Liputan6.com, Jakarta - Pertanyaan "Kalau tidak sahur, apakah boleh puasa?" seringkali muncul di benak umat muslim menjelang atau selama bulan Ramadhan.
Sahur, atau makan sebelum fajar, memang dianjurkan, namun bukan syarat wajib untuk sahnya puasa. Banyak yang khawatir puasanya tidak sah jika tidak sahur, padahal pemahaman yang benar akan memberikan ketenangan dalam beribadah.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Kejelasan hukum ini penting untuk menghilangkan keraguan dan memastikan ibadah puasa kita diterima Allah SWT. Baik bagi mereka yang sengaja melewatkan sahur karena alasan tertentu, maupun yang tidak sengaja karena kesiangan, mengetahui status sahnya puasa akan memberikan kedamaian batin. Oleh karena itu, mari kita bahas secara detail hukum, keutamaan, dan dampak kesehatan dari puasa tanpa sahur.
Memahami hukum puasa tanpa sahur, kita dapat menjalankan ibadah puasa dengan lebih khusyuk dan tenang. Tidak ada lagi rasa khawatir atau ragu akan kesahan ibadah.
Lebih dari itu, kita juga dapat memahami hikmah dan keutamaan di balik anjuran sahur, serta dampaknya bagi kesehatan fisik kita. Semoga pemahaman ini semakin memperkuat keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya, Minggu (2/3/2025).
Kalau Tidak Sahur Apakah Boleh Puasa?
Puasa tanpa sahur tetap sah menurut hukum Islam. Keempat mazhab utama Islam (Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hambali) sepakat tentang hal ini.
Syarat sah puasa adalah niat dan menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa, seperti makan, minum, dan berhubungan suami istri, sebelum waktu berbuka, dilansir dari berbagai sumber, termasuk buku-buku fikih dan website resmi MUI.
Meskipun sah, melewatkan sahur berarti kehilangan keberkahan dan keutamaan yang terkandung di dalamnya. Rasulullah SAW menganjurkan sahur karena mengandung keberkahan dan membantu mempersiapkan fisik untuk berpuasa seharian.
Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim menyebutkan, 'Makan sahurlah kalian, karena sesungguhnya dalam sahur itu terdapat keberkahan.' (HR. Bukhari dan Muslim). Bahkan, Rasulullah menganjurkan sahur meskipun hanya seteguk air.
Namun, jika karena suatu hal (misalnya kesiangan) sahur terlewat, puasa tetap sah dan tidak perlu diulang. Terpenting adalah niat puasa telah diikrarkan pada malam harinya. Perlu diingat bahwa meskipun puasa tanpa sahur sah, dari segi kesehatan, itu dapat berdampak negatif seperti dehidrasi, kelelahan, dan penurunan kadar gula darah. Oleh karena itu, sebaiknya tetap berusaha untuk sahur, meskipun hanya dengan makanan atau minuman sederhana.
Dalil yang mendukung kesahan puasa tanpa sahur didapatkan dari kesepakatan para ulama dari berbagai mazhab. Tidak ada dalil yang secara tegas menyatakan bahwa sahur merupakan syarat wajib untuk sahnya puasa. Justru, anjuran sahur lebih ditekankan sebagai amalan sunnah yang memiliki banyak keutamaan.
Kesimpulannya, puasa tanpa sahur tetap sah selama niat puasa telah ada dan kita menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa. Namun, tetap dianjurkan untuk sahur demi mendapatkan keberkahan dan menjaga kesehatan fisik kita selama berpuasa.
Advertisement
Syarat Kebolehan Puasa Tanpa Sahur Menurut Imam 4 Mazhab
Keempat mazhab fiqih (Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hambali) sepakat bahwa sahur bukanlah syarat sah puasa. Puasa tetap sah meskipun tanpa sahur, asalkan telah terpenuhi syarat-syarat pokok lainnya.
Syarat-syarat tersebut meliputi niat yang ikhlas karena Allah SWT di malam hari sebelum terbit fajar, dan menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari.
Imam Abu Hanifah (mazhab Hanafi) misalnya, menjelaskan bahwa sahnya puasa bergantung pada niat dan menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa. Sahur termasuk amalan sunnah yang dianjurkan, bukan syarat wajib, dikutip dari Kitab Al-Fiqh Al-Akbar karya Imam Abu Hanifah.
Hal senada juga dijelaskan oleh Imam Malik (mazhab Maliki), Imam Syafi'i (mazhab Syafi'i), dan Imam Ahmad bin Hanbal (mazhab Hambali). Mereka semua menekankan bahwa niat dan menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa merupakan syarat utama, sedangkan sahur hanyalah amalan sunnah yang dianjurkan.
Perbedaan pendapat hanya terletak pada hukum meninggalkan sahur, apakah makruh (dibenci) atau tidak. Namun, semua mazhab sepakat bahwa puasa tetap sah meskipun tanpa sahur.
Oleh karena itu, umat Islam tidak perlu khawatir jika tidak sempat sahur karena suatu hal. Puasa tetap sah selama niat dan syarat-syarat lainnya telah terpenuhi. Namun, tetap dianjurkan untuk berusaha sahur karena banyak keutamaan yang terkandung di dalamnya.
Keutamaan Sahur Sebelum Puasa
-
Mendapat Keberkahan: Hadits riwayat Bukhari dan Muslim menyebutkan, “Makan sahurlah kalian, karena sesungguhnya dalam sahur itu terdapat keberkahan.” (HR. Bukhari dan Muslim). Keberkahan ini mencakup aspek fisik dan spiritual. Dari segi fisik, sahur memberikan energi untuk beraktivitas seharian. Secara spiritual, sahur menjadi bentuk ketaatan dan menambah pahala.
Dalilnya terdapat pada hadits di atas yang secara eksplisit menyebutkan keberkahan dalam sahur. Keberkahan ini merupakan anugerah Allah SWT bagi hamba-Nya yang melaksanakan sunnah sahur.
-
Membedakan Puasa Muslim dengan Ahli Kitab: Rasulullah SAW bersabda, “Perbedaan antara puasa kita dan puasa Ahli Kitab adalah makan sahur.” (HR. Muslim). Sahur menjadi ciri khas puasa umat Islam, membedakannya dengan puasa agama lain.
Hadits ini menunjukkan keistimewaan puasa umat Islam yang dibedakan dengan puasa agama lain melalui amalan sahur. Ini menjadi bukti betapa pentingnya sahur dalam ibadah puasa.
-
Mendapatkan Doa Rasulullah SAW: Terdapat riwayat yang menyebutkan Rasulullah SAW mendoakan mereka yang bersahur. Doa Rasulullah SAW tentu menjadi keberkahan tersendiri bagi mereka yang melaksanakan sahur.
Meskipun tidak ada hadits spesifik yang menyebutkan doa Rasulullah SAW untuk mereka yang bersahur, namun anjuran beliau untuk bersahur sudah cukup menjadi bukti perhatian dan doa beliau.
-
Menjaga Kesehatan Fisik: Sahur membantu mencegah dehidrasi, kelelahan, dan penurunan kadar gula darah selama puasa. Ini menunjukkan hikmah praktis sahur dalam menjaga kesehatan.
Meskipun tidak ada dalil agama secara langsung, namun menjaga kesehatan fisik merupakan bagian dari menjaga kesehatan jiwa yang dianjurkan dalam Islam. Sahur membantu dalam hal ini.
-
Menambah Energi dan Stamina: Asupan nutrisi saat sahur memberikan energi dan stamina untuk beraktivitas seharian dalam keadaan berpuasa. Ini membantu kita menjalankan ibadah puasa dengan lebih optimal.
-
Mencegah Rasa Lapar dan Haus yang Berlebihan: Sahur membantu mengurangi rasa lapar dan haus yang berlebihan selama berpuasa, sehingga ibadah puasa dapat dijalankan dengan lebih nyaman.
-
Meningkatkan Konsentrasi dan Fokus: Asupan nutrisi yang cukup saat sahur membantu meningkatkan konsentrasi dan fokus selama berpuasa, sehingga ibadah dan aktivitas dapat dilakukan dengan lebih baik.
-
Menyehatkan Sistem Pencernaan: Sahur yang sehat dapat membantu menjaga kesehatan sistem pencernaan dan mencegah masalah pencernaan selama berpuasa.
-
Menjaga Imunitas Tubuh: Asupan nutrisi yang seimbang saat sahur membantu menjaga imunitas tubuh dan mencegah penyakit selama berpuasa.
-
Menghindari Makan Berlebihan Saat Berbuka: Sahur yang cukup dapat membantu mengontrol nafsu makan saat berbuka puasa, sehingga mencegah makan berlebihan.
Meskipun tidak ada dalil secara langsung, namun menjaga kesehatan fisik merupakan bagian dari menjaga kesehatan jiwa yang dianjurkan dalam Islam. Sahur membantu dalam hal ini.
Kesimpulannya, meskipun puasa tanpa sahur tetap sah, sahur memiliki banyak keutamaan, baik secara spiritual maupun fisik. Oleh karena itu, sebaiknya tetap berusaha untuk sahur, meskipun hanya dengan sedikit makanan atau minuman, demi meraih keberkahan dan menjaga kesehatan selama bulan Ramadan.
Advertisement
