Dinkes Jatim: Penanganan Pasien COVID-19 dengan Komorbid Lebih Sulit, Jangan Sampai Tertular

Dinkes Jawa Timur mengatakan bahwa 95 persen dari pasien COVID-19 yang meninggal dunia di provinsi itu memiliki penyakit bawaan atau komorbid

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 21 Okt 2020, 18:00 WIB
Diterbitkan 21 Okt 2020, 18:00 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Pelaksanaan tes COVID-19 di Surabaya, Jawa Timur (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jakarta Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur mengatakan bahwa kebanyakan pasien COVID-19 yang meninggal dunia di provinsi tersebut memiliki penyakit bawaan atau komorbid.

Maka dari itu, mereka meminta agar orang-orang dengan penyakit bawaan untuk lebih berhati-hati, dan mencegah dirinya tertular COVID-19 karena kondisi ini membuat penanganan di rumah sakit menjadi lebih sulit.

"Kalau kita melihat analisa kematian di Jawa Timur, maka ada beberapa hal yang sudah kita analisa, pertama adalah 95 persen pasien yang meninggal di rumah sakit itu dengan komorbid," kata Herlin Ferliana, Kepala Dinkes Jatim dalam temu media virtual bersama Kementerian Kesehatan pada Rabu (21/10/2020).

"Dengan komorbid ini ada yang datang terlambat ada juga yang datang tidak terlambat tetapi karena ada penyakit bawaan, paru-paru, diabetes, ini akan lebih sulit untuk bisa memulihkan kondisi kesehatannya," kata Herlin.

Herlin pun meminta agar masyarakat dengan penyakit bawaan benar-benar berhati-hati agar tidak tertular COVID-19. "Kita selalu mengingatkan itu, karena data menunjukkan 95 persen itu meninggal karena komorbid."

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

 

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini

Mencegah di Hulu Lebih Mudah

(Foto: Dok Humas Pemkot Surabaya)
Pemkot Surabaya menyasar lingkungan Pondok Pesantren (Ponpes) yang ada di Surabaya, Jawa Timur untuk gelar tes COVID-19. (Foto: Dok Humas Pemkot Surabaya)

Sementara itu, untuk mengantisipasi pasien positif COVID-19 datang terlambat untuk penanganan di rumah sakit, Dinkes Jatim mempersiapkan ruang isolasi di tempat-tempat yang disediakan pemerintah.

"Sehingga kita bisa melihat kondisinya supaya tidak sampai terlambat," kata Herlin. "Atau kalau memang rumahnya memenuhi syarat, maka petugas kesehatan akan terus ketat supaya tidak datang terlambat."

Herlin mengatakan, penanganan pasien COVID-19 di hilir atau di rumah sakit jauh lebih berat ketimbang di hulu atau pencegahan.

"Yang kita harapkan adalah di level hulunya, sehingga bagaimana supaya tidak tertular, itu jauh lebih mudah daripada kalau kita menangani. Sehingga supaya tidak terjadi kematian yang besar, maka diupayakan di hulu ini kita jaga dengan baik."

Terkait apakah sumber daya manusia dan peralatan di fasilitas kesehatan juga berpengaruh terhadap tingkat kematian di Jatim, Herlin mengatakan bahwa mereka juga telah melakukan pemantauan.

"Di tiga bulan terakhir ini tidak menjadi penyebab yang utama. Karena untuk penanganan awal di 127 rumah sakit tetapi pada saat kondisinya sudah berat, maka ada 5 rumah sakit yang kita kuatkan," ujarnya.

Adapun, kelima rumah sakit untuk penanganan kasus berat dari COVID-19 di Jatim adalah: RSUD Dr. Soetomo, RS Saiful Anwar, RSUD Soedono Madiun, RSAL Ramelan, dan RS Universitas Airlangga.

Infografis Skenario Tekan Covid-19 di Jawa Timur

Infografis Skenario Tekan Covid-19 di Jawa Timur
Infografis Skenario Tekan Covid-19 di Jawa Timur (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya