Liputan6.com, Jakarta Novel coronavirus (2019-nCoV) atau yang lebih akrab disebut virus corona dinyatakan memiliki berbagai gejala yang serupa dengan flu atau selesma yang banyak dialami orang-orang.
Walaupun begitu, dokter spesialis paru Agus Dwi Susanto mengungkapkan bahwa selesma, flu, maupun infeksi virus corona tetap memiliki perbedaan secara gejala infeksi.
Baca Juga
Dalam pemaparannya di sebuah temu media di Cikini, Jakarta pada Kamis (6/2)Â kemarin, Agus mengungkapkan bahwa selesma atau common cold umumnya disebabkan oleh virus seperti rhinovirus atau human coronavirus. Sementara flu, disebabkan oleh virus influenza.
Advertisement
"Biasanya flu lebih cepat. Kalau dia gejalanya cepat seperti demam, sakit kepala atau pinggang, bahkan nyeri-nyeri sendi, lemas, ini biasanya influenza," kata Agus yang juga Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PP-PDPI) ini, ditulis Jumat (7/2/2020).
Simak juga Video Menarik Berikut Ini
Common Cold dan Infeksi Novel Coronavirus
Sementara itu, common cold biasanya disertai dengan nyeri tenggorokan, meriang, terbatuk-batuk, serta hidung mampet bahkan di kedua bagiannya sehingga harus bernapas dari mulut.
"Ini modelnya rhinovirus atau coronavirus. Biasanya kalau influenza lebih ringan," kata Agung menjelaskan. Di sisi lain, untuk novel coronavirus, gejalanya hampir mirip dengan keduanya. Namun di sini, ada satu gejala khas yaitu sesak napas.
"Nah, yang terbaru ini ada gejala disertai dengan diare. Kalau flu biasa jarang-jarang ada diare," kata Agus. Yang pasti, gejala umum dari infeksi novel coronavirus adalah batuk, pilek, demam, dan sesak napas.
"Dan pada kasus yang lebih berat, lama-lama akan terjadi progresivitas infeksi masuk ke paru, terjadilah pneumonia," ujarnya.
Jika dibandingkan dengan virus corona baru, selesma dan influenza jarang menyebabkan pneumonia dan bisa sembuh dengan sendirinya. Hanya infeksi novel coronavirus saja yang bisa berlanjut ke pneumonia bahkan mampu berakhir dengan kematian.
"Sama seperti SARS, MERS-CoV, juga komplikasinya cepat yang berlanjut jadi pneumonia."
Advertisement