Tekan Angka Kematian Bayi Akibat Penyakit Jantung Bawaan, Ini Upaya Kemenkes

Penyakit jantung bawaan masih menjadi ancaman bagi bayi baru lahir. Penyakit ini merupakan penyebab kematian tersering dari seluruh kelainan bawaan.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 03 Jan 2023, 09:00 WIB
Diterbitkan 03 Jan 2023, 09:00 WIB
Ilustrasi bayi baru lahir
Ilustrasi bayi baru lahir. Foto: Freepik.

Liputan6.com, Jakarta Penyakit jantung bawaan masih menjadi ancaman bagi bayi baru lahir. Penyakit ini merupakan penyebab kematian tersering dari seluruh kelainan bawaan.

Angka kejadiannya sekitar 8 dari 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan, kematian bisa terjadi dalam 6 bulan pertama kehidupan bayi. Dan 80 persen kematian terjadi pada usia 1 tahun.

Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin, sekitar 12.500 hingga 15.000 bayi baru lahir mengidap penyakit jantung bawaan.

“Sementara, kapasitas operasi baru 1.600 maksimal setahun,” kata Budi mengutip laman resmi Kementerian Kesehatan.

Guna menekan angka kematian bayi akibat penyakit jantung bawaan, Budi meresmikan pelayanan kateterisasi dan radiologi intervensi (Cath Lab) bayi dan anak. Layanan ini tersedia di Pusat Kesehatan Ibu dan Anak Nasional (PKIAN) RS Anak dan Bunda Harapan Kita setelah diresmikan pada Kamis 29 Desember.

“Jadi ini adalah salah satu upaya untuk mencegah anak-anak kita meninggal karena tidak bisa tertangani karena tidak ada alat dan dokter spesialisnya,” ujar Budi.

Layanan Cathlab sendiri saat ini sedang disiapkan di 514 kabupaten/kota dan diprioritaskan untuk pemasangan ring jantung.

Pasalnya, penyakit jantung menjadi penyebab kematian paling tinggi di Indonesia dengan beban pembiayaan paling tinggi. Lebih dari 200 ribu orang meninggal tiap tahun dengan biaya lebih dari Rp9 triliun.

Bagian dari Transformasi Kesehatan

Upaya ini, lanjut Budi merupakan bagian dari transformasi kesehatan. Khususnya pada pilar kedua, yaitu transformasi layanan kesehatan rujukan.

Direktur PKIAN RSAB dr Ockti Palupi Rahayuningtyas, MPH, MH.Kes menyambut baik peresmian ini. Menurutnya, dengan beroperasinya layanan Cathlab, maka durasi perawatan bayi baru lahir dengan penyakit jantung bawaan di NICU dapat dipangkas. Dari yang sebelumnya membutuhkan waktu perawatan selama dua bulan, menjadi hanya 10 hari.

“Dengan adanya Cathlab, bayi lahir bisa langsung dilakukan kateterisasi pada usia bayi 7 hari, sehingga outcome lebih baik dan cepat. Waktu perawatan di NICU juga lebih singkat” Ujar Ockti.

Layanan Cathlab akan mulai beroperasi pada Januari 2023 setelah mendapatkan izin Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten).

“Ke depannya Cathlab akan dikembangkan untuk radiologi intervensi anak untuk prosedur diagnostik dan terapi minimal invasif dengan dibantu modalitas NICU lain seperti USG CT Scan dan MRI,” lanjut Ockti.

Sambut 2023 dengan Semangat Transformasi Kesehatan

Memasuki tahun baru 2023, Budi makin semangat untuk mewujudkan transformasi kesehatan.

Ia turut mengajak seluruh masyarakat Indonesia berefleksi soal kehidupan yang lebih sehat. Bahwa diperlukan upaya menjaga kesehatan, baik untuk diri sendiri maupun masyarakat yang lebih luas.

"Di akhir tahun ini, saya ingin mengajak kita semua untuk berhenti sejenak dan berefleksi, apa yang bisa dilakukan demi kehidupannya lebih sehat. Kesehatan dimulai dari kita, baik secara individu untuk menjadi insan yang sehat juga melalui karya di sektor kesehatan," katanya dalam keterangan resmi pada Minggu, 25 Desember 2022.

"Mari kita sambut tahun yang baru dengan semangat dan harapan untuk transformasi sistem kesehatan Indonesia yang lebih baik dan lebih kuat."

Perlu Kolaborasi untuk Perkuat Komitmen

Di tengah pandemi COVID-19 yang masih melanda, Budi Gunadi tetap mengimbau kepada masyarakat yang merayakan Natal dan Tahun Baru agar menjalankan protokol kesehatan. Terakhir, ia mengucapkan selamat berkumpul bersama orang-orang terkasih.

"Selamat merayakan Natal dan Tahun Baru bersama orang-orang terkasih dan ingatlah untuk selalu menjaga protokol kesehatan," katanya.

Budi juga menekankan, pentingnya sinergi dan kolaborasi seluruh komponen bangsa untuk menyukseskan agenda transformasi kesehatan yang saat ini tengah dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Kolaborasi ini diperlukan untuk memperkuat komitmen dan menyatakan pandangan guna mempercepat implementasi transformasi yang ditargetkan rampung di tahun 2024 mendatang.

“Transformasi sistem kesehatan menjadi prioritas Kementerian Kesehatan dalam dua tahun ini. Kami sangat membutuhkan partisipasi dari seluruh komponen bangsa, baik itu pemerintah, swasta maupun organisasi untuk bisa membantu melancarkan keenam pilar transformasi kesehatan,” ungkap Budi di Jakarta, Minggu 18 Desember 2022.

Infografis Serangan Jantung
Infografis serangan jantung (Source: Kementerian Kesehatan RI)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya