Sulit Merokok, Rahasia Sehat Warga Singapura

Dokter dari Singapura mengatakan, harga, pajak, serta sulitnya tempat merokok membuat para perokok di sana sulit melakukan kebiasaannya

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 31 Mar 2019, 13:00 WIB
Diterbitkan 31 Mar 2019, 13:00 WIB
Bungkus Rokok atau Kemasan Rokok
Ilustrasi Foto Kemasan Rokok (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Merokok adalah salah satu aktivitas yang tidak banyak dilakukan oleh masyarakat Singapura. Inilah yang dianggap sebagai alasan warga negara di sana memiliki tingkat kesehatan yang baik.

Jika dibandingkan dengan Indonesia, kebiasaan merokok warga di Singapura jelas berbeda. Direktur Medis dan Konsultan Senior Onkologi Medis Parkway Cancer Center, Singapura, Dr. Ang Peng Tiam mengatakan bahwa meskipun dia tidak tahu tentang gaya hidup masyarakat Indonesia secara menyeluruh, namun yang pasti merokok sudah menjadi gaya hidup di Indonesia.

"Kalau soal tentang gaya hidup secara menyeluruh di Indonesia, saya tidak terlalu tahu, tapi yang pasti masyarakat Indonesia banyak sekali yang merokok," kata Ang kepada Health Liputan6.com di Sudirman, Jakarta, ditulis Minggu (31/3/2019).

Ang menjelaskan, ada banyak hal yang membuat tingkat kesehatan masyarakat Singapura sangat baik. Salah satunya adalah kebiasaan merokok.

"Harga rokok di Singapura sangat sangat mahal. Saya tidak tahu pastinya tapi sekitar 5 sampai 6 dollar Singapura (sekitar 52 ribu hingga 62 ribu rupiah) setiap kotaknya," kata Ang membeberkan. Hal ini dikarenakan pemerintahnya mengenakan pajak dan biaya yang tinggi pada industri rokok.

Simak juga video menarik berikut ini:

 


Tidak melarang tapi menyulitkan perokok

Dr. Ang Peng Tiam
Dr. Ang Peng Tiam membeberkan satu kebiasaan yang sulit dilakukan warga Singapura yaitu merokok (Istimewa)

Selain itu, tidak ada restoran di Singapura yang memperbolehkan masyarakat secara bebas merokok. Begitu pula di tempat umum.

"Sepanjang Orchard Road sekarang sudah tidak boleh merokok," tambah Ang.

"Jadi mereka memaksa untuk membuat para perokok tidak nyaman. Jika Anda ingin merokok Anda harus mengeluarkan banyak uang karena negara juga harus mengeluarkan lebih banyak biaya kesehatan."

Ang mengatakan, pemerintah Singapura memang tidak melarang orang untuk merokok. Hal ini ditakutkan melanggar hak-hak sipil. Namun, mereka membuat orang lebih sulit untuk merokok.

"Jadi daripada melarang, pemerintah kami membuat sulit," imbuhnya.

Soal bagaimana pengaruh apabila rokok dilarang terhadap industri itu sendiri, Ang tidak bisa banyak menjawab. Sebagai seorang dokter, peraih gelar Datuk dari Sultan Kedah itu menegaskan bahwa merokok tetap buruk untuk kesehatan. Meskipun dia mengakui tetap ada dampak bagi industri itu sendiri, tapi perusahaan rokok tidak akan mengatakan bahwa rokok itu menguntungkan seseorang.

"Mereka akan bilang bahwa mereka menyediakan apa yang Anda inginkan. Mereka mengkapitalisasi kecanduan dan kebiasaan untuk keuntungan," kata Ang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya