Mentan Syahrul Yasin Limpo: Kenyang Itu Tidak Harus dengan Beras

Mentan Syahrul Yasin Limpo menyampaikan bahwa untuk kenyang itu tidak harus dengan beras.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 10 Nov 2020, 09:00 WIB
Diterbitkan 10 Nov 2020, 09:00 WIB
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo meluncurkan Kartu Petani Berjaya (KPB) di Desa Tempuran, Kecamatan Trimurjo, Kabupaten Lampung Tengah, Selasa (6/10/2020).
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo meluncurkan Kartu Petani Berjaya (KPB) di Desa Tempuran, Kecamatan Trimurjo, Kabupaten Lampung Tengah, Selasa (6/10/2020).

Liputan6.com, Jakarta Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo menyampaikan, kenyang itu tidak harus dengan beras. Terlebih lagi Indonesia mempunyai sumber daya alam yang besar. Laut yang sangat luas, dataran, pantai yang menjanjikan rupiah, serta dataran rendah, bukit, dan gunung yang ditanami banyak hal dan bisa hidup.

"Kami punya program ketahanan pangan, salah satunya diversifikasi pangan lokal. Artinya, (yang namanya) kenyang itu tidak harus dengan beras," ujar Yasin saat dialog virtual Ketahanan dan Swasembada Pangan Indonesia 2045 dalam Hubungan dengan Kualitas SDM, Senin (9/11/2020).

"Diversifikasi pangan lokal, misalnya, ada ubi kayu, jagung, sagu, pisang, kentang, sorgum, dan lain-lain."

Untuk peningkatan kapasitas produksi pangan, Kementerian Pertanian juga berupaya memanfaatkan lahan yang ada. Lahan ditanami dengan berbagai macam tanaman yang mampu tumbuh sesuai kondisi tanahnya.

"Kami masuk (upaya mengelola) pada lahan rawa. Ini sesuai petunjuk dan perintah Presiden Joko Widodo (Jokowi). Di lahan rawa yang ada di Kalimantan Tengah ada 164.000 hektar. Kemudian ada tanaman perluasan areal tanaman baru kurang lebih 250.000 hektar," lanjut Yasin.

"Kemudian coba diupayakan menanam padi, jagung, bawang merah. Pada daerah-daerah defisit (lahan yang sulit ditanami), kami coba intervensi. Kalau tidak bisa bertanam padi, ya tanam jagung."

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

Urban Farming dan Lumbung Pangan

Menyulap Atap Rumah Jadi Kebun Sayur Hidroponik
Warga merawat sayuran yang ditanam menggunakan metode hidroponik di atap rumahnya di Ciledug, Kota Tangerang, Banten, Sabtu (24/10/2020). Atap rumah dimanfaatkan untuk budi daya sayuran hidroponik guna menambah pendapatan dan tetap produktif di masa pandemi COVID-19. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Upaya ketahanan pangan Kementan juga menyasar pemanfaatan lahan pekarangan melalui Program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) dan urban farming--praktik pertanian urban--khususnya di kota-kota.

"Kami coba memperkenalkan urban farming. Dan sekarang ini lagi populer sekali. Banyak banget yang ikut menerapkannya, mulai artis sampai pejabat," imbuh Yasin.

"Mereka sekarang berargonoponik, sudah mulailah menanam sayur-mayur sendiri di halaman rumahnya. Kita berharap dengan halaman yang kurang lebih saja 2 kali 10 meter, bisa ber-urban farming."

Selanjutnya, pemanfaatan lumbung pangan di provinsi dan kabupaten/kota juga desa. Lumbung pangan desa, kami berharap melakukan serapan agar ketahanan pangan tersedia," pungkas Yasin.

"Kan kalau hanya (hasil panen pangan) tinggi, tetapi tidak ada simpan besok, melakukan in-out dalam satu tempat, bagaimana ketersediaan pangan bisa bertahan. Misalnya, 30 ton pangan ditaruh (disimpan) di situ, in-out dalam 5 bulan. Maka, bisa bertahan setahun."

Infografis Keamanan Pangan

Infografis Keamanan Pangan
Infografis Keamanan Pangan (Liputan6.com/Ari Wicaksono)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya