Serangan gas beracun menewaskan ribuan orang di Suriah. Krisis politik berkepanjangan telah mengorbankan warga sipil, khususnya perempuan dan anak-anak. Pemerintah Suriah diduga memiliki tempat penyimpanan senjata kimia.
Liputan 6 SCTV, Jumat (23/8/2013) memberitakan, asap membumbung di kawasan Ghouta Timur, Damaskus, menyusul serangan roket di kawasan ini. Serangan lain terjadi di Ghouta Barat, tepatnya di Muadamiya. Desingan pesawat yang lewat menyisakan asap hitam. Selain itu, tank tentara Suriah juga menembakan mortir.
Semua video amatir yang diklaim direkam pada 21 Agustus, yang diunggah ke internet menyebutkan, pasukan militer Suriah terus membombardir Kota Muadamiyah sejak subuh.
Kelompok oposisi Suriah menuding pemerintahan Presiden Bashar al Assad telah menggunakan roket berisi gas beracun untuk menyerang wilayah pinggiran Damaskus yang dikuasai kelompok oposisi.
Akibatnya, wajah-wajah tak berdosa terbaring di rumah sakit Damaskus setelah roket berisi gas beracun menyasar Kota Ghouta, Tarma, Zamalka, dan Jobar, Rabu dinihari waktu setempat. Ketika para wanita dan anak anak terlelap tidur, tak ada yang menduga mereka meregang nyawa.
Sekitar 1.300 pria, wanita, bahkan anak anak tewas dalam serangan sadis roket gas beracun yang bahkan juga menembus bunker rumah. Sementara Menteri Informasi Suriah mengklaim tudingan kelompok oposisi tidak masuk akal.
PBB didesak untuk segera menyelidiki penggunaan senjata kimia dalam perang saudara di Suriah. Sebagai salah satu negara yang tidak ikut serta menandatangi perjanjian larangan penggunaan senjata kimia, Suriah diduga memiliki tempat penyimpanan berbagai senyawa untuk pembuatan senjata kimia.
Warga Suriah yang telah mengungsi ke Yordania berunjuk rasa memprotes serangan gas mematikan ini. Ratusan pengungsi Suriah berkumpul memenuhi jalan di Zaatari kamis waktu setempat. Sambil meneriakkan kepedulian pada warga Suriah yang belum mengungsi, mereka menyebut peristiwa tersebut tidak manusiawi.
Kamp pengungsi Zaatari yang terletak 80 kilometer dari Amman, Ibukota Yordania, menjadi tempat tinggal bagi ratusan ribu warga suriah yang mengungsi menyusul konflik yang terjadi di negeri mereka. (Eks)
Liputan 6 SCTV, Jumat (23/8/2013) memberitakan, asap membumbung di kawasan Ghouta Timur, Damaskus, menyusul serangan roket di kawasan ini. Serangan lain terjadi di Ghouta Barat, tepatnya di Muadamiya. Desingan pesawat yang lewat menyisakan asap hitam. Selain itu, tank tentara Suriah juga menembakan mortir.
Semua video amatir yang diklaim direkam pada 21 Agustus, yang diunggah ke internet menyebutkan, pasukan militer Suriah terus membombardir Kota Muadamiyah sejak subuh.
Kelompok oposisi Suriah menuding pemerintahan Presiden Bashar al Assad telah menggunakan roket berisi gas beracun untuk menyerang wilayah pinggiran Damaskus yang dikuasai kelompok oposisi.
Akibatnya, wajah-wajah tak berdosa terbaring di rumah sakit Damaskus setelah roket berisi gas beracun menyasar Kota Ghouta, Tarma, Zamalka, dan Jobar, Rabu dinihari waktu setempat. Ketika para wanita dan anak anak terlelap tidur, tak ada yang menduga mereka meregang nyawa.
Sekitar 1.300 pria, wanita, bahkan anak anak tewas dalam serangan sadis roket gas beracun yang bahkan juga menembus bunker rumah. Sementara Menteri Informasi Suriah mengklaim tudingan kelompok oposisi tidak masuk akal.
PBB didesak untuk segera menyelidiki penggunaan senjata kimia dalam perang saudara di Suriah. Sebagai salah satu negara yang tidak ikut serta menandatangi perjanjian larangan penggunaan senjata kimia, Suriah diduga memiliki tempat penyimpanan berbagai senyawa untuk pembuatan senjata kimia.
Warga Suriah yang telah mengungsi ke Yordania berunjuk rasa memprotes serangan gas mematikan ini. Ratusan pengungsi Suriah berkumpul memenuhi jalan di Zaatari kamis waktu setempat. Sambil meneriakkan kepedulian pada warga Suriah yang belum mengungsi, mereka menyebut peristiwa tersebut tidak manusiawi.
Kamp pengungsi Zaatari yang terletak 80 kilometer dari Amman, Ibukota Yordania, menjadi tempat tinggal bagi ratusan ribu warga suriah yang mengungsi menyusul konflik yang terjadi di negeri mereka. (Eks)