Keutamaan I'tikaf, Pahami Juga Hukum, Niat, Waktu dan Tata Caranya

Pengertian, keutamaan, hukum, niat, waktu dan tata cara pelaksanaan I’tikaf

oleh Woro Anjar Verianty diperbarui 27 Mar 2024, 18:15 WIB
Diterbitkan 27 Mar 2024, 18:15 WIB
Muslim Afghanistan Berburu Berkah Lailatul Qadar
Umat muslim Afghanistan membaca Alquran di sebuah masjid di Kabul, Rabu (6/6). Selama sepuluh hari terakhir Ramadan, umat muslim melakukan itikaf dengan melakukan dzikir, berdoa, dan salat sunnat untuk menantikan malam Lailatul Qadar. (AP/Rahmat Gul)

Liputan6.com, Jakarta Dalam bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, ada satu amalan baik yang menjadi fokus utama bagi banyak umat Muslim: I’tikaf. Amalan yang dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW sendiri ini memiliki kedalaman spiritual yang mengundang kekhusyukan dan keberkahan. I’tikaf bukan sekadar berdiam diri di masjid, tetapi sebuah perjalanan batin yang mengantar kita mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan intensitas yang luar biasa.

Malam-malam terakhir Ramadhan, khususnya saat mendekati Lailatul Qadar, menjadi momen yang sangat istimewa untuk melaksanakan I’tikaf. Di sinilah rahasia-rahasia spiritual tersembunyi, di mana hati-hati yang tulus berserah diri menemukan kebahagiaan sejati. Nabi Muhammad SAW memberikan teladan yang jelas tentang pentingnya memperdalam ibadah ini pada saat-saat yang penuh keberkahan.

Namun, apa sebenarnya yang membuat I’tikaf begitu istimewa? Apa yang tersembunyi di balik keheningan masjid saat malam menghampiri? Mari kita telusuri bersama-sama makna dan manfaat yang mendalam dari I’tikaf, sebuah perjalanan spiritual yang membawa kita mendekatkan diri kepada Sang Pencipta di bulan yang penuh ampunan ini.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber pengertian, keutamaan, hukum, niat, waktu dan tata cara pelaksanaan I’tikaf pada Rabu (27/3).

Apa Itu I’tikaf di Masjid?

Intip Muslim Afghanistan Iktikaf Berburu Lailatul Qadar
Seorang Muslim memegang tasbih saat Itikaf di masjid di Kabul, Afghanistan, Selasa (4/5/2021). Selama sepuluh hari terakhir Ramadhan, umat Muslim melakukan Itikaf dengan berzikir, berdoa dan sholat sunnah untuk menantikan malam Lailatul Qadar. (AP Photo/Rahmat Gul)

I'tikaf merupakan sebuah ibadah dalam Islam yang memiliki makna mendalam dalam pengertian etimologi dan syariat. Secara etimologi, kata I'tikaf berasal dari akar kata yang berarti 'menetapi sesuatu dan menahan diri agar senantiasa tetap berada pada-Nya'. Dalam pengertian syariat atau makna hukumnya, I'tikaf mengacu pada 'berdiam diri di masjid jami' dengan niat beribadah kepada Allah SWT'.

Dalam praktik I'tikaf, seseorang akan mengisolasi diri untuk berdiam di dalam masjid dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui dzikir, doa, dan ibadah lainnya. I'tikaf tidak hanya sebatas berdiam diri, tetapi juga melibatkan aktivitas spiritual seperti berdzikir dengan mengucapkan permohonan ampun serta menyebutkan asmaul husna.

Keutamaan dari ibadah I'tikaf ini sangat besar, terutama jika dilakukan pada malam Lailatul Qadar yang merupakan malam penuh berkah dalam bulan Ramadan. Rasulullah SAW sendiri pernah mengungkapkan keutamaan I'tikaf pada malam-malam terakhir Ramadhan dengan menyatakan bahwa beri'tikaf pada sepuluh malam terakhir seperti beri'tikaf bersama Beliau sendiri.

Salah satu hadis yang menguatkan keutamaan beri'tikaf pada malam-malam terakhir Ramadhan adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, yang menyatakan:

“Siapa yang ingin beri’tikaf bersamaku, maka beri’tikaf lah pada sepuluh malam terakhir.” (HR Ibnu Hibban)

Dalam Al-Quran juga terdapat ayat yang mengajarkan tentang pentingnya I'tikaf, seperti dalam Surah Al-Baqarah ayat 125 yang berbunyi:

وَإِذْ جَعَلْنَا ٱلْبَيْتَ مَثَابَةً لِّلنَّاسِ وَأَمْنًا وَٱتَّخِذُوا۟ مِن مَّقَامِ إِبْرَٰهِۦمَ مُصَلًّى ۖ وَعَهِدْنَآ إِلَىٰٓ إِبْرَٰهِۦمَ وَإِسْمَٰعِيلَ أَن طَهِّرَا بَيْتِىَ لِلطَّآئِفِينَ وَٱلْعَٰكِفِينَ وَٱلرُّكَّعِ ٱلسُّجُودِ

Artinya: Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud".

Ayat ini menegaskan bahwa I'tikaf merupakan salah satu bentuk ibadah yang disyariatkan dan dianjurkan oleh Allah SWT. Melalui I'tikaf, seseorang dapat memperdalam hubungan spiritualnya dengan Allah SWT dan meraih keberkahan serta pahala yang besar, terutama jika dilakukan dengan ikhlas dan penuh keyakinan.

Keutamaan I'tikaf dan Dalilnya

20160627-Mencari Berkah di Akhir Ramadan-Jakarta
Seorang umat muslim membaca Al Quran di masjid Istiqlal Jakarta, Senin (27/6). 10 hari jelang akhir Ramadan, sejumlah umat muslim dari berbagai daerah melakukan itikaf di masjid Istiqlal Jakarta. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

I'tikaf memiliki berbagai keutamaan yang ditegaskan dalam ajaran Islam, baik melalui dalil-dalil hadis maupun ayat Al-Quran. Berikut adalah beberapa keutamaan I'tikaf beserta penjelasan dan dalilnya:

1. Mendekatkan Diri kepada Allah SWT

I'tikaf merupakan salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan meningkatkan ibadah dan dzikir.

Dalilnya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

“Sungguh saya beri’tikaf di sepuluh hari awal Ramadhan untuk mencari malam kemuliaan (Lailatul Qadar), kemudian saya beri’tikaf di sepuluh hari pertengahan Ramadhan, kemudian Jibril mendatangiku dan memberitakan bahwa malam kemuliaan terdapat di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Barangsiapa yang ingin beri’tikaf, hendaklah beri’tikaf (untuk mencari malam tersebut). Maka para sahabat pun beri’tikaf bersama Beliau.” (HR Muslim: 1167)

2. Memperoleh Pahala Besar

I'tikaf adalah salah satu amalan yang pahalanya besar di sisi Allah SWT, terutama jika dilakukan dengan ikhlas dan penuh keimanan.

Ayat Al-Quran yang mendukung hal ini adalah Surah Al-Baqarah ayat 125:

"Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: ‘Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawad, yang beri’tikaf, yang ruku’ dan yang sujud.’” (Al-Baqarah: 125)

3. Memperoleh Lailatul Qadar

I'tikaf pada malam-malam terakhir Ramadan adalah cara untuk mencari dan meraih Lailatul Qadar, malam yang penuh berkah dan keutamaan.

Dalilnya adalah hadis yang juga diriwayatkan oleh Imam Muslim:

“Sungguh saya beri’tikaf di sepuluh hari awal Ramadhan untuk mencari malam kemuliaan (Lailatul Qadar), kemudian saya beri’tikaf di sepuluh hari pertengahan Ramadhan, kemudian Jibril mendatangiku dan memberitakan bahwa malam kemuliaan terdapat di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Barangsiapa yang ingin beri’tikaf, hendaklah beri’tikaf (untuk mencari malam tersebut). Maka para sahabat pun beri’tikaf bersama Beliau.” (HR Muslim: 1167)

4. Meningkatkan Keimanan dan Ketaqwaan

Dengan berdiam diri di masjid selama I'tikaf, seseorang dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT.

Dalilnya adalah konsep umum dalam Islam bahwa setiap amalan ibadah yang dilakukan dengan ikhlas dan konsisten akan membantu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan seseorang kepada Allah SWT.

5. Mendapatkan Kesempatan untuk Berdzikir dan Berdoa

I'tikaf memberikan kesempatan yang luas bagi seorang Muslim untuk berdzikir, berdoa, membaca Al-Quran, dan memperbanyak amalan kebaikan lainnya.

Ini merupakan keutamaan yang didukung oleh banyak hadis yang mendorong umat Muslim untuk mengisi waktu I'tikaf dengan amalan-amalan yang membawa kebaikan.

Dengan demikian, I'tikaf merupakan ibadah yang memiliki banyak keutamaan dan manfaat spiritual bagi umat Muslim. Dengan melaksanakan I'tikaf dengan ikhlas dan penuh keyakinan, seseorang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT, memperoleh pahala besar, meraih Lailatul Qadar, meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, serta mendapatkan kesempatan untuk berdzikir dan berdoa dengan lebih intensif.

Hukum dan Niat I’tikaf

Hukum pelaksanaan I'tikaf dalam Islam telah disepakati oleh para ulama bahwa itu adalah sunnah. Hal ini karena Rasulullah SAW sendiri melakukan I'tikaf setiap tahunnya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memohon pahala-Nya. Dalil yang menjadi landasan hukum terkait I'tikaf adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang menyatakan:

“Sungguh saya beri’tikaf di sepuluh hari awal Ramadhan untuk mencari malam kemuliaan (Lailatul Qadar), kemudian saya beri’tikaf di sepuluh hari pertengahan Ramadhan, kemudian Jibril mendatangiku dan memberitakan bahwa malam kemuliaan terdapat di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Barangsiapa yang ingin beri’tikaf, hendaklah beri’tikaf (untuk mencari malam tersebut). Maka para sahabat pun beri’tikaf bersama Beliau.” (HR Muslim: 1167)

Meskipun I'tikaf hukumnya sunnah, namun statusnya dapat berubah menjadi wajib jika sebelumnya seseorang telah bernazar untuk melaksanakan I'tikaf. Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:

“Barangsiapa bernazar untuk melakukan ketaatan kepada Allah, dia wajib menunaikannya.” (HR. Bukhari: 6318)

Niat untuk melaksanakan I'tikaf juga merupakan bagian penting dari ibadah ini. Niat harus dinyatakan dengan jelas sebelum memulai I'tikaf. Salah satu doa niat yang dapat digunakan adalah:

نَوَيْتُ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ مَا دُمْتُ فِيهِ

Nawaitu an a‘takifa fī hādzal masjidi mā dumtu fīh

Artinya: "Saya berniat iktikaf di masjid ini selama saya berada di dalamnya."

Dengan melakukan I'tikaf dengan niat yang jelas dan ikhlas, umat Muslim dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT, meningkatkan keimanan, dan meraih berbagai keutamaan serta pahala yang besar, terutama jika dilakukan pada malam-malam terakhir Ramadan dalam mencari Lailatul Qadar.

 

 

Waktu dan Tata Cara I'tikaf

Waktu pelaksanaan I'tikaf dapat disesuaikan dengan beberapa pendapat ulama yang ada. Ada perbedaan pendapat di antara ulama mengenai waktu I'tikaf, apakah dilaksanakan selama 24 jam atau boleh dilaksanakan dalam beberapa waktu tertentu. Menurut al-Hanafiyah, I'tikaf dapat dilaksanakan dalam waktu yang singkat tanpa batasan lamanya, sedangkan menurut al-Malikiyah, I'tikaf minimal dilakukan selama satu malam satu hari.

Dengan demikian, I'tikaf dapat dilaksanakan dalam berbagai waktu yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kesempatan masing-masing individu. Misalnya, dapat dilaksanakan selama satu jam, dua jam, tiga jam, atau bahkan selama 24 jam penuh. Hal ini memungkinkan umat Muslim untuk mengikuti I'tikaf sesuai dengan kemampuan dan ketersediaan waktu yang dimiliki.

Tempat pelaksanaan I'tikaf, sesuai dengan Al-Quran Surah Al-Baqarah ayat 187, adalah di dalam masjid. Meskipun terdapat perbedaan pendapat di antara para ulama mengenai jenis masjid yang dapat digunakan untuk I'tikaf, umumnya disepakati bahwa masjid yang dapat digunakan adalah masjid yang memiliki imam dan muadzin khusus, baik digunakan untuk salat lima waktu atau tidak. Namun, beberapa ulama juga membolehkan I'tikaf dilakukan di masjid biasa, asalkan memenuhi syarat-syarat lainnya.

Syarat-syarat sahnya I'tikaf meliputi:

  • Beragama Islam.
  • Sudah baligh, baik laki-laki maupun perempuan.
  • Dilaksanakan di masjid, baik masjid jami' maupun masjid biasa.
  • Memiliki niat I'tikaf.
  • Tidak disyaratkan berpuasa.
  • Tetap berada di dalam masjid kecuali ada alasan syar'i seperti melaksanakan salat Jum'at, keperluan hajat manusia, atau hal yang sangat darurat.

Selama I'tikaf, sejumlah amalan ibadah dapat dilaksanakan seperti:

  • Melaksanakan salat sunat seperti tahiyatul masjid, salat lail, dan lain-lain.
  • Membaca Al-Quran dan melakukan tadarus.
  • Berdzikir dan berdoa.
  • Membaca buku-buku agama dan mengisi waktu dengan aktivitas kebaikan lainnya.

Dengan demikian, pelaksanaan I'tikaf dapat disesuaikan dengan waktu yang tersedia dan dilakukan di masjid yang memenuhi syarat, dengan memperhatikan amalan-amalan ibadah yang dapat dilakukan selama I'tikaf sesuai dengan ajaran Islam.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya