Teori Gujarat Adalah Islam Masuk Indonesia Abad 13 M, Ini Bukti dan Kelemahannya

Teori ini dikenal karena dipopulerkan oleh Snouck Hurgronje dan J. Pijnapel.

oleh Laudia Tysara diperbarui 01 Nov 2023, 19:00 WIB
Diterbitkan 01 Nov 2023, 19:00 WIB
Taj Mahal
Taj Mahal (Pawan Sharma / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Teori Gujarat adalah salah satu pandangan tentang masuknya Islam ke Indonesia pada abad ke-13 M. Bunyi teori ini bahwa agama Islam pertama kali diperkenalkan di wilayah Indonesia oleh para pedagang dari Gujarat, India. Teori ini dikenal karena dipopulerkan oleh Snouck Hurgronje dan J. Pijnapel.

Dalam teorinya, Hurgronje menekankan hubungan perdagangan antara Indonesia dan India yang telah terjalin sejak lama. Bukti pertama mengenai Islam di Sumatera yang menggambarkan hubungan antara Sumatera dengan Gujarat.

Meskipun teori ini memiliki bukti-bukti yang mendukung, seperti kesamaan batu nisan dan catatan sejarah dari Marco Polo, ia juga mendapatkan kritik dan sangkalan. Beberapa kritikus, seperti S.Q Fatimi, meragukan kesamaan gaya batu nisan yang dijadikan bukti dalam teori ini. Simak penjelasan lengkapnya.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang bunyi Teori Gujarat, bukti pendukung, dan kelemahannya, Rabu (1/11/2023).

Bunyi Teori Gujarat

Indahnya Masjid Ramlie Musofa yang Mirip Taj Mahal di Jakarta
Terjemahan Surat Al-Fatihah terlihat dalam bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan aksara China di dinding menuju masjid Ramlie Musofa yang kosong selama bulan suci Ramadan karena pandemi virus coronavirus COVID-19 di Jakarta (4/5/2020). (AFP/Adek Berry)

Teori Gujarat adalah teori yang membahas mengenai masuknya Islam ke Indonesia pada abad ke-13 M dari wilayah Gujarat, India. Menurut catatan sejarah, teori ini pertama kali dipopulerkan oleh Snouck Hurgronje, seorang orientalis Belanda yang mendalaminya melalui penelitian agama Islam.

Dalam karyanya yang terkenal, 'L'Arabie et Les Indes Neelandaises atau Reveu de I'Histoire des Religious', Hurgronje menyoroti hubungan dagang antara Indonesia dan India yang telah terjalin sejak lama. Salah satu bukti yang mendukung Teori Gujarat adalah mengenai Islam di Sumatera.

Berdasarkan buku Sejarah untuk Kelas XI karya Nana Supriatna, teori Gujarat adalah menegaskan bahwa Islam masuk ke Indonesia melalui para pedagang Gujarat, yang berasal dari Cambay, India. Kehadiran Islam di Indonesia didorong oleh letak geografis strategis negara ini yang menjadi tujuan para pedagang dari India, Arab, Persia, dan negara-negara lainnya. Dalam jalannya perdagangan, mereka memperkenalkan agama Islam ke wilayah ini.

Gujarat, wilayah di bagian barat India yang berdekatan dengan Laut Arab, menjadi fokus teori ini. Ada pula pendapat yang mengatakan Teori Gujarat pertama kali dikemukakan oleh J. Pijnapel, seorang akademisi dari Universitas Leiden, Belanda.

Pandangannya menekankan bahwa orang Gujarat secara esensial adalah yang membawa ajaran Islam ke Indonesia, melalui kegiatan perdagangan dan pengenalan kepercayaan serta budaya Islam.

Interaksi yang terjadi antara para pedagang Gujarat dan penduduk lokal membawa dampak besar, salah satunya melalui perkawinan antara dua kelompok ini. Keterlibatan ini turut mendukung penyebaran agama Islam di Indonesia, membentuk jalur penyebaran agama melalui ikatan keluarga.

Selain membentuk perkampungan, para pedagang Gujarat juga memainkan peran dalam mendidik Kesultanan Samudera Pasai, yang merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Interaksi, perdagangan, dan hubungan kedekatan antara Gujarat dan Indonesia membawa pengaruh besar dalam sejarah agama dan budaya di wilayah Indonesia pada masa itu.

Bukti Pendukung Teorinya

Pria India membangun rumah replika Taj Mahal untuk istri
Dalam foto pada 25 November 2021, anak laki-laki bermain kriket di depan replika Taj Mahal di Burhanpur di negara bagian Madhya Pradesh. Pengusaha India Anand Prakash Chouksey menghabiskan waktu hingga tiga tahun membangun replika Taj Mahal untuk istrinya tersebut. (Uma Shankar MISHRA / AFP)

Bukti yang mendukung Teori Gujarat mengenai masuknya Islam ke Indonesia menampilkan deretan keterangan dan temuan yang menguatkan pernyataan tersebut. Ini penjelasannya mengutip dari buku berjudul Modul Pembelajaran SMA Sejarah Indonesia Kelas X yang disusun Mariana.

1. Batu Nisan

Pertama, kesamaan batu nisan di Cambay, Gujarat, India dengan batu nisan Sultan Malik As-Saleh di Pasai, Sumatera Utara, serta batu nisan Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresik menjadi indikasi kuat hubungan antara kedua wilayah tersebut.

Kesamaan ini menunjukkan pola dan corak yang serupa dalam manifestasi kepercayaan dan budaya Islam, memberikan bukti yang konsisten dalam konteks penyebaran Islam dari Gujarat ke wilayah Sumatera.

2. Keterangan Sejarawan

Kedua, keterangan dari sejarahwan Marco Polo dari Venesia, Italia, yang mencatat pada tahun 1292 bahwa ketika singgah di Perlak, dia melihat sebagian penduduk telah memeluk agama Islam.

Lebih lanjut, para pedagang Islam dari India juga ikut menyebarkan ajaran agama ini. Keterangan sejarahwan terkemuka seperti Polo ini memberikan pemahaman penting bahwa agama Islam telah tersebar dan diterima di wilayah ini pada masa yang bersamaan.

3. Prasasti Tertua

Ketiga, terdapat inskripsi atau prasasti tertua yang menyatakan adanya hubungan yang kuat antara Gujarat dan Sumatera, sebagaimana diutarakan oleh Snouck Hurgronje. Inskripsi ini memberikan bukti tertulis yang menggambarkan bahwa hubungan perdagangan dan kultural antara kedua wilayah tersebut telah terjalin sejak jauh sebelum masa Islam.

Hal ini menegaskan bahwa adanya interaksi yang telah lama terjalin antara Gujarat dan Sumatera, yang juga menjadi landasan kuat dalam teori mengenai penyebaran Islam dari wilayah Gujarat ke Sumatera.

Kelemahan Teori Gujarat

pengusaha India bangun replika Taj Mahal sebagai hadiah untuk istrinya
pengusaha India bangun replika Taj Mahal sebagai hadiah untuk istrinya foto: FB Rana Safvi

Walaupun terdapat beberapa bukti yang mendukung teori Gujarat tentang masuknya Islam ke Indonesia, tetapi teori tersebut mendapatkan kritik dan sangkalan yang menunjukkan kelemahan dari bukti-bukti yang digunakan. Salah satu kritik datang dari Mouquette, yang meragukan kesamaan batu nisan Malik al-Saleh dengan batu nisan di Gujarat.

S.Q Fatimi juga turut meragukan teori ini mengungkap dalam penelitiannya yang berjudul Islam Comes to Malaysia (2009), ia menyatakan gaya batu nisan Malik al-Saleh sangat berbeda dengan batu nisan yang ada di Gujarat. Fatimi mengamati bahwa batu nisan tersebut justru lebih mirip dengan batu nisan di Bengal, India, dan bukan dari Gujarat.

Selain Fatimi, terdapat pula dua sangkalan terhadap teori Gujarat yang lebih menegaskan kekurangan bukti.

  1. Pertama, adalah perbedaan mazhab antara masyarakat Samudera Pasai yang mengikuti mazhab Syafi'i, dengan pedagang Gujarat yang lebih cenderung mengikuti mazhab Hanafi.
  2. Kritik lainnya menyebutkan bahwa pada saat Islam masuk ke Samudera Pasai, Gujarat masih berada di bawah pemerintahan Hindu, yang menunjukkan perbedaan zaman dan kondisi politik saat Islam diperkenalkan.

Dalam keseluruhan, terlepas dari kelebihan dan kelemahannya, teori Gujarat memberikan salah satu pandangan tentang proses masuknya Islam ke Indonesia yang diperkenalkan oleh para pedagang asal Gujarat, India. Namun, kritik dan sangkalan tersebut membuka ruang untuk pertimbangan lebih mendalam terhadap teori ini dalam konteks sejarah Indonesia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya