Dapat Laporan Efek Jangka Panjang COVID-19, WHO Tolak Herd Immunity Alami untuk Atasi Pandemi

Adanya laporan efek jangka panjang usai terkena COVID-19 membuat WHO menegaskan kembali bahayanya strategi herd immunity secara alami dalam pengendalian pandemi

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 02 Nov 2020, 17:00 WIB
Diterbitkan 02 Nov 2020, 17:00 WIB
Herd Immunity
Herd Immunity (Foto: Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara tegas menolak strategi herd immunity atau kekebalan kelompok tanpa vaksin, untuk mengakhiri pandemi COVID-19.

Hal itu dinyatakan oleh Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus usai mendengar beberapa pengalaman beberapa penyintas COVID-19, yang masih merasakan efek jangka panjang usai terinfeksi virus corona, salah satunya adalah Profesor Paul Garner.

Dalam konferensi pers pada Jumat pekan lalu, Garner, yang merupakan ahli epidemiologi penyakit menular di Liverpool School of Tropical Medicine, Inggris, dinyatakan positif COVID-19 pada Maret lalu.

Dikutip dari laman UN News pada Senin (2/11/2020), Garner menceritakan bahwa selama empat bulan, ia berjuang melawan siklus kelelahan, sakit kepala, mood swings, dan beberapa gejala lainnya yang diikuti dengan kelelahan total terkait COVID-19 selama tiga bulan.

"Ketika saya berlebihan melakukan sesuatu, penyakit itu akan menggema kembali, dan akan kembali, dan itu benar-benar tidak dapat diprediksi," kata Garner.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

 

 

 

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

Herd Immunity Secara Natural Tidak Masuk Akal

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus
Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. (Liputan6/AFP)

Meski begitu, Garner melaporkan bahwa dalam dua pekan terakhir, kesehatannya sudah mulai benar-benar membaik.

"Saya tidak pernah berpikir tujuh bulan hidup saya tersapu oleh virus ini," ujarnya. "Itu begitu saja pergi, menguap."

Menanggapi laporan itu, Tedros mengatakan bahwa kasus semacam ini menekankan bahwa mereka yang mengalami efek jangka panjang dari COVID-19, harus mendapatkan waktu dan perawatan yang mereka butuhkan untuk pulih sepenuhnya.

"Ini juga memperkuat saya tentang betapa tidak masuk akal secara moral dan tidak mungkin mengenai apa yang disebut strategi 'natural herd immunity' itu," kata Tedros seperti dikutip dari laman resmi WHO.

"Tidak hanya akan menyebabkan lebih dari jutaan kematian yang tidak perlu, itu juga akan menyebabkan sejumlah besar orang menghadapi jalan panjang menuju pemulihan penuh."

Ia menegaskan bahwa kekebalan kelompok hanya bisa dimungkinkan dengan vaksin yang aman dan efektif, yang didistribusikan secara merata di seluruh dunia.

"Dan sampai kita memiliki vaksin, pemerintah dan masyarakat harus melakukan semua yang mereka bisa untuk menekan penularan, yang merupakan cara terbaik untuk mencegah konsekuensi jangka panjang pasca-COVID ini," imbuhnya.

Infografis Yuk Kenali Cara Kerja Vaksin Covid-19

Infografis Yuk Kenali Cara Kerja Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Yuk Kenali Cara Kerja Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya