Korea Selatan Bakal Jadi Negara Pertama di Dunia Serang Drone Korut Pakai Senjata Laser 'StarWars', Per Tembakan Rp23 Ribu

Bendera Korea Utara dan Korea Selatan berkibar berdampingan - AFP
Bendera Korea Utara dan Korea Selatan berkibar berdampingan - AFP

Di tengah kisruh balon sampah Korea Utara ke Selatan, mengemuka kabar Korea Selatan akan mengerahkan senjata laser untuk menembak jatuh drone Korea Utara tahun ini.

Dengan itu, maka Korea Selatan bakal menjadi negara pertama di dunia yang mengerahkan dan mengoperasikan senjata semacam itu di bidang militer, kata badan pengadaan senjata negara tersebut pada hari Kamis (11/7).

Korea Selatan menyebut program lasernya sebagai "proyek StarWars".

Senjata laser penghancur drone yang dikembangkan oleh militer Korea Selatan bersama Hanwha Aerospace efektif dan murah, dengan harga 2.000 won (sekitar Rp23 ribu) per tembakan, namun senyap dan tidak terlihat, kata Defense Acquisition Program Administration (DAPA) atau Administrasi Program Akuisisi Pertahanan dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari The Business Standard, Kamis (11/7/2024).

“Negara kami menjadi negara pertama di dunia yang mengerahkan dan mengoperasikan senjata laser, dan kemampuan respons militer kami terhadap provokasi drone Korea Utara akan semakin diperkuat," kata DAPA, menyebut senjata-senjata tersebut sebagai pengubah permainan di medan perang masa depan.

Senjata laser tersebut menembak jatuh drone yang terbang dengan membakar mesin atau peralatan listrik lainnya di drone dengan pancaran cahaya selama 10 hingga 20 detik, jelas juru bicara DAPA dalam sebuah pengarahan.

Kisruh sebelumnya, lima drone Korea Utara menyeberang ke Korea Selatan, yang secara teknis masih berperang dengan Pyongyang, pada Desember 2023. Hal itu mendorong Seoul untuk mengerahkan jet tempur dan helikopter serang, dan mencoba menembak jatuh mereka, yang merupakan intrusi pertama sejak tahun 2017.

Pertempuran pada Perang Korea tahun 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai, dan Zona Demiliterisasi (DMZ) antara kedua Korea.

Korea Utara dan Korea Selatan sama-sama melanggar gencatan senjata yang mengatur perbatasan mereka dengan mengirimkan drone ke wilayah udara masing-masing, kata Amerika Serikat.

Selengkapnya di sini...

Infografis Misteri Senjata Biologis Korea Utara
Infografis Misteri Senjata Biologis Korea Utara
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya