Liputan6.com, Jakarta - Saat ini Indonesia tengah berupaya untuk melakukan transisi dari pandemi menuju endemi COVID-19. Mencermati penanganan COVID-19 di Tanah Air yang terkendali, Pemerintah pun melonggarkan sejumlah aturan. Bahkan mudik Lebaran tahun ini sudah boleh dilakukan. Â
Berkaitan dengan hal tersebut, Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, Dr Pandu Riono mengungkapkan bahwa Indonesia bisa berada dalam kondisi endemi bila masyarakat konsisten seperti saat ini.
Baca Juga
Pergerakan Independen Alex Kuple dalam Bermusik, Ogah Bergantung pada Major Label Berkat Kedekatan dengan Musisi Indie
Mendagri Tito Karnavian Beberkan Alasan Yogyakarta Tetap Naik Pertumbuhan Ekonomi saat Pandemi Covid-19
Pandemi Adalah Wabah Global, Pahami Ciri-Ciri, Cara Menghadapi, serta Bedanya dengan Endemi dan Epidemi
"Kalau kita konsisten, insya allah Agustus Pak Jokowi bisa bilang Indonesia sudah selesai dalam menghadapi pandemi. Sekaligus 17 Agustusan," ujar Pandu dalam Diskusi Publik bersama FKG UI dengan tema Transisi Pandemi Menjadi Endemi pada Minggu, (5/6/2022).
Advertisement
Pandu mengungkapkan, peralihan dari pandemi ke endemi bisa menjadi suatu hal yang dapat dirayakan oleh Indonesia. Mengingat Indonesia tak banyak mendapatkan bantuan dari negara luar saat menghadapi masa krisis.
"Ada bantuan dari luar, vaksinasi. Tapi strategi dan semuanya itu modal dasar kita semua," kata Pandu.
Terlebih menurut Pandu, meskipun Indonesia bukanlah negara yang memproduksi vaksin COVID-19, stok vaksin yang ada di sini untuk masyarakat tidak pernah mengalami kekurangan.
Bahkan Pandu menuturkan bahwa untuk vaksinasi booster hingga 100 persen penduduk pun masih begitu memungkinkan di Indonesia.
"Nah sekarang waktunya kita memulihkan ekonomi karena PPKM kan pembatasan aktivitas masyarakat, sudah pasti berdampak pada ekonomi," ujar Pandu.
"Kita lihat, begitu sudah terkendali, ekonomi akan lebih mudah start up. Sebagian mungkin harus dibantu," tambahnya.
Saat ini, penambahan kasus COVID-19 masih terjadi. Namun tidak ada kenaikan kasus yang signifikan. Kasus baru setiap harinya berada dalam status aman dan pandemi pun dinyatakan sedang ada dalam status terkendali.
Antibodi yang Terbentuk
Lebih lanjut Pandu menjelaskan bahwa ternyata penduduk di Indonesia telah memiliki antibodi dari SARS-CoV-2. Antibodi tersebut pun terbagi atas dua sumber.
Sejumlah 38,6 persen penduduk memiliki antibodi akibat terinfeksi COVID-19 dan vaksinasi. Pada Desember 2021, proporsi penduduk yang memiliki antibodi akibat infeksi lebih tinggi dibandingkan dari vaksinasi.
Proporsi antibodi akibat infeksi COVID-19 ada sebanyak 70,7 persen. Sedangkan vaksinasi hanya 55,1 persen. Meski begitu, keduanya masih berperan untuk memberikan imunitas pada tubuh masyarakat Indonesia.
"Ternyata kira-kira 40 persen penduduk sangat hebat, disebut sebagai herd immunity karena pada bulan Desember sudah memiliki kekebalan. Mereka sudah pernah terinfeksi dan sudah divaksinasi lagi," kata Pandu.
Menurut Pandu, hal tersebut juga yang membuat mudik pada saat Lebaran 2022 telah diizinkan. Pada Maret 2022, secara rata-rata di atas 95 persen penduduk Indonesia sudah memiliki imunitas.
"Artinya apa? Kita enggak usah khawatir karena sampai sekarang terbukti, bahwa meski ada mudik Lebaran luar biasa hebatnya, ada Omicron, kita tidak terdampak dari kasus," ujar Pandu.
"Mungkin naik sedikit. Tetapi yang masuk rumah sakit dan yang mati menurun, terus menurun," Pandu menuturkan.
Advertisement
Pandemi Terkendali
Menurut Pandu, saat ini kondisi pandemi COVID-19 di Indonesia ada dalam status terkendali. Bahkan usai masyarakat melakukan mudik Lebaran sebelumnya.
Kasus COVID-19 juga menurun yang mana membuktikan bahwa imunitas penduduk saat ini sudah tinggi dan kadar antibodinya juga tinggi akibat vaksinasi dan infeksi.
Berkaitan dengan hal tersebut, Pandu pun berpendapat bahwa PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) tidak lagi begitu relevan untuk dilakukan.
"Jadi PPKM enggak penting lagi sekarang. Sebenarnya sudah dihentikan sejak pemerintah mengizinkan mudik Lebaran. Sekarang masih ada level 1, tapi nanti akan level 1 semuanya," kata Pandu.
Dengan begitu, berbagai kegiatan masyarakat juga sudah mulai bisa dilakukan. Seperti adanya pembukaan sekolah, konser musik, dan lain-lain.
"Kita lihat tidak ada lonjakan. Apalagi Bali, booster-nya paling tinggi sekarang. Jakarta nomor dua, hampir menyusul. Dua provinsi yang sangat tinggi cakupan vaksinasinya," ujar Pandu.
"Jadi kesimpulannya kita semua harus di booster. Mahasiswa juga harus di booster kalau mau kuliah tatap muka. Sudah mulai kerja, vaksinasi booster jadi penting," tambahnya.
Aturan Lepas Masker
Dalam tahap transisi dari pandemi ke endemi, pemerintah juga telah mengizinkan masyarakat untuk melepas masker pada area terbuka. Hal tersebut sebelumnya diumumkan secara terbuka, salah satunya oleh Juru Bicara Satuan Tugas COVID-19, Prof Wiku Adisasmito.
Wiku mengungkapkan bahwa mulai besok masyarakat sudah diperbolehkan untuk tidak menggunakan masker di luar ruangan.
Tentunya masih dengan syarat lanjutan yakni hanya berlaku bagi mereka yang berada dalam kondisi sehat dan tidak ada dalam keramaian atau kepadatan.
"Menindaklanjuti arahan dari presiden dan melihat kondisi COVID-19 yang semakin terkendali, maka pemerintah akan melakukan pelonggaran tidak menggunakan masker untuk aktivitas di ruangan terbuka yang tidak padat orang," ujar Wiku dalam konferensi pers pada Selasa, 17 Mei 2022 lalu.
"Namun populasi rentan dan orang yang sedang dalam keadaan tidak fit tetap disarankan memakai masker untuk mencegah peluang tertular atau menularkan secara lebih baik," tambahnya.
Selain itu, Wiku juga mengungkapkan bahwa pemerintah telah menghapus keharusan masyarakat untuk menunjukkan hasil tes COVID-19 bagi pelaku perjalanan dalam negeri dan luar negeri.
Kelonggaran tersebut bisa berlaku apabila masyarakat telah melakukan vaksinasi COVID-19 secara lengkap.
Advertisement