Liputan6.com, New York- Kurang tidur maupun terlalu banyak tidur bukanlah hal baik bagi kesehatan. Studi ungkap tidur yang kurang maupun berlebih bisa jadi faktor risiko terjadinya stroke dan jika pun sudah stroke cenderung alami gangguan tidur.
Fakta tersebut diketahui lewat analisis 29 studi yang sudah ada sebelumnya. Terlihat bahwa aneka gangguan tidur seperti insomnia dan sleep apnea terkait dengan risiko terkena penyakit stroke.
Baca Juga
Dari beberapa studi di atas, sleep apnea muncul sebelum stroke, sehingga kemungkinan berkontribusi terhadap terjadinya stroke. Lalu, pada pasien stroke lebih banyak yang alami sleep apnea.
Advertisement
"Mengatasi sleep apnea dengan continuous positive airway pressure machine (CPAP) bisa mencegah penyumbatan jalan napas saat tidur, hal ini mungkin mengurangi stroke," kata profesor neurologi dari University Hospital Essen, Jerman Dirk Hermann.
Seperti dikutip laman studi Healthday, Kamis (4/8/2016), pasien stroke pun harus dilakukan pemeriksaan sleep apnea. Jika memang terbukti, harus segera diatasi.
Sementara itu gangguan tidur lain seperti insomnia dan hipersomnia juga meningkatkan faktor risiko stroke seperti ditambahkan Hermann. "Tidur sering terbangun bisa meningkatkan risiko tekanan darah, hal ini bisa meningkatkan risiko stroke," jelasnya.
Berhubung penelitian ini tidak di desain untuk membuktikan hubungan sebab akibat, peneliti mengingatkan belum pasti apakah mengobati masalah tidur bisa menurunkan risiko stroke.