Bioetanol Adalah Bahan Bakar Alternatif dari Tumbuhan, Ini 11 Contoh Bahan Bakunya

Bioetanol adalah terbuat dari bahan baku tanaman yang mengandung pati, seperti jagung, ubi jalar, dan sagu.

oleh Laudia Tysara diperbarui 10 Jul 2023, 10:30 WIB
Diterbitkan 10 Jul 2023, 10:30 WIB
Peneliti
Pudji Kuntoro dengan alat produksi bioetanol dari tanaman sorgum (istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Memahami bioetanol adalah bahan bakar alternatif yang dihasilkan dari tumbuhan. Bahan bakar ini terbuat dari bahan baku tanaman yang mengandung pati, seperti jagung, ubi jalar, dan sagu. Melalui proses fermentasi, pati dalam tanaman diubah menjadi gula sederhana, yang kemudian dapat difermentasi menjadi etanol.

Bioetanol adalah salah satu bentuk energi terbarukan yang ramah lingkungan, karena dapat diperbaharui dengan menanam kembali tanaman bahan bakunya. Pemanfaatan bioetanol sebagai bahan bakar alternatif memiliki banyak keuntungan. Salah satunya, bioetanol mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang tidak terbarukan, seperti minyak bumi.

Penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar alternatif juga memberikan dampak positif pada sektor pertanian. Tanaman yang digunakan sebagai bahan baku bioetanol dapat memberikan peluang baru bagi petani dan industri pertanian. Pengembangan industri bioetanol dapat menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan ekonomi daerah yang terlibat dalam produksi bahan baku tanaman.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang bioetanol sebagai bahan bakar alternatif dan contoh bahan bakunya, Senin (10/7/2023).

Bahan Bakar Alternatif dari Tumbuhan

Peneliti
Genset yang sudah dilengkapi konverter bioetanol (sumber: istimewa)

Bioetanol adalah sejenis alkohol yang merupakan bahan kimia yang terbuat dari bahan baku tanaman yang mengandung pati, seperti ubi kayu, ubi jalar, jagung, dan sagu, menurut penjelasan yang diberikan oleh Universitas Islam Indonesia (UII).

Konsep yang sama juga dijelaskan oleh Universitas Gajah Mada (UGM), yang menyebutkan bahwa bioetanol adalah etanol atau senyawa alkohol yang diperoleh melalui proses fermentasi biomassa dengan bantuan mikroorganisme. Bioetanol yang dihasilkan dari fermentasi memiliki berbagai macam kadar, yang dapat bervariasi.

Sebagai salah satu bentuk energi terbarukan, bioetanol dianggap sebagai bahan bakar baru yang dihasilkan dari sumber energi terbarukan. Bioetanol dapat digunakan sebagai campuran Pertamax dengan nabati etanol. Salah satu keunggulan bioetanol adalah memiliki tingkat bahan bakar yang sangat tinggi, dengan minimal kadar 99,5 persen. Kadar tersebut menjadikan bioetanol sebagai bahan bakar yang efisien dan berpotensi mengurangi emisi gas rumah kaca.

Bioetanol adalah dapat dibedakan berdasarkan kadar alkoholnya. Bioetanol dengan kadar 90-94 persen disebut bioetanol tingkat industri. Sedangkan jika bioetanol memiliki kadar antara 94-99,5 persen, maka disebut sebagai bioetanol tingkat netral yang umumnya digunakan sebagai campuran minuman keras. Maka, penting untuk memperhatikan penggunaan dan regulasi bioetanol untuk memastikan keamanan dan pemakaian yang tepat.

Bioetanol memiliki beberapa karakteristik yang menjadikannya sebagai bahan bakar alternatif yang menarik, seperti yang dijelaskan oleh Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY).

1. Bioetanol mudah menguap dan mudah terbakar

Karakteristik ini membuat bioetanol menjadi bahan bakar yang efisien dan dapat digunakan dalam mesin-mesin pembakaran, seperti mesin mobil. Bioetanol dapat menghasilkan tenaga dengan baik dan memberikan performa yang memadai dalam mesin pembakaran internal.

2. Bioetanol larut dalam air

Kemampuan bioetanol untuk larut dalam air menjadikannya pelarut yang sangat berguna dalam berbagai industri. Bioetanol dapat digunakan sebagai pelarut dalam pembuatan produk farmasi, kosmetik, pembersih, dan berbagai produk lainnya. Larutannya yang stabil dalam air memungkinkan bioetanol untuk digunakan dalam berbagai proses industri yang membutuhkan pelarut yang efektif.

3. Bioetanol tidak bersifat karsinogenik

Sifat ini mengindikasikan bahwa bioetanol tidak memiliki kemampuan untuk menyebabkan kanker pada manusia. Ini adalah keunggulan yang penting karena keselamatan penggunaan bahan bakar dan bahan kimia menjadi perhatian utama dalam industri dan lingkungan.

4. Bioetanol tidak memiliki dampak negatif yang signifikan pada lingkungan

Bioetanol dianggap sebagai sumber energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan daripada bahan bakar fosil. Saat dibakar, bioetanol menghasilkan emisi karbon yang lebih rendah dibandingkan dengan bahan bakar fosil tradisional seperti bensin atau diesel. Selain itu, bioetanol juga dapat dihasilkan dari bahan baku tanaman yang dapat ditanam kembali, sehingga dapat membantu mengurangi deforestasi dan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh eksploitasi sumber daya alam.

Selain bioetanol, ada pula biodiesel dan biogas sebagai alternatif energi terbarukan. Menurut laman website resmi Indonesia Baik, biodiesel adalah jenis minyak yang dihasilkan dari tumbuhan atau hewan yang digunakan sebagai alternatif atau dicampur dengan minyak solar untuk kendaraan bermesin diesel. Biodiesel dapat menggunakan bahan baku seperti minyak sawit mentah (Crude Palm Oil), minyak nyamplung, minyak jarak, minyak kelapa, Palm Fatty Acid Distillate (PFAD), dan minyak ikan. Keuntungan dari biodiesel adalah dapat digunakan pada mesin diesel tanpa memerlukan modifikasi.

 

Contoh Bahan Bakunya

Politisi Muda Dina Hidayana Dukung Indonesia Jadi Lumbung Pangan Dunia
Para petani jagung, saat memanen jagungnya (Liputan6.com / Nefri Inge)
  1. Ubi Kayu: Ubi kayu adalah salah satu bahan baku utama dalam produksi bioetanol. Ubi kayu mengandung banyak pati yang dapat diubah menjadi gula sederhana melalui proses enzimatik, yang kemudian difermentasi menjadi etanol.
  2. Ubi Jalar: Ubi jalar juga merupakan bahan baku yang populer dalam produksi bioetanol. Seperti ubi kayu, ubi jalar kaya akan pati yang dapat diubah menjadi gula sederhana dan selanjutnya difermentasi menjadi etanol.
  3. Jagung: Jagung adalah salah satu tanaman yang paling umum digunakan sebagai bahan baku bioetanol. Jagung memiliki kandungan pati yang tinggi yang dapat diubah menjadi gula dan kemudian difermentasi menjadi etanol.
  4. Sagu: Sagu, juga dikenal sebagai tepung sagu, dapat digunakan sebagai bahan baku dalam produksi bioetanol. Sagu mengandung pati yang dapat diubah menjadi gula dan selanjutnya difermentasi menjadi etanol.
  5. Tebu: Tebu merupakan bahan baku tradisional yang banyak digunakan dalam produksi bioetanol. Tebu mengandung sukrosa yang dapat difermentasi langsung menjadi etanol melalui proses fermentasi.
  6. Jerami Padi: Jerami padi adalah salah satu bahan baku non-pangan yang dapat digunakan dalam produksi bioetanol. Jerami padi mengandung serat selulosa yang dapat diubah menjadi gula melalui proses pretreatment dan hidrolisis enzimatik sebelum difermentasi menjadi etanol.
  7. Batang Pisang: Batang pisang merupakan bahan baku yang kaya akan serat selulosa yang dapat diolah menjadi bioetanol. Proses produksinya melibatkan pretreatment dan hidrolisis enzimatik untuk mengubah serat selulosa menjadi gula dan selanjutnya difermentasi menjadi etanol.
  8. Limbah Pertanian: Limbah pertanian seperti jerami gandum, jerami jagung, dan serat kelapa sawit juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bioetanol. Limbah ini mengandung serat selulosa yang dapat diolah menjadi gula dan difermentasi menjadi etanol.
  9. Biomassa Alga: Alga merupakan sumber potensial dalam produksi bioetanol. Alga mengandung pati atau gula yang dapat diubah menjadi etanol melalui proses fermentasi.
  10. Serat Kayu: Serat kayu adalah bahan baku yang kaya akan serat selulosa yang dapat dimanfaatkan dalam produksi bioetanol. Serat selulosa tersebut harus diubah menjadi gula melalui proses pretreatment dan hidrolisis enzimatik sebelum difermentasi menjadi etanol.
  11. Dedak: Dedak, yang merupakan sisa sampingan dari industri penggilingan padi, juga dapat digunakan sebagai bahan baku bioetanol. Dedak mengandung pati dan serat selulosa yang dapat diolah menjadi etanol melalui proses fermentasi.
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya