Liputan6.com, Jakarta Idul Adha merupakan salah satu perayaan yang penting bagi umat Islam di seluruh dunia. Pada hari tersebut, umat Islam merayakan ketaatan dan pengorbanan Nabi Ibrahim yang rela mengorbankan putranya atas perintah Allah SWT. Bacaan takbiran Idul Adha menjadi salah satu tradisi yang dilakukan umat, dalam menyambut hari raya ini.
Baca Juga
Takbiran merupakan bacaan ucapan syukur dan pengagungan kepada Allah SWT. Umat Islam dianjurkan untuk mengucapkan takbir pada waktu-waktu tertentu dalam perayaan Idul Adha. Bacaan takbiran Idul Adha biasanya dilakukan sejak awal bulan Dzulhijjah, hingga akhir pelaksanaan shalat Idul Adha.
Advertisement
Bacaan takbiran Idul Adha biasanya dilakukan di masjid, atau di tempat-tempat ibadah pada malam hari sebelum kedatangan hari raya. Bacaan takbiran dilakukan dengan mengumandangkan kalimat "Allāhu akbar, Allāhu akbar, Allāhu akbar. Lā ilāha illallāhu wallāhu akbar. Allāhu akbar wa lillāhil hamdu"
Selain bacaan takbiran, umat Islam juga dianjurkan untuk melakukan dzikir yang lebih banyak pada hari-hari menjelang Idul Adha. Dzikir-dzikir yang dianjurkan pada masa ini antara lain dzikir tahmid, takbir, tasbih, tahlil dan istighfar.
Berikut ini bacaan takbiran Idul Adha yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (14/6/2024).
Bacaan Takbiran Idul Adha
Umat Islam memiliki dua hari raya, yakni Idul Fitri dan Idul Adha. Hari Raya Idul Fitri diperingati setiap 1 Syawal, sementara Idul Adha pada 10 Dzulhijah. Untuk mengundangkan takbir hari raya Idul Adha, Anda dapat menggunakan bacaan takbir berikut.
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
Allāhu akbar, Allāhu akbar, Allāhu akbar. Lā ilāha illallāhu wallāhu akbar. Allāhu akbar wa lillāhil hamdu.
Artinya:
“Allah maha besar, Allah maha besar, Allah maha besar. Tiada tuhan selain Allah. Allah maha besar. Segala puji bagi-Nya.”
Selain itu, dapat juga mengumandangkan takbir seperti yang dilakukan Rasulullah SAW saat di Bukit Shafa.
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الِلّٰهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الكَافِرُوْنَ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الاَحْزَابَ وَحْدَهُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ
Allāhu akbar kabīrā, walhamdu lillāhi katsīrā, wa subhānallāhi bukratan wa ashīlā, lā ilāha illallāhu wa lā na‘budu illā iyyāhu mukhlishīna lahud dīna wa law karihal kāfirūn, lā ilāha illallāhu wahdah, shadaqa wa‘dah, wa nashara ‘abdah, wa hazamal ahzāba wahdah, lā ilāha illallāhu wallāhu akbar.
Artinya:
“Allah maha besar. Segala puji yang banyak bagi Allah. Maha suci Allah pagi dan sore. Tiada tuhan selain Allah. Kami tidak menyembah kecuali kepada-Nya, memurnikan bagi-Nya sebuah agama meski orang kafir tidak menyukainya. Tiada tuhan selain Allah yang esa, yang menepati janji-Nya, membela hamba-Nya, dan sendiri memorak-porandakan pasukan musuh. Tiada tuhan selain Allah. Allah maha besar.”
Takbiran pada saat idul fitri dimulai sejak maghrib malam tanggal 1 syawal sampai selesai shalat ‘id.
Hal ini berdasarkan dalil berikut:
Allah berfirman, yang artinya:
“…hendaklah kamu mencukupkan bilangannya (puasa) dan hendaklah kamu mengagungkan Allah (bertakbir) atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu.” (Qs. Al Baqarah: 185)
Ayat ini menjelaskan bahwasanya ketika orang sudah selesai menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan maka disyariatkan untuk mengagungkan Allah dengan bertakbir.
Ibn Abi Syaibah meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar rumah menuju lapangan kemudian beliau bertakbir hingga tiba di lapangan. Beliau tetap bertakbir sampai shalat selesai. Setelah menyelesaikan shalat, beliau menghentikan takbir. (HR. Ibn Abi Syaibah dalam Al Mushannaf 5621)
Advertisement
Takbiran Idul Adha
Takbiran Idul Adha ada dua:
1. Takbiran yang tidak terikat waktu (Takbiran Mutlak)
Takbiran hari raya yang tidak terikat waktu adalah takbiran yang dilakukan kapan saja, dimana saja, selama masih dalam rentang waktu yang dibolehkan.
Takbir mutlak menjelang idul Adha dimulai sejak tanggal 1 Dzulhijjah sampai waktu asar pada tanggal 13 Dzulhijjah. Selama tanggal 1 – 13 Dzulhijjah, kaum muslimin disyariatkan memperbanyak ucapan takbir di mana saja, kapan saja dan dalam kondisi apa saja. Boleh sambil berjalan, di kendaraan, bekerja, berdiri, duduk, ataupun berbaring. demikian pula, takbiran ini bisa dilakukan di rumah, jalan, kantor, sawah, pasar, lapangan, masjid, dst. Dalil takbiran yang tidak terikat waktu adalah:
Allah berfirman, yang artinya:
“…supaya mereka berdzikir (menyebut) nama Allah pada hari yang telah ditentukan…” (Qs. Al Hajj: 28)Allah juga berfirman, yang artinya: “….Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang…” (Qs. Al Baqarah: 203)
Tafsirnya:
- Yang dimaksud berdzikir pada dua ayat di atas adalah melakukan takbiran
- Ibn Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan: “Yang dimaksud ‘hari yang telah ditentukan’ adalah tanggal 1-10 Dzulhijjah, sedangkan maksud ‘beberapa hari yang berbilang’ adalah hari tasyriq, tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.” (Al Bukhari secara Mua’alaq, sebelum hadis no.969)
- Dari Sa’id bin Jubair dari Ibn Abbas, bahwa maksud “hari yang telah ditentukan” adalah tanggal 1-9 Dzulhijjah, sedangkan makna “beberapa hari yang berbilang” adalah hari tasyriq, tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. (Disebutkan oleh Ibn Hajar dalam Fathul Bari 2/458, kata Ibn Mardawaih: Sanadnya shahih)
2. Takbiran yang terikat waktu
Takbiran yang terikat waktu adalah takbiran yang dilaksanakan setiap selesai melaksanakan shalat wajib. Takbiran ini dimulai sejak setelah shalat subuh tanggal 9 Dzulhijjah, sampai setelah shalat Asar tanggal 13 Dzulhijjah. Berikut dalil takbiran yang terikat waktu:
- Dari Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau dulu bertakbir setelah shalat shubuh pada tanggal 9 Dzulhijjah sampai setelah dluhur pada tanggal 13 Dzulhijjah. (Ibn Abi Syaibah & Al Baihaqi dan sanadnya dishahihkan Al Albani)
- Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau bertakbir setelah shalat shubuh pada tanggal 9 Dzulhijjah sampai ashar tanggal 13 Dzulhijjah. Beliau juga bertakbir setelah ashar. (HR Ibn Abi Syaibah & Al Baihaqi. Al Albani mengatakan: “Shahih dari Ali radhiyallahu ‘anhu“)
- Dari Ibn Abbas radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau bertakbir setelah shalat shubuh pada tanggal 9 Dzulhijjah sampai tanggal 13 Dzulhijjah. Beliau tidak bertakbir setelah maghrib (malam tanggal 14 Dzluhijjah). (HR Ibn Abi Syaibah & Al Baihaqi. Al Albani mengatakan: Sanadnya shahih)
Hukum Membaca Takbir Idul Adha
Hukum membaca takbir idul adha lengkap adalah sunnah muakkad, artinya sangat dianjurkan untuk diamalkan. Hukum ini didasarkan pada beberapa hadits Nabi Muhammad SAW, di antaranya:
“Barang siapa yang bertakbir di malam hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, maka tidak ada dosa baginya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi)“Takbir di malam hari raya Idul Fitri dan Idul Adha adalah sunnah.” (HR. Baihaqi)
Berdasarkan berbagai hadits, umat Islam sangat dianjurkan untuk membaca takbir Idul Adha secara lengkap mulai dari terbenamnya matahari pada malam takbiran hingga berakhirnya shalat Idul Adha. Anjuran ini memiliki makna yang mendalam dan berbagai manfaat bagi kehidupan spiritual seorang muslim. Takbir Idul Adha dimulai dari saat terbenamnya matahari pada malam takbiran, yang menandai dimulainya Hari Raya Idul Adha.
Lantunan takbir ini terus dikumandangkan, hingga berakhirnya shalat Idul Adha pada pagi harinya. Penentuan waktu ini bukan tanpa alasan, melainkan memiliki nilai-nilai keagamaan yang penting. Malam takbiran, dengan takbir yang berkumandang, mengingatkan umat Islam akan kebesaran Allah SWT dan mempersiapkan diri mereka menyambut hari raya dengan penuh rasa syukur dan pengagungan.
Advertisement