Awal dan Akhir Nelson Mandela di Qunu

Mandela lahir dan dimakamkan di sebuah desa di Cape Timur.

oleh Riz diperbarui 16 Des 2013, 07:41 WIB
Diterbitkan 16 Des 2013, 07:41 WIB
mandela-pemakaman-131216b.jpg

Mantan Presiden Afrika Selatan (Afsel) Nelson Mandela telah dimakamkan. Tokoh anti-apartheid terkemuka di dunia itu dikebumikan di tempat kelahirannya, Desa Qunu, Provinsi Cape Timur, Minggu 15 Desember 2013 waktu setempat.

Bisa dikatakan, awal dan akhir hidup Mandela berakhir di Qunu. Di desa itu, Mandela dibesarkan oleh orangtua. Hidup bersama para keluarga dan kerabat. Hingga pada akhirnya ia menjadi sosok besar di mata dunia.

Mandela adalah pegiat politik ulung, pernah dipenjara selama 27 tahun lantaran menjadi tokoh sentral gerakan menentang dominasi kulit putih yang minoritas di Afrika Selatan.

Dalam perjalanan hidupnya, Mandela yang juga dipanggil dengan nama Madiba menjadi presiden berkulit hitam pertama di negaranya dan meraih Hadiah Nobel Perdamaian bersama FW de Klerk, presiden terakhir di era apartheid.

Mandela meninggal dunia pada usia 95 tahun pada 5 Desember 2013 setelah berjuang keras melawan infeksi paru-paru. Kepergiannya menyisakan duka mendalam bagi dunia internasional.

Betapa tidak, sosoknya yang menginspirasi mengundang puluhan pemimpin dunia rela datang untuk memberi penghormatan terakhir pada Mandela.

Sebut saja Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Perdana Menteri (PM) Inggris David Cameron, dan PM Denmark Helle Thorning-Schmidt. Mereka hadir di Afsel 5 hari sebelum pemakaman Mandela.

Sahabat, para pemimpin politik, dan anggota keluarga pun memberikan penghormatan terakhir dalam prosesi pemakaman yang menerapkan tata cara ala militer dan suku Xhosa.

Di sekitar pemakaman didirikan tenda besar berwarna putih untuk menampung tamu dan keluarga. Di udara, 3 helikopter terbang membawa bendera Afsel..

Saat prosesi, Presiden Afsel saat ini, Jacob Zuma mengatakan, perjuangan Mandela demi kesetaraan telah berakhir dan menjadi tugas rakyat Afsel untuk memajukan warisan tersebut.

Cucu Mandela, Nandi, mengatakan bukan saatnya lagi bagi Afrika Selatan untuk saling menyalahkan. Yang diperlukan sekarang adalah memimpin dengan cara memberi teladan, seperti yang dilakukan Mandela.

"Kami akan sangat merindukanmu (Mandela). Kau selalu bersuara keras saat kami melakukan hal yang tidak tepat. Itu yang aku rindukan," ujar Nandi, seperti dikutip dari BBC, Senin (16/11/2013). (Riz)

Baca juga kisah inspiratif Nelson Mandela:

Nelson Mandela dan Filosofi Batik
Nelson Mandela Panjang Umur karena Tindakan Mulianya?
Nelson Mandela, Rela Mati Demi Demokrasi
Nelson Mandela, Mulai Masuk Bui Sampai Nobel Perdamaian

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya