Depresi Lebih Berisiko Serangan Jantung Dibanding Darah Tinggi

Penelitian terbaru menemukan, serangan jantung akibat depresi lebih tinggi jumlahnya dibanding akibat darah tinggi.

oleh Nilam Suri diperbarui 18 Jan 2017, 16:00 WIB
Diterbitkan 18 Jan 2017, 16:00 WIB
depresi dan serangan jantung
Penelitian terbaru menemukan, serangan jantung akibat depresi lebih tinggi jumlahnya dibanding akibat darah tinggi.

Liputan6.com, Jakarta Suatu riset yang dilakukan selama 10 tahun di Jerman menyatakan, 15 persen serangan jantung disebabkan oleh depresi. Untuk bisa melihat konteksnya, 21 persen serangan jantung disebabkan obesitas, dan 8,4 persen timbul karena darah tinggi.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) depresi mempengaruhi 350 juta orang di seluruh dunia. Dan walaupun kita tidak perlu menarik hubungan depresi dengan serangan jantung untuk bisa lebih serius menanggapi gangguan jiwa, studi ini menambah kekuatan argumen bahwa depresi (untuk beberapa orang) bukan hanya sekedar penyakit kejiwaan, tapi juga penyakit fisik.

Selama jangka waktu 10 tahun, satu tim dari Technical University di Munich, dipimpin oleh Profesor Karl-Heinz Ladwig, menganalisa data dari 3.428 ribu pasien pria berusia 45-74 tahun.

Mereka memantau efek depresi pada jantung dan membandingkan dengan empat faktor risiko yang lain: obesitas, merokok, kolesterol tinggi, dan tekanan darah tinggi. Hasilnya menunjukkan, depresi menyebabkan 15 persen dari kematian (557 orang meninggal selama studi ini berlangsung).

Penelitian lanjutan dibutuhkan untuk menentukan, seberapa banyak hal ini yang disebabkan oleh faktor fisiologis, seperti: meningkatnya hormon stres (yang bisa meningkatkan formasi plak di arteri), tingginya kadar kortisol dan glukosa, meningkatnya produksi radikal bebas dan asam lemak, yang kemudian menyebabkan kerusakan pada dinding pembuluh darah.

Studi ini juga mengakui, serangan jantung juga bbisa disebabkan oleh gaya hidup buruk yang biasanya diterapkan oleh orang yang depresi. Sebagai contoh: penggunaan alkohol dan narkoba, merokok, diet yang buruk dan kurangnya olahraga.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya