Liputan6.com, Jakarta Seorang astronot menjelajah ribuan mil ke luar angkasa untuk menjalankan misi khusus dari negaranya. Setelah misi selesai mereka pun kembali ke Bumi. Namun siapa sangka setiba di bumi, kematian justru mengintai mereka.
Seperti dilaporkan Jurnal Scientific Reports, dilansir Independent, Sabtu (30/7/20146) , 3 dari 7 astronot Apollo meninggal akibat penyakit kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah) seperti serangan jantung dan stoke.
Baca Juga
Hal ini disebabkan paparan radiasi ruang angkasa dapat merusak sistem kardiovaskular tubuh. Meski jumlahnya kecil, radiasi pada tingkat 43 persen memberi pengaruh 4-5 kali lebih tinggi dibandingkan astronot yang terbang di orbit lebih rendah dari bumi atau yang sama sekali tidak pergi ke luar angkasa.
Profesor Michael Delp, salah seorang peneliti dari Florida State University mengatakan, "Kami tahu efek radiasi ruang angkasa sangat merugikan kesehatan manusia, terutama pada sistem kardiovaskular.”
Advertisement
Dalam penelitiannya tentang kematian kardiovaskular akibat perjalanan ke ruang angkasa, para ilmuwan melakukan pengujian pada hewan tikus dengan paparan radiasi yang sama yang dialami para astronot.
Setelah enam bulan, yang setara dengan 20 tahun manusia, tikus menunjukkan kerusakan arteri yang diketahui menyebabkan penyakit kardiovaskular (pembuluh darah) pada manusia.
Seperti diketahui program luar angkasa Apollo Amerika Serikat telah mengirim manusia ke ruang angkasa pada 11 penerbangan antara tahun 1968 dan 9 penerbangan ke luar angkasa tahun 1972. Dan sebuah pesawat ruang angkasa Apollo membuat pendaratan di bulan unutk pertama kalinya tahun 1969.
Tak hanya Amerika, negara-negara seperti Rusia, Cina dan Badan Antariksa Eropa juga mempertimbangkan misi ke Bulan.