Liputan6.com, Jakarta Setelah 30 hari berpuasa, tidak sedikit orang yang mengalami penurunan berat badan cukup drastis di dirinya.
Merasa cara kayak begini efektif menurunkan angka di timbangan, ada segelintir orang yang kemudian 'meniru' pola makan selayaknya bulan ramadan di hari-hari biasa. Bila dilihat-lihat lagi, pola makan semacam ini kurang lebih mirip dengan OCD yang sempat ngetren itu.
Bagaimana penilaian seorang ahli gizi mengenai hal tersebut? Normalkah pola makan saat puasa diterapkan di hari-hari biasa kayak sekarang, yang mungkin jatuhnya malah mirip OCD alih-alih agar berat badan stabil?
Advertisement
Pakar di Bidang Gizi Olahraga dan Kebugaran, Mochammad Rizal, menjelaskan bahwa sebelum adanya OCD, pola makan yang sama sudah lebih dulu ada dengan nama Intermittent Fasting (IF).
IF sendiri didukung oleh beberapa penelitian yang menyatakan bahwa IF punya banyak manfaat bagi kesehatan.
"Namun, di sisi lain, para ahli gizi sendiri tetap menyarankan untuk mengatur pola makan menjadi tiga kali makan besar, dan dua sampai tiga kali snacking (camilan)," ujar Rizal saat dihubungi Health Liputan6.com belum lama ini.
Baca Juga
Â
Pola Makan yang Benar untuk Turunkan Berat Badan
Pola makan begini bisa mencegah dari rasa lapar berlebihan, yang berpotensi membuat kalap saat masuk jam makan. Makan besar sebanyak tiga kali yang diselingi dengan camilan sehat, seperti buah dan sayur, dapat menjaga kestabilan gula darah.
"Gula darah yang stabil dapat memberikan energi secara konstan selama seharian penuh, sehingga dapat digunakan untuk beraktivitas secara optimal dan produktif," kata Rizal menambahkan.
Akan tetapi, tambah Rizal, jika ada orang yang ingin menerapkan pola makan puasa Ramadan di hari-hari biasa kayak sekarang, kenapa tidak menjalankan puasa sunnah, ketimbang OCD atau IF. Selain dapat pahala, dietnya juga dapat.
"Dan juga ada jeda hari tidak berpuasa sehingga ada keseimbangan dalam hidup," kata Rizal menyarankan.
Advertisement