, Berlin - Parlemen Jerman sahkan Undang-Undang (UU) penataan ulang sektor kesehatan untuk memangkas jumlah rumah sakit, meningkatkan jumlah klinik, dan mendigitalisasi birokrasi.
Menteri Kesehatan (Menkes) Jerman Karl Lauterbach menyebut upaya ini ibaratnya sebuah "revolusi".
Baca Juga
Dalam pidatonya pada konferensi para dokter awal Mei 2024, Lauterbach mengungkapkan rencana reformasi kementeriannya yang telah dikerjakan selama dua tahun, dan menandai itu sebagai Zeitenwende (pergantian era) dalam sistem pelayanan kesehatan Jerman.
Advertisement
Istilah itu merupakan sitiran dari perombakan militer Jerman yang diumumkan Kanselir Olaf Scholz setelah invasi militer Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, dikutip dari DW Indonesia, Kamis (24/10/2024).
Undang-undang restrukturisasi sektor rumah sakit ini telah disahkan oleh parlemen, Bundestag, pada tanggal 17 Oktober 2024. Kini, aturan itu masih harus disetujui majelis perwakilan negara bagian Jerman, Bundesrat.
Cara Baru Membayar Tagihan Rumah Sakit
Reformasi rumah sakit dalam dua jalur ini, akan mengubah pembiayaan rumah sakit di Jerman dan memberlakukan standar perawatan baru.
Jerman memiliki total tempat tidur rumah sakit per kapita tertinggi di Uni Eropa, yakni 7,9 tempat tidur per 1.000 penduduk, di mana rata-rata Uni Eropa hanya sekitar 5,3. Namun, biaya untuk mengelola rumah sakit juga mahal.
Menurut Lauterbach, biaya yang tinggi itu menyebabkan banyak rumah sakit berada di ambang kebangkrutan.
Akibatnya, banyak pasien yang dirawat di rumah sakit padahal tidak perlu, hanya agar rumah sakit dapat membebankan biaya tambahan kepada asuransi kesehatan, di mana pada gilirannya itu akan meningkatkan biaya kesehatan secara keseluruhan dan menaikan tarif kontribusi asuransi .
Reformasi ini berarti bahwa rumah sakit tidak akan lagi dibayar per pelayanan perawatan. Sebagai gantinya, rumah sakit akan mendapatkan jaminan pendapatan untuk menyediakan layanan kesehatan tertentu.
Hal ini diharapkan akan mengurangi tekanan keuangan pada rumah sakit, untuk melakukan sebanyak mungkin operasi dan pelayanan kesehatan yang mereka bisa, meski mereka tidak memiliki kualifikasi yang memadai untuk melakukannya.
Langkah baru ini juga diharapkan mampu memastikan pasien yang membutuhkan perawatan yang kompleks, benar-benar dirujuk ke spesialis sedini mungkin. Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Jerman, itu akan mengurangi biaya kesehatan jangka panjang.
Karena pasien akan memiliki peluang lebih besar untuk sembuh, dan lebih kecil kemungkinannya untuk menjadi korban malpraktek, di mana staf rumah sakit tidak perlu terlalu terburu-buru dan tidak terlalu terbebani banyak pekerjaan. Lauterbach mengklaim, reformasi ini akan menyelamatkan puluhan ribu nyawa per tahun.
Â
Terlalu Banyak Rumah Sakit
"Reformasi rumah sakit ini benar dan esensial," kata Dirk Heinrich, seorang dokter spesialis telinga-hidung-tenggorokan, sekaligus ketua asosiasi dokter Virchowbund, kepada DW.
"Kita memiliki terlalu banyak layanan rawat inap pasien, tetapi apa yang dilakukan saat ini terlalu sedikit. Mereformasi rumah sakit tanpa reformasi pelayanan rawat jalan yang komprehensif, dan tanpa reformasi pelayanan darurat, tidak akan membuat perbedaan," jelasnya.
Eugen Brysch, ketua organisasi perlindungan pasien, Deutsche Stiftung Patientenschutz, juga skeptis akan hal itu.
"Di bidang perawatan medis rawat jalan, orang lanjut usia, orang yang sakit kronis dan orang yang bergantung pada perawatan, akan merasakan nyaris tidak mungkin menemukan dokter baru," katanya.
Jerman juga mengalami masalah kurangnya klinik dengan dokter di daerah pedesaan, karena semakin sedikit dokter yang mau tinggal di sana.
Kemenkes ingin mengatasi masalah ini dengan menawarkan uang tambahan bagi klinik-klinik di daerah pedesaan. Sekali lagi, Brysch menanggapinya dengan sangat berhati-hati.
"Fakta bahwa peluang penghasilan yang lebih baik kini sedang digarap, tidak dengan sendirinya akan memicu lebih banyak dokter di daerah pedesaan. Bagaimanapun juga, faktor lokasi juga berperan," kata ketua organisasi perlindungan pasien itu.
Satu masalah telah terpecahkan dalam reformasi baru ini, yakni batas upah pembayaran bagi dokter umum.
Para dokter telah lama mengeluhkan batas anggaran tersebut, dan beberapa kali melakukan aksi mogok kerja, karena menurut mereka batas upah ini sering kali memaksa para dokter ini untuk merawat pasien secara gratis.
Lauterbach berharap, penghapusan batas upah ini akan memberikan insentif bagi para dokter untuk menerima lebih banyak pasien. Heinrich menyambut baik langkah ini, tetapi sekali lagi, ia mengatakan bahwa langkah ini jangkauannya belum cukup luas.
"Ini ibarat berhenti di tengah jalan, karena anggaran untuk dokter spesialis tidak disiapkan," kata Heinrich.
"Tidak ada gunanya bagi pasien jika mereka mendapatkan giliran pemeriksaan lebih cepat dengan dokter umum, tetapi kemudian harus menunggu berbulan-bulan untuk mendapatkan giliran pemeriksaan dokter spesialis."
Â
Advertisement
Reformasi Rumah Sakit dan Langkah-Langkah ke Depannya
"Beberapa ratus rumah sakit akan ditutup," kata Lauterbach kepada tabloid Bild am Sonntag, setelah undang-undang reformasi ini disahkan oleh Bundestag pada Kamis (17/10). Tidak ada cukup permintaan medis untuk rumah sakit-rumah sakit itu, tambahnya, seraya menjelaskan bahwa sepertiga dari semua tempat tidur rumah sakit itu kosong, dan masih banyak kekurangan pekerja perawat terampil.
"Kami memiliki sistem yang tidak efisien, tidak ada negara lain di Eropa Barat yang memiliki angka harapan hidup lebih rendah daripada di Jerman," kata Lauterbach, dan mengajukan alasan sentralisasi akan meningkatkan kualitas perawatan.
Reformasi ini masih memerlukan persetujuan dari Bundesrat, majelis yang mewakili 16 negara bagian di Jerman. Reformasi ini akan mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2025, dan dilaksanakan secara bertahap hingga 2029.
Iuran asuransi kesehatan juga akan naik tahun depan karena reformasi ini. Namun, Lauterbach mengatakan kepada Bild am Sonntag, ia tidak memperkirakan adanya kenaikan lebih lanjut pada tahun berikutnya, jika proposal reformasi kesehatan ini mulai diimplementasikan.