Liputan6.com, Jakarta Polusi udara ternyata memengaruhi kesuburan pria, dalam hal ini kualitas sperma. Fenomena ini terlihat dari adanya masalah kesuburan di kalangan pria yang tampak meningkat di seluruh dunia. Dilansir dari Science Alert, Rabu (22/11/2017), kira-kira 48 juta pasangan di seluruh dunia mengalami kesulitan punya anak.
Penelitian terbaru menunjukkan, partikel udara tertentu kurang dari 2,5 mikrometer memengaruhi perkembangan sperma manusia. Efeknya pengaruh terbilang kecil, tapi bagi banyak pasangan yang mengidam-idamkan momongan, hal ini bisa mempersulit.Â
Baca Juga
Istri bisa sulit hamil karena kualitas sperma menurun akibat paparan polusi udara.Â
Advertisement
Dari hasil penelitian, faktor lingkungan yang bisa memengaruhi kualitas sperma termasuk polutan, seperti pestisida. Di dalamnya, terdapat berbagai zat yang berbahaya bagi kesuburan pria. Misalnya, logam berat dan hidrokarbon aromatik polisiklik, yang membuat sperma jadi abnormal.
Simak juga video berikut ini:
Â
Â
Penurunan kualitas sperma
Tim ilmuwan Tiongkok menganalisis sampel sperma. Mereka mempelajari pengaruh partikel udara sebesar PM2.5 di atmosfer, pada sperma yang disumbangkan 6.475 partisipan yang tinggal di Taiwan.
Para partisipan mengikuti program pemeriksaan kesehatan standar antara tahun 2001 dan 2014, yang memungkinkan ilmuwan mengumpulkan informasi terperinci mengenai kesehatan dan sampel sperma. Proses penelitian disesuaikan dengan catatan kualitas udara yang mengelilingi tempat tinggal mereka.
Siklus sperma yang khas antara 40 dan 100 hari. Ilmuwan mempelajari sampel sperma, yang diambil tiga bulan selama periode rata-rata dua tahun.
Mereka mengidentifikasi kecocokan yang signifikan antara paparan PM2.5 dan ukuran, bentuk, dan tingkat aktivitas sperma di dalam sampel. Setiap kenaikan 5 mikrogram partikulat per meter kubik (35 kaki kubik) udara dikaitkan dengan lebih dari satu persen penurunan proporsi normal terhadap sperma. Sperma menjadi abnormal.
Advertisement
Menurun sampai 10 persen
Partikel udara dengan tingkat yang lebih tinggi dari PM2.5 lebih, bisa menurunkan sperma sebesar 10 persen.
"Meskipun perkiraan dampaknya kecil dan mungkin dapat diabaikan dalam situasi. Ini adalah tantangan kesehatan masyarakat yang penting," kata para peneliti dalam penelitian ini.
Kualitas udara yang buruk mungkin tidak baik untuk sperma. Risiko menurunnya kesuburan akibat polutan tetap perlu diwaspadai. Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal BMJ.
Sayangnya, penelitian ini hanya bisa menganalisis, adanya suatu hubungan, tanpa menguraikan hubungan yang tepat dan jelas antara polutan dan sperma abnormal.