Pengidap Diabetes Melitus Berisiko Tinggi Kena COVID-19

Pengidap Diabetes Melitus (DM) masih berisiko tinggi terinfeksi COVID-19.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 04 Des 2022, 20:00 WIB
Diterbitkan 04 Des 2022, 20:00 WIB
Pandemi COVID-19
Pandemi COVID-19. (unsplash.com/Usman Yousaf)

Liputan6.com, Jakarta Pengidap Diabetes Melitus (DM) berisiko tinggi terinfeksi COVID-19. Perlindungan optimal dari vaksinasi COVID-19 primer (vaksinasi dosis 1 dan 2) serta booster sangat dibutuhkan bagi mereka yang mempunyai komorbid termasuk DM.

Apalagi bagi lansia yang mempunyai komorbid, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia Siti Nadia Tarmizi mengingatkan untuk segera melengkapi vaksinasi COVID-19 dan booster kedua atau dosis 4.

"Selama pandemi COVID-19, yang paling terdampak adalah mereka dengan kondisi gejala sedang - berat terutama mereka yang memiliki komorbid ya, misalnya komorbid paling banyak itu Diabetes Melitus," terangnya saat acara 'Media Briefing: Hari Diabetes Sedunia 2022' di Aston Kemayoran City Hotel, Jakarta, ditulis Minggu (4/12/2022).

"Yang kedua, hipertensi ya. Keduanya punya risiko masih sangat besar (terinfeksi COVID-19). Kita tahu vaksinasi sampai dengan dosis 2 boster terutama lansia yang sekarang sampai booster kedua, akan memberikan proteksi yang sangat baik."

Adanya peningkatan kasus COVID-19 akhir-akhir ini tetap menjadi kewaspadaan bersama. Risiko masyarakat yang mempunyai komorbid terpapar COVID-19 dapat terjadi.

"Dari data kami yang ada, peningkatan kasus disebabkan oleh varian baru XBB ataupun BQ.1. Dan tentunya ini menjadi suatu kewaspadaan kita bersama,"

"Artinya, risiko itu (terinfeksi COVID-19) masih ada terutama orang yang memiliki komorbid sehingga proteksi vaksinasi menjadi penting."

Proteksi dari Varian Corona

RSUD Tangerang Selatan Laksanakan Vaksinasi Booster untuk Lansia
Petugas medis melakukan pemeriksaan kesehatan kepada warga calon penerima vaksin COVID-19 dosis ketiga di RSUD Tangerang Selatan, Rabu (12/1/2022). Lebih dari 60 warga lanjut usia (lansia) Tangsel mendapatkan vaksinasi lanjutan (booster) COVID-19 dengan jenis Pfizer. (merdeka.com/Arie Basuki)

Menjelang Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 (Nataru), ada kekhawatiran terhadap peningkatan kembali kasus COVID-19 nasional. Walau begitu, bilamana ada kenaikan bukan disebabkan langsung adanya mobilitas masyarakat yang tinggi.

"Mengenai Nataru ini ya permasalahannya bukan karena pergerakan atau mobilisasi yang besar yang menyebabkan peningkatan kasus, tapi karena memang ada varian baru," Siti Nadia Tarmizi melanjutkan.

Ditegaskan kembali oleh Nadia, masyarakat khususnya yang memiliki komorbid seperti diabetes dan hipertensi dapat menerima vaksinasi COVID-19 dan booster. Vaksinasi COVID-19 dapat mengurangi gejala keparahan bila terinfeksi COVID-19.

"Untuk proteksi varian baru (Corona) menjadi penting terutama pada orang yang punya komorbid terutama lagi pada lansia yang komorbid," pungkasnya.

Kurangi Risiko Masuk RS

Batuk Rejan
Ilustrasi Batuk Credit: pexels.com/Mojca

Pada kesempatan yang sama, Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) Ketut Suastika menambahkan, diabetes dapat menyebabkan infeksi dan kematian akibat COVID-19. Vaksinasi COVID-19 pun membantu agar pasien tidak dirawat ke rumah sakit.

"Diabetes memang faktor risiko terutama menyebabkan infeksi dan juga kematian (akibat COVID-19) lebih tinggi sekali. Karena sebagian besar sudah divaksin, kalau kita lihat yang masuk rumah sakit, misalnya tempat saya bekerja di RS Sanglah, walaupun banyak infeksi COVID-19, sekarang jarang yang masuk rumah sakit," tambahnya.

"Kematiannya sudah amat rendah, tidak seperti pada awal COVID-19. Nah, ini salah satu bahwa kita berhasil melaksanakan vaksinasi."

Suastika juga tak memungkiri, masih banyak orang yang belum divaksinasi COVID-19. Diharapkan mereka yang belum mendapat vaksin COVID-19 menjadi perhatian Pemerintah.

"Tentu ada masyarakat yang belum tervaksin, misalnya karena takut. Saya harap nanti ke depannya (vaksinasi) ditujukan bukan hanya untuk yang booster saja, tapi masyarakat yang belum divaksin sama sekali menjadi fokus sasaran," tutupnya.

"Kita yakin vaksin akan sangat bermanfaat untuk meringankan gejala sekaligus mencegah kematian akibat COVID-19."

Jadi Penyebab Kematian COVID-19

Lahan Makam Covid-19 di TPU Bambu Apus Penuh
Petugas menggunakan kendaraan alat berat di sekitar kompleks pemakaman protokol Covid-19, Jakarta, Selasa (2/3/2021). TPU Bambu Apus kini tidak lagi menampung pemakaman jenazah protokol Covid-19 akibat lahan di dua blok sudah penuh dan dialihkan ke TPU Srengseng Sawah. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono mengungkapkan, kasus kematian pada varian Omicron sebagian besar didominasi oleh lansia dan orang dengan komorbid yang belum mendapatkan vaksinasi dosis lengkap.

Berdasarkan audit kematian di rumah sakit yang dihimpun Kemenkes, penyakit penyebab kematian pada pasien COVID-19 didominasi diabetes, hipertensi, dan gagal ginjal.

“Tidak semua meninggal karena COVID-19, tetapi ada juga yang meninggal dengan ada komorbid,” ungkap Dante saat konferensi pers di Jakarta pada Senin, 7 Maret 2022.

Demi menekan angka kematian pasien COVID-19, Pemerintah bersama stakeholder terkait terus bekerja keras demi mempercepat vaksinasi COVID-19 dosis lengkap dan booster terutama bagi kelompok rentan seperti lansia dan orang dengan penyakit komorbid.

Masyarakat diimbau segera memanfaatkan sentra vaksinasi maupun fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan vaksinasi dosis lengkap termasuk booster.

Infografis Yuk Ketahui Perbedaan Gejala Covid-19 Varian Alpha, Beta dan Delta. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Yuk Ketahui Perbedaan Gejala Covid-19 Varian Alpha, Beta dan Delta. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya