Liputan6.com, Jakarta Ketua MPR Bambang Soesatyo menyoroti penanganan kanker anak di Indonesia yang masih belum mendapat perhatian. Ketersediaan obat-obatan dan fasilitas kesehatan yang tidak merata menjadi salah satu hambatan dalam proses pengobatan kanker anak di Indonesia.
Menurut Bamsoet, sapaan akrabnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) harus mendata lebih rinci kasus kanker anak dan ketersediaan fasilitas kesehatan (faskes). Sebab, faskes di daerah dinilai belum mencukupi dan memadai.
Baca Juga
"Penanganan kanker anak di Indonesia belum mendapat perhatian dan belum menjadi agenda prioritas pemerintah," terangnya melalui pernyataan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Rabu, 15 Februari 2023.
Advertisement
"Oleh karenanya, pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan perlu mulai memperhatikan kasus kanker pada anak di Indonesia, dan mulai melihat data riil hingga ketersediaan layanan kesehatan yang dinilai belum memadai."
Demi peningkatan layanan kanker anak, Bamsoet juga meminta Kemenkes segera mengupayakan transformasi pada layanan kesehatan, dari layanan primer, layanan rujukan hingga transformasi tenaga kesehatan.
"Ini guna memastikan bahwa kanker anak dapat tertangani dengan baik dan merata," lanjutnya.
Kerja Sama Produksi Obat Kanker
Selain dari sisi pelayanan kesehatan, Bambang Soesatyo turut meminta Kemenkes untuk dapat meningkatkan kerja sama dengan pihak industri farmasi agar mampu memproduksi obat-obatan kanker.
"Sehingga mampu menjaga ketersediaannya di pasaran dan mampu mendistribusikannya secara merata di seluruh rumah sakit pemerintah maupun swasta yang memberikan layanan kanker," imbuhnya.
Tak hanya itu, Ketua MPR RI Bamsoet mendorong pemerintah dapat mengupayakan seluruh layanan kesehatan, khususnya di setiap rumah sakit, baik milik pemerintah maupun swasta supaya mampu memberikan layanan kesehatan untuk penanganan kanker anak.
"Ini dengan SDM yang mumpuni di bidangnya," tutupnya.
Advertisement
Masih Ada Obat Kanker yang Belum Ditanggung BPJS
Pada Sabtu (4/2/2023), Ketua Unit Kerja Koordinator Hematologi Onkologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Teny Tjitra Sari, SpA(K) mengungkapkan, pengobatan kanker anak di Indonesia saat ini masih menghadapi sejumlah tantangan.
Utamanya, dari sisi jumlah tenaga kesehatan dan juga fasilitas kesehatan.
“Dokter konsultan masih sedikit di Indonesia. Pemerintah memang mulai membantu dengan memberikan beasiswa untuk para dokter agar bisa menangani kanker, tetapi penyebarannya masih belum sesuai harapan," ungkap Teny Tjitra saat acara diskusi “Kanker pada Anak."
"Akhirnya fasilitas untuk diagnostik dan terapi juga belum memadai."
Tantangan lain, masih ada obat-obatan kanker anak yang belum bisa ditanggung BPJS Kesehatan dan adanya obat-obatan kanker yang belum masuk di Indonesia.
“Satu lagi yang jadi harapan kami adalah bisa terwujudnya pusat transplantasi. Pada saat pasien kanker anak kita berikan obat yang dosisnya tinggi, rescue-nya adalah menggunakan pusat transplantasi ini, atau kita harus mengganti sel yang rusak ini dengan yang baru, itu pun di pusat transplantasi," tutur Teny Tjitra.
"Saat ini Indonesia belum bisa, walaupun sudah banyak teman-teman yang mencoba. Mungkin tempat bisa diadakan, tetapi selama obatnya juga belum tersedia, ya susah."