Liputan6.com, Bandung Diplomasi kesehatan Indonesia rupanya berhasil mengamankan pasokan vaksin COVID-19 untuk kebutuhan nasional selama pandemi COVID-19. Tercatat, lebih dari 516 juta dosis vaksin COVID-19 telah dipenuhi untuk kebutuhan vaksinasi.
Keberhasilan di atas disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi melalui Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri (PPTM) 2024 pada Senin, 8 Januari 2024.
Baca Juga
"Tahun 2020-2022, merupakan tahun yang berat bagi dunia dengan adanya pandemi COVID-19," ungkap Retno di Gedung Konferensi Asia Afrika (KAA), Bandung, Jawa Barat.
Advertisement
Diplomasi Indonesia berada di garis terdepan, dengan mengamankan pasokan lebih dari 516 juta dosis vaksin bagi kebutuhan domestik, di mana 26,5 persen di antaranya adalah hibah melalui kerja sama internasional."
WHO Puji Penanganan Pandemi COVID-19 Indonesia
Keberhasilan diplomasi kesehatan lain, Indonesia dipuji oleh Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus sebagai negara terbaik dalam penanganan pandemi COVID-19.
Pujian ini diucapkan Tedros saat menghadiri "The 1st G20 HMM Press Conference" di Yogyakarta pada 20 Juni 2022. Ia senang dengan keberhasilan Indonesia menurunkan kasus COVID-19 dan meningkatkan capaian vaksinasi COVID.
"Penanganan pandemi COVID-19 mendapatkan apresiasi WHO. Dirjen WHO menyebut Indonesia sebagai salah satu negara terbaik dalam penanganan pandeminya," ucap Retno.
Aktif Dorong Vaksin COVID-19 Berkeadilan
Pada pernyataan pers tahunan, Retno Marsudi menuturkan, dirinya aktif mendorong akses vaksin COVID-19 yang berkeadilan di negara-negara berkembang. Hal ini didorong dengan perannya sebagai Co-Chair COVAX AMC Engagement Group 2021.
"Sejak terpilih sebagai Co-Chair COVAX AMC Engagement Group 2021, saya juga aktif mendorong akses vaksin yang lebih berkeadilan bagi negara berkembang," tuturnya.
"Hingga kini, COVAX Facility telah berhasil menyalurkan vaksin 1,97 miliar dosis ke 146 negara."
Advertisement
Diplomasi Perkuat Ketahanan Kesehatan
Selain itu, diplomasi Indonesia juga bekerja untuk memperkuat ketahanan kesehatan. Terlebih lagi, Indonesia terus berupaya memenuhi produksi obat-obatan, vaksin dan alat kesehatan Tanah Air sendiri, tanpa ketergantungan dari luar.
Bahkan Indonesia berhasil ditunjuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai salah satu hub produksi vaksin mRNA. Negara menjadi negara penerima perluasan transfer teknologi vaksin ‘canggih’ ini, yang mana dipegang oleh PT Bio Farma Tbk.
Upaya perluasan teknologi vaksin mRNA ditandai awal dengan didirikannya pusat (hub) di Afrika Selatan. Selanjutnya, transfer teknologi vaksin mRNA tersebut mulai diperluas ke negara-negara lain.
Kerja Sama Vaksin IndoVac dan Pandemic Treaty
Secara rinci, Retno membeberkan diplomasi penguatan ketahanan kesehatan:
- Peluncuran vaksin IndoVac melalui kerja sama antara Bio Farma dan Baylor College of Medicine di Amerika Serikat
- Penguatan mekanisme kesehatan kawasan
- Peluncuran Pandemic Fund saat Presidensi G20 Indonesia
- Inisiasi penguatan mekanisme ketahanan Kesehatan global lewat Pandemic Treaty
- Terpilihnya Indonesia oleh WHO sebagai salah satu hub produksi vaksin berbasis mRNA di kawasan
Bio Farma Terima Pelatihan Transfer Teknologi Vaksin mRNA
Sebagai keberlanjutan hub vaksin mRNA, Bio Farma telah menerima pelatihan transfer teknologi vaksin tersebut langsung dari ‘Hub’ technology transfer Afrigen, yang berlokasi di Afrika Selatan.
Pelatihan ini termasuk langkah awal Bio Farma sejak ditunjuk WHO sebagai perusahaan penerima transfer teknologi mRNA pada Februari 2022.
Head of Corporate Communication Bio Farma Iwan Setiawan mengatakan, upaya transfer teknologi vaksin mRNA ini terus berjalan sampai saat ini. Indonesia, dalam hal ini Bio Farma menjalin komunikasi dengan ‘hub’ mRNA Afrigen di Afrika Selatan.
“Kami transfer teknologi juga kemarin dari WHO, istilahnya yang dari ‘hub mRNA’ Afrigen itu. Ya sedang berjalan gitu. Masih terus berproses,” kata Iwan saat diwawancarai Health Liputan6.com usai kunjungan delegasi Ghana di Bio Farma, Bandung, Jawa Barat pada Rabu, 17 Mei 2023.
Afrigen ditunjuk sebagai mRNA Transfer Technology ‘hub’ yang sudah memberikan pelatihan pengenalan (introduction training) terkait mRNA technology.
“Bio Farma baru menerima Package 1a dari Medicines Patent Pool (MPP),” terang Iwan.
Merujuk informasi WHO perihal Technology Transfer Packages: Platform and Product Based WHO, Package 1 adalah kategori R&D Good Manufacturing Practice (GMP) untuk menghasilkan uji klinis Fase I/II.
Kategori 1a disebutkan ‘pelatihan langsung di Afrigen' soal teknologi mRNA.
Advertisement