Cerita Hasto Wardoyo Jadi Dokter Puskesmas di Wilayah Terpencil

Hasto Wardoyo yang disebut-sebut ditunjuk menjadi Kepala BKKBN menceritakan pengalamannya menjadi dokter di pedalaman.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 13 Mei 2019, 18:00 WIB
Diterbitkan 13 Mei 2019, 18:00 WIB
Bupati Kulon Progo, Hasto Wardoyo
Bupati Kulon Progo, Hasto Wardoyo

Liputan6.com, Jakarta Selain dikenal sebagai Bupati Kulon Progo, Hasto Wardoyo juga seorang dokter kebidanan dan kandungan. Pria yang namanya beberapa saat belakangan mencuat karena diduga bakal menjadi Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) ini sempat menceritakan pengalamannya menjadi dokter di daerah terpencil di Kalimantan Timur.

Usai lulus dari S1 Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada pada 1989, Hasto meminta pada kepala dinas kesehatan pada masa itu untuk ditempatkan berpraktik di area yang paling sulit di pedalaman.

"Ternyata benar saya ditempatkan di pelosok. Dari kantor kabupaten untuk mencapai puskesmas itu dua hari dua malam. Saya cukup lama di sana, lima tahun di pedalaman. Tidak ada warung, tidak ada apa-apa," kata Hasto saat tampil di Inspirato Liputan6.com pada Oktober 2017 lalu.

Seperti dikutip dari situs resmi kulonprogokab.go.id, saat itu, dirinya bertugas menjadi Kepala Puskesmas Kahala di Kabupaten Kutai Kalimantan Timur pada 1990. Lalu, menjadi Kepala Puskesmas Melak, Kabupaten Kutai pada 1991, kemudian menjadi Kepala Puskesmas Lok Tuan Bontang pada 1994.

Walaupun ditempatkan di tempat terpencil, Hasto merasa senang-senang saja. Banyak hal menarik yang ia dapatkan selama menjadi dokter di area yang jauh dari hingar bingar kota.

"Saya menikmati tugas itu, ya banyak yang unik-unik di pedalaman. Saya juga ngajar SD, SMP karena di sana guru juga kurang. Ngajar pramuka juga," kata pria yang mendapat penghargaan sebagai dokter teladan nasional pada 1992 ini.

 

 

 

Simak juga video menarik berikut ini:

Mengobati Dukun dengan Air Putih

Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo
Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo. (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Sebagai manusia biasa, Hasto juga pernah sakit saat bertugas di pedalaman Kalimantan Timur. Saat itu, tenaga kesehatan di sana minim sekali, malah lebih banyak dukun.

"Banyak peristiwa unik di sana, ketika sakit, maka saya harus ngikuti terapi dari dukun-dukun itu," katanya sambil tertawa.

Namun, ketika dukun sakit, ke dukun mana pun tak kunjung sembuh pada akhirnya mendatangi dirinya. Cerita unik lainnya pun datang dalam kehidupan Hasto.

"Saya balas ketika dukun-dukun itu sakit, ada yang terkena gangguan jiwa. Tidak ada dukun yang bisa menyembuhkan itu. Ketika datang ke saya, saya bawakan air putih diisi diazepam. Hehehe... Dan dia sadar. Dia tidak ngamuk-ngamuk lagi, tidak marah-marah lagi," tutur pria kelahiran 30 Juli 1964 ini.

 

Jadi Dosen

Kecintaannya di dunia kesehatan membuat Hasto kembali melanjutkan pendidikan mengambil gelar dokter spesialis dokter kebidanan dan kandungan di FK UGM yang lulus pada tahun 2000. Lalu, dirinya pun diminta untuk menjadi dosen di tempatnya menimba ilmu.

Tak berhenti di situ, Hasto kemudian mendalami fertilitas yang membuatnya menjadi konsultan fertilitas dan bayi tabung. Baru, pada 2011 dirinya mulai terjun di dunia politik mencalonkan diri menjadi bupati di tanah asalnya.

"Tahun 2011 ada pemilihan kepala daerah, sebenarnya saya tidak bercita-cita menjadi bupati. Tapi saya sulit menceritakan keadaan pada saat itu. Saya asli dari Kulonprogo tapi situasi menghendaki saya kembali ke sana," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya