Liputan6.com, Jakarta Terlalu banyak mengonsumsi gula rupanya lebih membahayakan dibanding konsumsi makanan tinggi kolesterol, kata Ketua Indonesia Hydration Working Group (IHWG) Dr dr Budi Wiweko.
"Lebih berbahaya gula dibandingkan kolestrol," kata Budi Wiweko yang juga Manajer Riset dan Pengabdian Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di Jakarta seperti dikutip dari Antara, Senin (5/6/2017).
Baca Juga
Budi mengatakan konsumsi kandungan gula berlebih bisa menyebabkan berbagai penyakit seperti diabetes, gagal ginjal, hingga obesitas (kegemukan).
Advertisement
Kandungan gula berlebih, kata Budi, gampang ditemui pada produk makanan dan minuman yang biasa dikonsumsi masyarakat sehari-hari.
"Salah satu yang memicu obesitas adalah pola konsumsi makanan dan minuman manis. Pola hidrasi yang tidak baik terkait konsumsi gula dalam minuman berkaitan erat dengan obesitas," kata dia.
Budi mengambil contoh penyakit obesitas atau kelebihan berat badan yang menjadi endemik di Amerika Serikat karena tren produk makanan siap saji dan minuman ringan berkarbonasi.
"Di Amerika Serikat obesitas jadi endemik. Warga Amerika usia 50 sampai 60 tahun ke atas itu banyak yang mengalami obesitas. Itu kegagalan produk masa lalu AS yang dibombardir produk fast food dan soft drink yang amat terkenal," kata Budi.
Selain itu dia juga menyebutkan negara-negara lain yang mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi gula dan garam pada produk makanan.
"Di Meksiko pajak untuk produk minuman ringan sangat mahal," kata Budi.
Kata Budi, pada dasarnya kebutuhan air putih orang dewasa dua liter per hari atau delapan gelas. Aturan konsumsi delapan gelas air hanya untuk air putih, bukan teh, kopi, atau cairan lain semacamnya. Jadi, jangan cuma perhatian pada kolesterol saja, ya.Â
Â